Jumat, 13 Oktober 2023

PERAN TAKDIR DAN USAHA

PETA SITUS

Ilmu Kerezekian Syariah merupakan cabang penting dalam keilmuan Islam yang mempelajari berbagai aspek (menguraikan variabel-variabel) terkait kemakmuran dan keberuntungan (rezeki dan penghidupan)  sesuai ajaran agama Islam. Dalam pemahaman ini, peran takdir dan ikhtiar/usaha memiliki kedudukan yang sangat krusial. Dua aspek ini saling beriringan, membentuk dasar filosofis dan praktis dalam mengelola harta dan rezeki sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

Dalam konteks ini, peran takdir menandai kepercayaan akan ketetapan Allah SWT atas segala hal, termasuk rezeki yang telah ditentukan-Nya. Sementara itu, ikhtiar/usaha menjadi wujud konkret dari kerja keras dan upaya maksimal yang dilakukan oleh manusia untuk meraih rezeki tersebut. Keduanya saling berkaitan erat, membentuk fondasi penting dalam pandangan ilmu Kerezekian Syariah yang holistik dan berimbang.

Takdir adalah ketentuan Allah SWT yang telah ditetapkan bagi semua makhluk-Nya sebelum menciptakannya. Takdir dibagi menjadi dua jenis, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah, seperti waktu kelahiran dan kematian, sifat fisik, dan nasab. Takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah dengan usaha, doa, dan tawakal, seperti rezeki, ilmu, dan amal.

Peran takdir dalam Islam adalah untuk menguji keimanan dan ketaqwaan manusia, sekaligus menunjukkan kekuasaan dan hikmah Allah SWT. Manusia tidak boleh pasrah dan menyalahkan takdir, tetapi harus berusaha untuk menggapai kebaikan dan menghindari keburukan. Manusia juga harus bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan bersabar atas cobaan yang dihadapi.

Cara mengubah takdir muallaq adalah dengan berikhtiar, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang baik dan halal. Berikut ini cara-cara mengubah takdir :

  • Jika ingin mendapatkan ilmu, maka harus belajar dengan rajin dan tekun. Jika ingin mendapatkan rezeki, maka harus bekerja dengan jujur dan amanah. 
  • Selain itu, cara mengubah takdir muallaq adalah dengan berdoa, yaitu memohon kepada Allah SWT agar memberikan yang terbaik bagi diri dan orang lain. 
  • Doa adalah senjata orang beriman dan salah satu sebab terkabulnya hajat. Misalnya, Nabi Yunus AS berdoa saat berada di perut ikan, lalu Allah SWT menyelamatkannya. Nabi Ibrahim AS berdoa agar diberi keturunan yang shalih, lalu Allah SWT mengabulkannya. 
  • Selanjutnya, cara mengubah takdir muallaq adalah dengan bertawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berikhtiar dan berdoa. Tawakal adalah bukti kepercayaan dan pengharapan kepada Allah SWT. Misalnya, Nabi Musa AS bertawakal saat dikejar oleh Fir’aun dan pasukannya, lalu Allah SWT membuka jalan di tengah laut untuknya. Nabi Nuh AS bertawakal saat membangun bahtera, lalu Allah SWT menyelamatkannya dari banjir besar.

Pokok bahasan lebih lanjut mengenai peran masing-masing aspek dalam konteks ilmu Kerezekian Syariah. Keterkaitan antara takdir dan usaha sebagai landasan dalam memahami bagaimana prinsip-prinsip Islam diterapkan dalam mencari, mendapatkan, mengelola, membelanjakan dan menyalurkan rezeki akan menjadi fokus utama. Diharapkan mampu memberikan wawasan yang mendalam tentang harmoni antara peran takdir dan usaha dalam kerangka keilmuan Islam yang berlandaskan syariat.

A. TAKDIR

Takdir adalah sebuah konsep agama yang melibatkan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Takdir berarti ketetapan atau ketentuan Tuhan yang telah ditetapkan sejak zaman azali. Dalam Islam, takdir adalah salah satu dari enam rukun iman yang harus diimani oleh setiap muslim. 

Takdir dibagi menjadi dua macam, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. 

  • Takdir mubram adalah takdir yang sudah ditentukan dan tidak dapat diubah lagi, seperti kematian, jenis kelamin, dan nasab. 
  • Takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah oleh manusia melalui usaha, doa, dan amal sholeh, seperti rezeki, ilmu, dan amal.

A.1. KADA (QODO) DAN KADAR (QODAR)

Kada dan kadar adalah dua istilah yang berkaitan dengan konsep takdir dalam Islam. Keduanya memiliki arti yang berbeda, namun saling terkait. Berikut adalah penjelasan secara lengkap dan perbedaan antara kada dan kadar :

  • Kada adalah ketetapan Allah SWT yang bersifat azali, yaitu sudah ada sebelum keberadaan atau kelahiran makhluk. Kada mencakup segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang baik maupun yang buruk, seperti hidup, mati, rezeki, musibah, dan lain-lain. Kada adalah kehendak Allah SWT yang mutlak dan tidak bisa diubah oleh siapa pun.
  • Kadar adalah perwujudan atau realisasi dari kada Allah SWT yang telah ditetapkan sebelumnya. Kadar adalah ketentuan Allah SWT yang berlaku pada makhluk-Nya jika syarat-syaratnya terpenuhi. 

Kadar bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu kadar mubram dan kadar muallaq. 

  • Kadar mubram adalah kadar yang tidak bisa diubah oleh manusia, seperti kematian, jenis kelamin, dan nasab. 
  • Kadar muallaq adalah kadar yang masih bisa diubah oleh manusia melalui usaha, doa, dan ikhtiar, seperti rezeki, ilmu, dan amal.

A.2. PERBEDAAN KADA DAN KADAR

Perbedaan antara kada dan kadar dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

  • Berdasarkan pengertian: Kada adalah ketetapan Allah SWT yang bersifat umum dan azali, sedangkan kadar adalah perwujudan atau ketentuan Allah SWT yang bersifat spesifik dan aktual.
  • Berdasarkan ketetapan: Kada adalah ketetapan Allah SWT yang sudah ada sejak zaman azali dan tertulis di lauh al-mahfuz, sedangkan kadar adalah ketetapan Allah SWT yang terjadi sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Berdasarkan contohnya: Contoh dari kada adalah hukum-hukum umum seperti keberhasilan dan kegagalan, sedangkan contoh dari kadar adalah hal-hal spesifik seperti lulus atau tidak lulus ujian, sehat atau sakit, kaya atau miskin.
  • Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an: Ayat yang menunjukkan kada adalah surat Al-Qamar ayat 49: "Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.", sedangkan ayat yang menunjukkan kadar adalah surat Ar-Ra’d ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.".

A.3. CARA MENERIMA KADAR MUBRAM

Cara menerima kadar mubram adalah sebagai berikut:

  • Mengimani bahwa kadar mubram adalah ketetapan Allah SWT yang tidak bisa diubah oleh manusia. Kadar mubram berkaitan dengan hukum alam (sunnatullah) yang telah Allah SWT ciptakan sejak zaman azali. Manusia harus meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan Allah SWT, dan tidak ada yang kebetulan.
  • Bersyukur atas kadar mubram yang telah Allah SWT berikan kepada manusia. Kadar mubram adalah nikmat dan ujian dari Allah SWT yang harus disyukuri dan diterima dengan lapang dada. Manusia harus bersyukur atas segala hal yang telah Allah SWT takdirkan untuknya, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, karena di balik itu ada hikmah dan kebaikan.
  • Bersabar dan ikhlas menghadapi kadar mubram yang menimpa manusia. Kadar mubram adalah cobaan dan ujian dari Allah SWT yang harus disabar dan diikhlaskan oleh manusia. Manusia harus bersabar dan ikhlas menghadapi segala hal yang telah Allah SWT takdirkan untuknya, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, karena itu adalah cara Allah SWT membersihkan dosa-dosa dan meninggikan derajatnya.
  • Berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi kadar mubram. Kadar mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang hanya bisa diubah oleh-Nya. Manusia harus berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi segala hal yang telah Allah SWT takdirkan untuknya, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, karena itu adalah cara Allah SWT memberikan rahmat dan pertolongan-Nya.

Contoh-contoh kadar mubram dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  • Kelahiran dan kematian manusia. Kelahiran dan kematian manusia adalah kadar mubram yang sudah ditentukan oleh Allah SWT sebelum manusia diciptakan. Manusia tidak bisa memilih kapan, dimana, dan bagaimana ia dilahirkan atau meninggal. Manusia harus menerima kelahiran dan kematian sebagai bagian dari sunnatullah dan mengimani bahwa itu adalah kehendak Allah SWT.
  • Jenis kelamin, nasab, dan fisik manusia. Jenis kelamin, nasab, dan fisik manusia adalah kadar mubram yang sudah ditentukan oleh Allah SWT sebelum manusia diciptakan. Manusia tidak bisa memilih apakah ia laki-laki atau perempuan, siapa orang tua atau anaknya, atau bagaimana bentuk tubuh atau wajahnya. Manusia harus menerima jenis kelamin, nasab, dan fisiknya sebagai anugerah dari Allah SWT dan tidak merasa rendah diri atau sombong karena itu.
  • Gravitasi bumi, siklus air, dan perputaran matahari. Gravitasi bumi, siklus air, dan perputaran matahari adalah kadar mubram yang sudah ditentukan oleh Allah SWT sejak penciptaan alam semesta. Manusia tidak bisa mengubah hukum alam ini sesuka hatinya. Manusia harus menerima gravitasi bumi, siklus air, dan perputaran matahari sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT dan tidak mengingkari atau menentangnya.

Demikianlah cara menerima kadar mubram beserta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari. 

A.3.1. CARA BERSYUKUR ATAS KADAR MUBRAM YANG BURUK

Cara bersyukur atas kadar mubram yang buruk adalah sebagai berikut:

  • Mengakui dan menyadari bahwa kadar mubram adalah ketetapan Allah SWT yang tidak bisa diubah oleh manusia. Kadar mubram berkaitan dengan hukum alam (sunnatullah) yang telah Allah SWT ciptakan sejak zaman azali. Manusia harus meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan Allah SWT, dan tidak ada yang kebetulan.
  • Bersabar dan ikhlas menghadapi kadar mubram yang menimpa manusia. Kadar mubram adalah cobaan dan ujian dari Allah SWT yang harus disabar dan diikhlaskan oleh manusia. Manusia harus bersabar dan ikhlas menghadapi segala hal yang telah Allah SWT takdirkan untuknya, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, karena itu adalah cara Allah SWT membersihkan dosa-dosa dan meninggikan derajatnya.
  • Berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi kadar mubram. Kadar mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang hanya bisa diubah oleh-Nya. Manusia harus berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi segala hal yang telah Allah SWT takdirkan untuknya, baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan, karena itu adalah cara Allah SWT memberikan rahmat dan pertolongan-Nya.
  • Mencari hikmah dan kebaikan di balik kadar mubram yang buruk. Kadar mubram adalah ketetapan Allah SWT yang mengandung hikmah dan kebaikan yang tidak diketahui oleh manusia. Manusia harus mencari hikmah dan kebaikan di balik kadar mubram yang buruk, baik dengan cara belajar dari pengalaman, memperbaiki diri, atau membantu orang lain.
  • Menyebarkan kebaikan kepada sesama. Kadar mubram adalah ketetapan Allah SWT yang bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama. Manusia harus menyebarkan kebaikan kepada sesama, baik dengan cara memberi sedekah, berbagi ilmu, atau memberi semangat.

A.3.2. CARA BERSYUKUR ATAS KADAR MUBRAM YANG BAIK

Cara bersyukur atas takdir mubram yang baik :

  • Mengakui bahwa semua nikmat dan kebaikan yang kita miliki berasal dari Allah SWT, dan bukan dari usaha atau kemampuan kita sendiri. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 53:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Kemudian apabila kamu ditimpa oleh kemudaratan, hanya kepada-Nya-lah kamu memohon pertolongan.

  • Karena itu, kita harus selalu mengucapkan alhamdulillah atas segala nikmat yang kita terima, baik yang besar maupun yang kecil. Kita juga harus mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan syariat dan ridha Allah SWT, dan tidak menyombongkan diri atau mengingkari nikmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

  • Selain itu, cara bersyukur atas takdir mubram yang baik adalah dengan berbagi dan membantu orang lain yang membutuhkan. Kita harus menyadari bahwa nikmat yang kita miliki adalah amanah dari Allah SWT, dan kita harus memanfaatkannya untuk kebaikan. Kita juga harus bersikap adil dan tidak menzalimi orang lain dengan nikmat yang kita miliki. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 26-27:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Artinya: Dan berikanlah kepada kerabat-kerabatmu haknya, dan kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Demikianlah beberapa cara bersyukur atas takdir mubram yang baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya, dan menjadikan nikmat tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

A.4. CARA MENERIMA KADAR MUALLAQ

Cara menerima kadar muallaq, yaitu :

  • Mengimani bahwa kadar muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang masih bisa diubah dengan doa dan usaha manusia. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra'd: 11, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
  • Berserah diri kepada Allah SWT dan memohon petunjuk, pertolongan, dan rahmat-Nya dalam segala urusan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Fatihah: 5, "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."
  • Berusaha dengan sungguh-sungguh dan ikhlas untuk mencapai tujuan yang baik dan halal. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ankabut: 69, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
  • Bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim: 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”."
  • Bersabar atas segala cobaan dan ujian yang datang dari Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 155-157, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Beberapa contoh cara menerima kadar muallaq dalam kehidupan sehari-hari adalah:

  • Jika kita ingin lulus ujian, kita harus belajar dengan rajin, mengulang materi yang sudah dipelajari, dan mengikuti ujian dengan jujur. Kita juga harus meminta doa dari orang tua, guru, dan teman-teman. Kita tidak boleh menyerah jika mendapat nilai yang kurang memuaskan, tetapi harus terus berusaha meningkatkan prestasi kita. Dengan mengimani bahwa ilmu itu anugerah dari Allah SWT, berserah diri kepada-Nya dan memohon bantuan-Nya, berusaha dengan giat dan tekun untuk belajar dan mengulang materi, bersyukur atas kemampuan otak dan ingatan yang dimiliki, bersabar jika menghadapi kesulitan atau kebingungan, dan tidak curang atau mencontek saat ujian.
  • Jika kita ingin sehat, kita harus menjaga pola hidup yang sehat, seperti makan makanan bergizi, olahraga teratur, istirahat cukup, dan menjauhi hal-hal yang merugikan kesehatan. Kita juga harus rutin memeriksakan diri ke dokter, mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan, dan berobat dengan cara yang halal. Kita tidak boleh mengeluh jika sakit, tetapi harus bersabar dan berdoa agar Allah memberikan kesembuhan.
  • Jika kita ingin kaya, kita harus bekerja keras, jujur, dan profesional dalam menjalankan pekerjaan atau usaha kita. Kita juga harus pandai mengatur keuangan, menabung, berinvestasi, dan bersedekah. Kita tidak boleh iri atau dengki dengan orang lain yang lebih kaya dari kita, tetapi harus menghargai usaha mereka dan belajar dari mereka. Dengan mengimani bahwa rezeki itu datang dari Allah SWT, berserah diri kepada-Nya dan memohon keberkahan, berusaha dengan rajin dan jujur dalam mencari nafkah, bersyukur atas apa yang telah didapatkan, bersabar jika mengalami kesulitan atau kekurangan, dan bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
  • Seseorang yang ingin menikah dengan orang yang dicintainya. Cara menerimanya adalah dengan mengimani bahwa jodoh itu ditentukan oleh Allah SWT, berserah diri kepada-Nya dan memohon ridha-Nya, berusaha dengan baik dan sopan untuk mendekati orang yang dicintai, bersyukur atas perasaan cinta yang ada, bersabar jika menghadapi halangan atau penolakan, dan menjaga diri dari perbuatan zina atau maksiat.

A.4.1. CARA BERSYUKUR ATAS KADAR MUALLAQ YANG BURUK

Kadar muallaq adalah takdir yang bisa digantikan dengan doa dan usaha manusia. Kadar muallaq yang buruk adalah kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita, seperti kemiskinan, penyakit, kesulitan, dan sebagainya. Namun, kita sebagai hamba Allah harus tetap bersyukur atas kadar muallaq yang buruk, karena ada hikmah dan kebaikan di baliknya. Berikut adalah beberapa cara kita bersyukur atas kadar muallaq yang buruk:

ALTERNATIF CARA BERSYUKUR 1 

  • Membangun kesadaran bahwa apa yang diberikan Allah SWT adalah yang terbaik untuk kita, meskipun kita tidak menyukainya. Allah SWT berfirman: “Mungkin kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan mungkin (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216) 
  • Berupaya belajar memaknai bahwa apapun yang diberikan Allah SWT adalah sesuatu yang harus disyukuri, karena itu merupakan ujian atau cobaan bagi kita. Allah SWT berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155) 
  • Menyusun daftar nikmat dan derita yang telah kita terima apapun itu. Kemudian membandingkan antara nikmat dan derita tersebut. Pasti kita akan menemukan bahwa nikmat yang Allah SWT berikan jauh lebih banyak daripada derita yang kita alami. Hal ini akan membuat kita lebih bersyukur dan tidak mengeluh. Rasulullah SAW bersabda: “Lihatlah orang-orang yang berada di bawahmu (dalam hal kehidupan), janganlah kamu melihat orang-orang yang berada di atasmu. Hal itu lebih layak agar kamu tidak menghina nikmat Allah atas dirimu.” (HR. Muslim) 
  • Mengucapkan kalimat-kalimat pujian untuk Allah SWT setiap saat, terutama ketika mendapatkan nikmat atau menghadapi musibah. Misalnya dengan mengucapkan alhamdulillah, subhanallah, laa ilaaha illallah, dan sebagainya. Hal ini akan menumbuhkan rasa syukur dalam hati dan lisan kita. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mendapatkan suatu nikmat lalu ia mengucapkan alhamdulillah maka ia telah bersyukur atas nikmat tersebut secara sempurna. Dan barangsiapa yang mendapatkan suatu musibah lalu ia mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raji’un maka ia telah bersabar atas musibah tersebut secara sempurna.” (HR. Ahmad) 
  • Melakukan perbuatan baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT. Misalnya dengan bersedekah, membantu orang lain, berbuat adil, menjaga lingkungan, dan sebagainya. Hal ini akan membuat kita lebih berkah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad) 

ALTERNATIF CARA BERSYUKUR 2  ( CARA UMUM )

  • Mengucapkan Alhamdulillah sebagai bentuk penghormatan dan syukur kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim: 7, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”."
  • Berusaha melakukan kebaikan dengan lebih baik lagi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ankabut: 69, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
  • Meninggalkan perbuatan yang buruk dan tidak berkenan di sisi Allah. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal: 53, "Itulah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
  • Melakukan perbuatan baik dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 261, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
  • Bersabar dan ridha dengan ketentuan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 155-157, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Contoh dari kadar muallaq yang buruk adalah:

Seorang pekerja yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi Covid-19. Ia merasa sedih dan putus asa karena tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun ia tetap bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan alhamdulillah atas segala hal yang terjadi. Ia juga berusaha mencari pekerjaan baru dengan rajin dan ikhlas. Ia juga bersedekah dari sedikit tabungannya untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan.

Seorang ibu yang memiliki anak yang menderita penyakit langka dan membutuhkan perawatan intensif. Ia merasa khawatir dan cemas akan nasib anaknya di masa depan. Namun ia tetap bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan subhanallah atas kekuasaan-Nya yang menciptakan segala sesuatu. Ia juga berusaha memberikan perawatan terbaik untuk anaknya dengan sabar dan tawakkal. Ia juga berdoa kepada Allah SWT agar anaknya diberi kesembuhan dan kemudahan.

Seorang pelajar yang gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi yang ia impikan. Ia merasa kecewa dan frustasi karena tidak bisa mewujudkan cita-citanya. Namun ia tetap bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan laa ilaaha illallah atas ketetapan-Nya yang lebih mengetahui. Ia juga berusaha belajar lebih giat dan mencari alternatif lain untuk melanjutkan pendidikannya. Ia juga mengikuti kajian-kajian islam untuk meningkatkan ilmu dan imannya.

Seseorang yang menderita penyakit kronis seperti kanker atau diabetes. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kesempatan hidup yang masih diberikan oleh Allah SWT, berusaha mencari pengobatan yang terbaik, menjaga pola hidup sehat, bersedekah untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan bersabar serta ridha dengan ketentuan Allah SWT.

Seseorang yang mengalami kemiskinan atau kesulitan ekonomi. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas rezeki yang masih diberikan oleh Allah SWT, berusaha bekerja keras dan mencari peluang usaha yang halal, tidak iri atau dengki dengan orang lain yang lebih kaya, bersedekah sesuai kemampuan, dan bersabar serta ridha dengan ketentuan Allah SWT.

Seseorang yang mengalami musibah seperti kebakaran atau banjir. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas nikmat yang masih tersisa, berusaha bangkit dan memulihkan kondisi, tidak menyalahkan atau mengeluh kepada Allah SWT, bersedekah untuk membantu orang lain yang terkena musibah, dan bersabar serta ridha dengan ketentuan Allah SWT.

A.4.2. CARA BERSYUKUR ATAS KADAR MUALLAQ YANG BAIK

Bersyukur atas kadar muallaq yang baik adalah salah satu kewajiban seorang muslim, karena Allah SWT telah memberikan banyak nikmat kepada kita yang tidak terhitung jumlahnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim: 7,

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”."

Bersyukur atas kadar muallaq yang baik berarti mengakui bahwa segala sesuatu yang kita dapatkan adalah dari Allah SWT, memuji-Nya atas karunia-Nya, dan menggunakan nikmat-Nya untuk ketaatan dan kebaikan. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ 'Ulumuddin menyebutkan, ada empat cara bersyukur kepada Allah SWT, yaitu:

  • Bersyukur dengan hati, yaitu dengan menyadari sepenuh hati bahwa segala nikmat dan rezeki yang kita dapatkan semata-mata merupakan karunia serta kemurahan Allah SWT.
  • Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah SWT ketika mendapatkan nikmat dari seseorang. Misalnya dengan mengucapkan “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)” atau “Masya Allah (apa yang dikehendaki Allah terjadi)”.
  • Bersyukur dengan anggota badan, yaitu dengan menjaga dan memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Misalnya dengan menjaga kesehatan tubuh, menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang baik, menggunakan tangan untuk berbuat amal sholeh, dan sebagainya.
  • Bersyukur dengan harta, yaitu dengan membagikan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada orang lain yang membutuhkan. Misalnya dengan bersedekah, membayar zakat, membantu fakir miskin, dan sebagainya.

Contoh dari kadar muallaq yang baik adalah:

Seseorang yang mendapatkan pekerjaan atau jabatan yang diimpikannya. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, berusaha bekerja dengan jujur dan profesional, menggunakan penghasilannya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, bersedekah untuk membantu orang lain yang kurang mampu, dan bersabar serta ridha jika suatu saat pekerjaan atau jabatan tersebut hilang atau diganti.

Seseorang yang mendapatkan pasangan hidup yang sesuai dengan kriterianya. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, berusaha menjaga hubungan dengan pasangannya dengan cinta dan kasih sayang, menggunakan nikmat pernikahan untuk ketaatan dan kebaikan, bersedekah untuk membantu orang lain yang belum menikah atau bermasalah dalam rumah tangganya, dan bersabar serta ridha jika suatu saat pasangannya meninggal atau bercerai.

Seseorang yang mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Cara bersyukurnya adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, berusaha menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, menggunakan nikmat kesehatan untuk ketaatan dan kebaikan, bersedekah untuk membantu orang lain yang sakit atau membutuhkan pengobatan, dan bersabar serta ridha jika suatu saat penyakit tersebut kambuh atau diganti dengan penyakit lainnya.

A.5. ALIRAN PEMIKIRAN TENTANG TAKDIR

Takdir adalah konsep penting dalam Islam, dan pandangan tentang takdir dapat bervariasi tergantung pada aliran pemikiran dan doktrin dalam Islam. 

Pandangan tentang takdir adalah perdebatan panjang dalam sejarah Islam, dan variasi dalam pemahaman ini mempengaruhi praktek dan keyakinan dalam agama. Selain aliran-aliran di atas, terdapat juga pemahaman regional dan budaya yang memengaruhi cara orang memahami takdir dalam konteks mereka masing-masing.

Penting untuk diingat bahwa pandangan individu dapat bervariasi, dan orang dapat memiliki pemahaman yang berbeda tentang takdir bahkan dalam satu aliran pemikiran tertentu. Takdir adalah salah satu aspek yang kompleks dalam ajaran Islam dan sering kali melibatkan diskusi filosofis dan teologis yang mendalam.

Berikut beberapa aliran pemikiran tentang takdir: Qadariyah, Jabariyah, Mu'tazilah, Ash'ariyah, Maturidiyah, dan Sufi.  

A.5.1. QADARIYAH 

Qadariyah (aliran determinisme): Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah SWT, termasuk perbuatan manusia. Manusia adalah sekadar pelaksana dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak ada ruang bagi pilihan manusia. Aliran ini tidak banyak dianut dalam dunia Islam.

Definisi Aliran Qadariyah:

Kata “Qadariyah” berasal dari kata “qadara” yang memiliki dua pengertian: berani untuk memutuskan serta berani untuk memiliki kekuatan maupun kemauan.

Dalam konteks aliran ini, “Qadariyah” mengacu pada paham bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak serta kemampuan untuk berbuat.

Penjelasan:

Qadariyah meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah SWT sejak awal. Manusia hanya bertindak sebagai pelaksana dari rencana Allah, dan tidak memiliki kebebasan mutlak dalam memilih tindakan.

Aliran ini menolak konsep kebebasan berkehendak (free will) dan menganggap bahwa manusia tidak memiliki ruang untuk memilih atau mempengaruhi nasibnya.

Pemikiran-Pemikiran Aliran Qadariyah:

Para penganut aliran Qadariyah percaya bahwa manusia memiliki kuasa terhadap segala perbuatannya sendiri.

Mereka meyakini bahwa manusia yang mewujudkan perbuatan baik atau jahat, atas kehendak serta kekuasan dirinya sendiri.

Aliran ini menolak pandangan bahwa nasib manusia telah ditentukan oleh Tuhan sejak azali, dan bahwa manusia hanya mengikuti nasib yang telah ditetapkan.

Dalil-dalil:

Ayat Al-Quran:

“Allah menciptakan segala sesuatu dengan takdir yang pasti.” (QS. Al-Qamar: 49)

“Allah mengetahui segala sesuatu sebelum diciptakan-Nya.” (QS. Al-Hadid: 29)

Hadis Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya perbuatan setiap manusia telah ditentukan sejak dalam kandungan ibunya.” (HR. Muslim)

“Tidak ada satu jiwa pun yang mati sebelum mencapai ajalnya dan mencapai rezekinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tokoh Pendiri Aliran Qadariyah:

Tokoh-tokoh penting dalam sejarah aliran ini adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghaylan Al-Dimasyq.

Ma’bad Al-Juhani adalah generasi tabiin yang meyakini bahwa manusia merupakan “pencipta” bagi perbuatannya sendiri.

Ghailan, seorang orator dan ahli debat ulung, juga memperjuangkan pemikiran Qadariyah.

Contoh-contoh:

Seorang individu yang lahir dalam keluarga miskin dan menghadapi kesulitan ekonomi sepanjang hidupnya dianggap sebagai bagian dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.

Ketika seseorang mengalami musibah atau kegagalan, aliran Qadariyah akan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari rencana Allah yang tidak dapat diubah.

Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini kontroversial dan banyak ulama lain yang berpendapat berbeda. Beberapa aliran lain, seperti Asy’ariyah, menggabungkan elemen determinisme dengan konsep kebebasan berkehendak, sehingga memberikan ruang bagi pilihan manusia dalam kerangka takdir Allah.

A.5.2. JABARIYAH

Jabariyah (fatalisme): Aliran ini sangat mirip dengan Qadariyah, tetapi lebih radikal dalam pandangannya. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan sama sekali dan tindakan mereka dipaksakan oleh Allah. Ini adalah pandangan yang sangat kontroversial dan biasanya dianggap sesat oleh mayoritas ulama Islam.

Jabariyah (juga dieja sebagai Jabriyya, Djabriyya, atau Jabriyah) adalah sebuah aliran filosofis awal dalam Islam yang berpendapat bahwa manusia dikendalikan oleh takdir, tanpa memiliki pilihan atau kebebasan berkehendak. Aliran Jabariyah berasal dari masa dinasti Umayyah di Basra.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai aliran Jabariyah:

Pemikiran Dasar:

Jabariyah meyakini bahwa segala tindakan manusia telah ditentukan oleh Allah SWT sejak awal. Manusia tidak memiliki kebebasan untuk memilih atau mempengaruhi nasibnya.

Mereka menganggap manusia sebagai “wayang” dalam pentas semesta, dengan Allah sebagai “dalang” yang mengatur segala peristiwa.

Tidak hanya tindakan di dunia ini, tetapi juga nasib setelah kematian (masuk surga atau neraka) telah ditentukan sebelumnya.

Dalil-dalil:

Ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW menjadi dasar keyakinan Jabariyah:

“Dan kamu tidak menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali bila dikehendaki Allah.” (QS. Al-Insan [76]: 30)

“Mereka sebenarnya tidak percaya sekiranya Allah tidak menghendaki.” (QS. Al-An’am [6]: 111)

Tokoh Utama:

Tokoh utama aliran ini adalah Jaham bin Shafwan, yang juga dikenal dengan nama Jahmiyah.

Meskipun aliran ini kontroversial, khalifah pertama dari dinasti Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan, memberikan dukungan politis kepada Jabariyah.

Contoh-contoh:

Seorang individu yang lahir dalam keluarga miskin dan menghadapi kesulitan ekonomi sepanjang hidupnya dianggap sebagai bagian dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.

Ketika seseorang mengalami musibah atau kegagalan, aliran Jabariyah akan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari rencana Allah yang tidak dapat diubah.

Meskipun pandangan Jabariyah dianggap ekstrem dan bertentangan dengan mayoritas ulama Islam, pemahaman ini tetap menjadi bagian dari sejarah pemikiran ilmu kalam dalam Islam.

Perlu dicatat bahwa pandangan ini kontroversial dan banyak ulama lain yang berpendapat berbeda. Beberapa aliran lain, seperti Asy’ariyah, menggabungkan elemen determinisme dengan konsep kebebasan berkehendak, sehingga memberikan ruang bagi pilihan manusia dalam kerangka takdir Allah. 

A.5.3. MU'TAZILAH

Mu'tazilah (pemahaman rasional): Aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Mereka berpegang pada keyakinan bahwa takdir bisa berubah berdasarkan perbuatan manusia. Aliran ini menekankan akal dan nalar dalam memahami agama.

Mu’tazilah adalah salah satu aliran teologi Islam yang mengagungkan akal dan pemikiran rasional dalam memahami agama. Berikut penjelasan lebih lanjut beserta dalil-dalil dan contoh-contoh yang mendukung aliran ini:

Tokoh Pendiri:

Aliran Mu’tazilah dipelopori oleh tokoh intelektual muslim bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi pada abad ke-8 Masehi di Irak.

Washil bin Atha’ dianggap sebagai tokoh pemula yang membangun aliran ini.

Pemikiran Dasar:

Mu’tazilah meyakini bahwa akal manusia adalah anugerah dari Allah SWT dan bisa mengantarkan pada keimanan serta ketaatan pada Allah.

Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak dan bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

Aliran ini menolak pandangan determinisme mutlak dan menganggap bahwa takdir bisa berubah berdasarkan perbuatan manusia.

Dalil-dalil:

Ayat Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

“Barangsiapa yang berbuat baik, maka sesungguhnya dia berbuat baik untuk dirinya sendiri.” (QS. Fussilat [41]: 46)

Hadis Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir bagi makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Contoh-contoh:

Seorang individu yang memilih untuk berbuat baik dengan membantu sesama dianggap menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jika seseorang melakukan dosa besar, aliran Mu’tazilah akan mengatakan bahwa perbuatan itu adalah hasil dari pilihan bebas individu tersebut.

Meskipun kontroversial, pemikiran Mu’tazilah memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Islam dan menekankan pentingnya akal dalam memahami agama.

A.5.4. ASH'ARIYAH

Ash'ariyah (pandangan tengah): Aliran ini merupakan salah satu aliran utama dalam Sunni Islam. Mereka mengakui bahwa Allah memiliki pengetahuan takdir, tetapi juga mempercayai bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan mereka membuat pilihan. Menurut pandangan ini, Allah telah menulis takdir manusia berdasarkan pengetahuan-Nya tentang apa yang akan mereka pilih.

Ash’ariyah adalah salah satu aliran utama dalam Sunni Islam yang mengusung pandangan tengah antara determinisme mutlak dan kebebasan mutlak. Berikut penjelasan lebih lanjut beserta dalil-dalil dan contoh-contohnya:

Tokoh Pendiri:

Aliran Ash’ariyah didirikan oleh Imam Abu al-Hasan al-Ash’ari (wafat pada tahun 323 H/935 M).

Al-Asy’ari mengambil dasar keyakinannya dari para salaf (generasi awal Islam) dan menyeimbangkan akal (rasional) dengan teks Al-Qur’an dan hadis.

Pemikiran Dasar:

Ash’ariyah mengakui bahwa Allah memiliki pengetahuan tentang takdir, tetapi juga mempercayai bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang memungkinkan mereka membuat pilihan.

Mereka berpendapat bahwa Allah telah menulis takdir manusia berdasarkan pengetahuan-Nya tentang apa yang akan mereka pilih.

Dalil-dalil:

Ayat Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

“Barangsiapa yang berbuat baik, maka sesungguhnya dia berbuat baik untuk dirinya sendiri.” (QS. Fussilat [41]: 46)

Hadis Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir bagi makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Contoh-contoh:

Seorang individu yang memilih untuk berbuat baik dengan membantu sesama dianggap menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ketika seseorang melakukan dosa, aliran Ash’ariyah akan mengatakan bahwa perbuatan itu adalah hasil dari pilihan bebas individu tersebut.

Aliran ini mencoba menjembatani antara keyakinan teologis dan akal sehat, sehingga menjadi salah satu aliran yang banyak dianut dalam dunia Islam. 

A.5.5. MATURIDIYAH

Maturidiyah (perspektif keselarasan): Ini adalah aliran teologi yang umum di kalangan Sunni. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi takdir Allah adalah hasil dari pengetahuan-Nya tentang apa yang akan manusia pilih. Dalam pandangan ini, Allah mengetahui perbuatan manusia tetapi tidak memaksanya.

Maturidiyah adalah salah satu mazhab akidah dalam Islam Sunni yang menggabungkan rasionalitas dan tradisi. Berikut penjelasan lebih lanjut beserta dalil-dalil dan contoh-contohnya:

Tokoh Pendiri:

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu Mansur Al-Maturidi, seorang ulama Persia, pada abad ke-9 hingga ke-10.

Al-Maturidi mengkodifikasi akidah Islam berdasarkan ilmu kalam dan menekankan penggunaan akal pikiran serta rasionalisme teologis.

Pemikiran Dasar:

Maturidiyah meyakini bahwa akal dan syariat saling melengkapi untuk mencapai kebenaran ilahiyah.

Manusia memiliki kehendak bebas, tetapi takdir Allah adalah hasil dari pengetahuan-Nya tentang apa yang akan manusia pilih.

Dalil-dalil:

Ayat Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

“Barangsiapa yang berbuat baik, maka sesungguhnya dia berbuat baik untuk dirinya sendiri.” (QS. Fussilat [41]: 46)

Contoh-contoh:

Seorang individu yang memilih untuk berbuat baik dengan membantu sesama menggunakan akalnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ketika seseorang melakukan dosa, aliran Maturidiyah mengatakan bahwa perbuatan itu adalah hasil dari pilihan bebas individu tersebut.

Aliran ini menawarkan keselarasan antara rasio dan wahyu dalam memahami agama.

A.5.6. SUFI

Perbedaan antara aliran pemikiran sufi Persatuan dengan Tuhan (Wahdat al-Wujud) dan aliran Kesejatian Diri (Wahdat ash-Shuhud) adalah perdebatan yang berkepanjangan dalam pemikiran sufi tentang hubungan antara manusia dan Tuhan serta pandangan mereka tentang takdir. Mari kita perkuat perbedaan tersebut sebagai tesis dan anti-tesis serta mencoba menyatukan mereka dalam sintesis yang lebih komprehensif tentang takdir.

Ketika kita mempertimbangkan perbedaan antara aliran pemikiran sufi Persatuan dengan Tuhan (Wahdat al-Wujud) dan aliran kesejatian diri (Wahdat ash-Shuhud) dalam konteks takdir, kita dapat melihat perbedaan tesis dan antitesis dalam pandangan mereka. Namun, kita juga dapat mencoba untuk menyatukan aliran pemikiran ini dengan pendekatan sintesis yang lebih inklusif tentang takdir.

A.5.6.1. Tesis (Wahdat al-Wujud) - Pandangan Persatuan dengan Tuhan

Pandangan

Aliran Wahdat al-Wujud menganggap bahwa hanya Tuhan adalah eksistensi yang nyata, dan segala sesuatu dalam alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan yang satu. Dalam konteks takdir, mereka cenderung menganggap bahwa takdir adalah ekspresi dari kehendak mutlak Tuhan yang tidak bergantung pada manusia.

Wahdat al-Wujud mengutamakan pandangan monistik di mana segala sesuatu adalah manifestasi dari Tuhan yang satu. Mereka mungkin cenderung untuk melihat takdir sebagai ekspresi dari kehendak Tuhan yang mutlak, di mana manusia memiliki sedikit peran dalam penciptaan takdir mereka.

Contoh

Seorang sufi yang mengikuti aliran Wahdat al-Wujud mungkin menganggap takdir sebagai aspek yang mutlak dan tidak dapat diubah dalam pandangan mereka. Mereka mungkin melihat semua peristiwa sebagai refleksi dari kehendak Tuhan yang tak tergoyahkan.

Seorang sufi yang mengikuti Wahdat al-Wujud mungkin akan berpendapat bahwa manusia hanyalah alat yang digunakan oleh Tuhan untuk mencapai tujuan-Nya, dan takdir manusia sangat bergantung pada kehendak ilahi. 

Dalil

Dalil yang digunakan oleh sufi aliran Wahdat al-Wujud dapat mencakup ayat-ayat Al-Quran yang menekankan Tuhan sebagai satu-satunya realitas, seperti ayat "Ma wara'aka Allah" (Tiada sesuatupun kecuali Allah) dan hadits-hadits yang menunjukkan sifat-sifat mutlak Allah.

Dalil yang digunakan oleh Wahdat al-Wujud mencakup ayat-ayat Al-Quran yang menekankan kesatuan Tuhan dan keagungan-Nya, seperti ayat tentang Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu.

A.5.6.2. Anti-Tesis (Wahdat ash-Shuhud) - Pandangan Kesejatian Diri

Pandangan

Aliran Wahdat ash-Shuhud meyakini bahwa ada dua tingkatan realitas: realitas Tuhan dan realitas ciptaan. Mereka percaya bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki eksistensi terpisah dari Tuhan, meskipun mereka dapat merasakan dan menyaksikan Tuhan dalam segala hal, sehingga manusia hanyalah pancaran dari cahaya ke-Tuhan-an. Dalam konteks takdir, mereka cenderung menganggap bahwa manusia memiliki peran dalam penciptaan takdir mereka melalui kehendak bebas dan doa.

Wahdat ash-Shuhud mengakui adanya realitas terpisah antara manusia dan Tuhan, meskipun mereka dapat merasakan dan menyaksikan Tuhan dalam segala hal. Mereka mungkin lebih cenderung melihat takdir sebagai hasil dari interaksi antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan.

Contoh

Seorang sufi yang mengikuti aliran Wahdat ash-Shuhud mungkin melihat takdir sebagai hasil dari interaksi antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan. Mereka mungkin berpendapat bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral dalam tindakan mereka dan dapat mempengaruhi takdir mereka melalui tindakan dan doa.

Seorang sufi yang mengikuti Wahdat ash-Shuhud mungkin akan berpendapat bahwa manusia memiliki peran aktif dalam menciptakan takdir mereka melalui tindakan, doa, dan kehendak bebas mereka.

Dalil

Dalil yang digunakan oleh sufi aliran Wahdat ash-Shuhud mencakup ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menegaskan kehendak bebas manusia dan tanggung jawab moral mereka, seperti ayat yang menyatakan bahwa manusia bertanggung jawab atas tindakan mereka dan hadits-hadits yang menekankan pentingnya doa dan usaha manusia.

Dalil yang digunakan oleh Wahdat ash-Shuhud mencakup ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menekankan kehendak bebas manusia dan tanggung jawab moral mereka, seperti ayat tentang bahwa manusia bertanggung jawab atas tindakan mereka.

A.5.6.3. Sintesis (Persatuan dan Kesejatian dalam Takdir)

Sintesis yang lebih komprehensif tentang takdir dapat mencoba menyatukan pandangan tersebut dengan memahami bahwa dalam kerangka pemikiran Sufi, baik eksistensi Tuhan (Wahdat al-Wujud) maupun eksistensi ciptaan (Wahdat ash-Shuhud) memiliki tempat dan makna dalam penciptaan. Takdir, dalam pandangan ini, adalah hasil dari kehendak mutlak Tuhan yang diwujudkan melalui peran manusia sebagai agen dengan kehendak bebas.

Sintesis ini mencoba untuk menyatukan pandangan monistik dan pandangan yang mengakui realitas terpisah dalam satu kerangka pemahaman yang lebih luas. Dalam konteks takdir, sintesis ini dapat mengakui kesatuan Tuhan (Wahdat al-Wujud) sebagai dasar dari segala yang ada sambil tetap menghormati kehendak bebas manusia (Wahdat ash-Shuhud).

Contoh

Seorang sufi dapat memandang takdir sebagai hasil dari perpaduan antara kehendak mutlak Tuhan dan tindakan manusia yang dipengaruhi oleh kehendak bebas. Mereka dapat melihat tindakan manusia sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar dan pentingnya doa sebagai interaksi dengan kehendak Tuhan.

Sintesis ini dapat melihat takdir sebagai perpaduan antara rencana ilahi yang mutlak dengan peran manusia yang aktif dalam mewujudkannya. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan mereka, namun akhirnya takdir adalah hasil dari kebijaksanaan Tuhan.

Dalil

Sintesis semacam ini dapat didukung oleh ayat-ayat dan hadits yang menunjukkan kedua sisi, yakni eksistensi Tuhan yang mutlak dan peran manusia sebagai agen dengan kehendak bebas. Misalnya, ayat yang menegaskan kedaulatan Tuhan dan ayat yang menekankan pentingnya doa serta upaya manusia dalam mencapai tujuan mereka.

Dalil yang mendukung sintesis ini dapat mencakup ayat-ayat Al-Quran yang menekankan kedaulatan Tuhan dan kebebasan manusia dalam membuat pilihan, serta hadits-hadits yang menekankan pentingnya doa dan usaha manusia dalam mempengaruhi takdir.

Sintesis semacam ini mencoba mencapai keseimbangan antara pandangan tentang takdir dalam pemikiran Sufi dan mengakui peran krusial manusia dalam penciptaan takdir mereka melalui kehendak bebas dan doa, sementara tetap mengakui kehadiran Tuhan sebagai sumber utama segala yang ada.

Dalam sintesis ini, pandangan takdir mencoba untuk mencapai keseimbangan antara penghargaan terhadap keagungan Tuhan dan penghargaan terhadap peran dan tanggung jawab manusia. Ini memungkinkan pandangan yang lebih inklusif tentang takdir yang mencakup elemen-elemen dari kedua pandangan utama dalam pemikiran Sufi.

A.5.6.3.1. SALAH SATU CONTOH SINTESIS ALIRAN SUFI WAHDAT AL-WUJUD DAN WAHDAT AL-SYUHUD ALLAH, SYEKH YUSUF AL-MAKASARI

Sintesis adalah proses menggabungkan dua atau lebih hal yang berbeda menjadi satu kesatuan yang baru dan lebih baik. Dalam konteks pemikiran sufi, sintesis dapat dilakukan dengan cara mengambil sisi positif dari masing-masing aliran dan menghindari sisi negatifnya. Sintesis juga dapat dilakukan dengan cara mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif tentang hakikat Tuhan, diri, dan alam.

Salah satu contoh sintesis antara aliran wahdat al-wujud dan wahdat al-syuhud adalah pemikiran Syekh Yusuf Al-Makasari, seorang sufi asal Makassar yang hidup pada abad ke-17. Ia adalah seorang ulama yang menguasai berbagai ilmu, termasuk tasawuf. Ia juga dikenal sebagai seorang pejuang yang berperan dalam melawan penjajahan Belanda di Indonesia.

Syekh Yusuf Al-Makasari berpandangan bahwa wahdat al-wujud dan wahdat al-syuhud adalah dua sisi dari koin yang sama. Ia mengatakan bahwa wahdat al-wujud adalah hakikat Tuhan yang mutlak, sedangkan wahdat al-syuhud adalah hakikat Tuhan yang relatif. Ia juga mengatakan bahwa wahdat al-wujud adalah hakikat Tuhan yang bersifat zahir (nyata), sedangkan wahdat al-syuhud adalah hakikat Tuhan yang bersifat batin (rahasia).

Menurut Syekh Yusuf Al-Makasari, untuk mencapai kesempurnaan dalam tasawuf, seorang sufi harus dapat memahami dan menyaksikan kedua hakikat tersebut. Ia harus dapat melihat bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah wujud Allah, tetapi juga harus menyadari bahwa Allah berbeda dari segala sesuatu. Ia harus dapat merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari Allah, tetapi juga harus mengakui bahwa Allah lebih tinggi dari dirinya. Ia harus dapat menyerahkan diri kepada Allah, tetapi juga harus berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Dalam hal pandangan tentang takdir, Syekh Yusuf Al-Makasari mengajarkan bahwa takdir adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah sejak azali, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pilihan manusia. Ia mengatakan bahwa takdir Allah terbagi menjadi dua jenis, yaitu takdir mubram (tetap) dan takdir muallaq (bergantung). Takdir mubram adalah hal-hal yang sudah ditentukan oleh Allah sejak azali dan tidak dapat diubah oleh siapa pun, seperti kematian, rizki, dan nasab. Takdir muallaq adalah hal-hal yang bergantung pada pilihan manusia, seperti iman, amal, dan taqwa. Ia juga mengatakan bahwa doa dapat mengubah takdir muallaq.

Syekh Yusuf menggabungkan kedua pandangan dengan mengatakan bahwa wahdat al-wujud adalah hakikat (realitas) yang hanya diketahui oleh Allah, sedangkan wahdat al-syuhud adalah syariat (hukum) yang harus diikuti oleh manusia.

Dalil-dalil yang digunakan oleh Syekh Yusuf Al-Makasari untuk mendukung pemikirannya antara lain adalah ayat-ayat berikut:

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan (Dialah) yang bersemayam di 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

“Dan Kami ciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al-Qamar: 49)

“Dan tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)

“Dan jika sekiranya kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka akan menjawab: Allah. Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah menghendaki kemudharatan bagiku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah menghendaki rahmat bagiku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku; hanya kepada-Nya orang-orang yang bertawakkal berserah diri.” (QS. Az-Zumar: 38)

“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60)

Demikian penjelasan tentang sintesis antara aliran wahdat al-wujud dan wahdat al-syuhud dalam hal pandangan tentang takdir. 

A.5.6.3.2. CONTOH-CONTOH LAINNYA SINTESIS WAHDAT AL-WUJUD DAN WAHDAT AL-SYUHUD

A.5.6.3.2.1. Sintesis Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud Menurut Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, filosof, dan sufi yang terkenal dengan karyanya Ihya Ulumuddin.

Imam Al-Ghazali, seorang pemikir dan teolog muslim terkemuka, menggabungkan konsep-konsep Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud ke dalam pemahamannya tentang takdir dan ikhtiar. Sintesisnya menghubungkan pemahaman tentang kesatuan Tuhan dengan peran manusia dalam menghadapi takdir dan upaya (ikhtiar).

Menurutnya, wahdat al-wujud adalah pandangan bahwa Allah adalah sumber segala wujud, tetapi bukan identik dengan wujud itu sendiri.

Wahdat al-syuhud adalah pandangan bahwa Allah dan makhluk memiliki wujud yang berbeda, tetapi Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di luar diri-Nya.

Imam Al-Ghazali menggabungkan kedua pandangan ini dengan mengatakan bahwa wahdat al-wujud adalah tingkatan tertinggi dari ma’rifat (pengetahuan tentang Allah), sedangkan wahdat al-syuhud adalah tingkatan awal dari ma’rifat.

Berikut adalah sintesisnya tentang takdir dan ikhriar manusia :

Wahdat al-Wujud (Kesatuan Wujud):

  • Menurut konsep Wahdat al-Wujud, semua realitas ada dalam satu wujud ilahi, yang merupakan manifestasi dari keberadaan Tuhan.
  • Al-Ghazali memandang bahwa kesatuan antara pencipta dan ciptaan, atau antara manusia dan Tuhan, menjadi inti dari pemahaman ini.
  • Dalam konteks takdir, Al-Ghazali mungkin memandang bahwa takdir adalah ekspresi dari kehendak mutlak Tuhan yang termanifestasi melalui segala aspek kehidupan manusia.

Wahdat al-Syuhud (Kesatuan Pengamatan):

  • Wahdat al-Syuhud berbicara tentang kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam perbuatan manusia.
  • Al-Ghazali menekankan bahwa manusia memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk melakukan tindakan baik dan menghindari tindakan buruk, karena mereka memiliki kesadaran akan Tuhan yang hadir dalam pengamatannya.

Takdir (Tentang Kehendak Tuhan):

  • Al-Ghazali mengajarkan bahwa takdir adalah manifestasi dari kehendak Tuhan yang maha bijaksana dan maha adil.
  • Manusia, dalam pemahaman ini, memiliki takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan, dan kesadaran akan kesatuan Tuhan dalam diri dan kehidupan mereka mendorong mereka untuk menerima dan menghormati takdir tersebut.

Usaha (Ikhtiar):

  • Meskipun takdir telah ditetapkan, Al-Ghazali menggarisbawahi pentingnya ikhtiar atau usaha manusia dalam mencapai tujuan mereka.
  • Dalam pemahaman ini, manusia memiliki tanggung jawab untuk berusaha sekuat tenaga mereka dan mengambil tindakan yang tepat dalam hidup mereka, karena itu adalah bagian dari rencana Tuhan untuk mereka.

Sintesis Imam Al-Ghazali tentang Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud dalam konteks takdir dan ikhtiar mencerminkan pandangan yang holistik tentang peran manusia dalam kerangka konsep kesatuan Tuhan. Menurut pandangan ini, kesadaran akan keberadaan Tuhan yang meliputi semua aspek kehidupan mendorong manusia untuk menerima takdir dengan rendah hati sambil berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka.

A.5.6.3.2.2. Sintesis Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud Menurut Jalaluddin Rumi

Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair, mistikus, dan sufi yang terkenal dengan karyanya Mathnawi.

Jalaluddin Rumi, seorang sufi terkemuka dan penyair Persia abad ke-13, memiliki pandangan yang unik tentang konsep Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud, serta tentang takdir dan ikhtiar manusia. Sintesisnya mengintegrasikan pemahaman tentang kesatuan dengan peran manusia dalam menghadapi takdir dan usaha (ikhtiar).

Menurutnya, wahdat al-wujud adalah pandangan bahwa Allah adalah cinta yang meliputi segala wujud, sehingga tidak ada perbedaan antara pencinta dan kekasih.

Wahdat al-syuhud adalah pandangan bahwa Allah dan makhluk memiliki wujud yang berbeda, tetapi Allah mencintai segala makhluk-Nya.

Jalaluddin Rumi menggabungkan kedua pandangan ini dengan mengatakan bahwa wahdat al-wujud adalah tujuan akhir dari cinta, sedangkan wahdat al-syuhud adalah jalan menuju cinta.

Berikut adalah sintesisnya tantang takdir dan usaha (ikhtiar) manusia :

Wahdat al-Wujud (Kesatuan Wujud):

  • Rumi melihat Wahdat al-Wujud sebagai pemahaman tentang bahwa semua entitas dan realitas ada dalam keberadaan yang tunggal, yaitu Tuhan.
  • Bagi Rumi, kesatuan dengan Tuhan tercapai melalui cinta dan pengorbanan diri kepada-Nya, serta menyatu dengan kehendak-Nya.
  • Dalam konteks takdir, Rumi mungkin akan menggambarkan takdir sebagai bagian dari rencana ilahi yang tercipta karena cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya.

Wahdat al-Syuhud (Kesatuan Pengamatan):

  • Rumi mengajarkan bahwa kesatuan pengamatan terwujud dalam kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam tindakan dan perasaan manusia.
  • Dia akan menekankan bahwa manusia mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui pencarian rohani yang mendalam dan perenungan cinta Ilahi.

Takdir (Tentang Rencana Ilahi):

  • Rumi mungkin memandang takdir sebagai ekspresi dari kebijaksanaan dan kasih sayang Tuhan yang tak terbatas terhadap ciptaan-Nya.
  • Menurut pandangan Rumi, takdir dapat dimaknai sebagai panduan ilahi yang mengarahkan setiap individu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang cinta dan penerimaan.

Usaha (Ikhtiar):

  • Rumi akan menekankan pentingnya ikhtiar atau usaha manusia sebagai bentuk cinta dan pengabdian terhadap Tuhan.
  • Dalam pandangannya, usaha manusia dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan mencintai-Nya merupakan manifestasi dari kesatuan yang mereka cari.

Sintesis Jalaluddin Rumi tentang Wahdat al-Wujud dan Wahdat al-Syuhud dalam konteks takdir dan ikhtiar mencerminkan pandangan yang dipenuhi dengan cinta dan pencarian spiritualitas yang mendalam. Bagi Rumi, kesadaran akan kesatuan Tuhan dan ikhtiar manusia untuk mencapai pemahaman lebih dalam tentang cinta Ilahi adalah elemen-elemen kunci dalam perjalanan spiritual menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan Tuhan.

A.6. LAUH AL-MAHFUZ

Lauh al-mahfuz adalah sebuah kitab yang menuliskan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi. Lauh al-mahfuz adalah ketetapan Allah SWT yang bersifat azali, yaitu sudah ada sebelum keberadaan atau kelahiran makhluk. Lauh al-mahfuz adalah kehendak Allah SWT yang mutlak dan tidak bisa diubah oleh siapa pun.

Lauh al-mahfuz memiliki beberapa nama lain dalam Al-Qur’an, seperti Ummu al-Kitab (induk kitab), Kitabbim Maknuun (kitab yang terpelihara), Kitabbim Mubiin (kitab yang nyata), dan Imamun Mubiin (pemimpin yang nyata). Lauh al-mahfuz disebut secara langsung dalam Al-Qur’an di surat Al-Buruj ayat 22: "Sesungguhnya hal itu adalah suatu perbuatan yang tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz)". Lauh al-mahfuz juga disebut secara tidak langsung dalam ayat-ayat lain dengan ungkapan seperti "kitab", "imam yang jelas" dan "ibu dari kitab".

Lauh al-mahfuz memiliki sifat-sifat khusus, antara lain:

  • Tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Allah SWT berfirman dalam surat An-Naml ayat 75: "Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)".
  • Seluruh kehidupan di dunia tercatat di dalamnya, termasuk kisah nabi dan rasul, azab yang menimpa suatu kaum, pengetahuan tentang wahyu para nabi dan rasul, tentang penciptaan alam semesta dan lain-lain.
  • Seluruh informasi tentang manusia tercatat di dalamnya, termasuk nasib, takdir, rezeki, amal, ilmu, kematian, dan akhirat.
  • Kalimat Allah SWT yang ada di dalamnya tidak akan ada habisnya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 109: "Katakanlah: "Sekiranya laut menjadi tinta untuk (menulis) kalimat Tuhanku, niscaya habislah laut itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku; sekalipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)"".
B. IKHTIAR / USAHA

Ikhtiar adalah perilaku berusaha dengan sungguh-sungguh dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara istilah, ikhtiar adalah segala perbuatan yang dilakukan manusia untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau suatu usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya dan dilakukan secara sepenuh hati. Ikhtiar merupakan salah satu senjata ampuh bagi umat muslim untuk berjuang meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Dalam Islam, ikhtiar dianjurkan dan disebutkan dalam Al-Quran sebagai bentuk usaha yang harus dilakukan oleh manusia. Contoh ikhtiar dalam kehidupan sehari-hari meliputi bekerja keras, berdoa, bersedekah, dan berusaha dengan tekun. 

Jadi Ikhtiar merupakan usaha sungguh-sungguh seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Berikut beberapa hal terkait ikhtiar:

Ciri-ciri Orang yang Berikhtiar:

  • Bekerja Keras
  • Selalu Bersungguh-sungguh
  • Tidak Mudah Putus Asa
  • Memiliki Sikap Tanggung Jawab
  • Tekun dan Rajin Belajar

Manfaat Ikhtiar:

  • Tidak bergantung kepada orang lain (mandiri)
  • Menjadi lebih bermartabat di mata Allah dan manusia
  • Lebih mudah dalam menghargai usaha diri sendiri

Dampak Positif Membiasakan Perilaku Ikhtiar:

  • Menghilangkan rasa malas, murung, dan keluh kesah
  • Menumbuhkan harapan baru dalam hidup
  • Adanya kepuasan batin

B.1. IKHTIAR BATIN

Ikhtiar batin adalah usaha yang dilakukan secara internal, yaitu berkomunikasi dengan Allah melalui doa, dzikir, dan introspeksi. Ini melibatkan dimensi spiritual dan mental. Berikut penjelasan lebih lanjut, dalil-dalil, dan contoh-contohnya:

Dalil tentang Ikhtiar Batin:

QS. Al-Baqarah (2:186): “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”

Contoh Ikhtiar Batin:

  • Berdoa: Berkomunikasi langsung dengan Allah melalui doa. Berdoa adalah bentuk ikhtiar batin yang sangat dianjurkan dalam Islam
  • Dzikir: Mengingat Allah dengan membaca tasbih, tahmid, dan takbir. Dzikir membantu memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan.
  • Tafakkur: Merenung dan berintrospeksi tentang makna hidup, keberadaan, dan tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam semesta.
  • Bertobat: Memohon ampunan kepada Allah SWT dan berusaha memperbaiki diri dari kesalahan dan dosa.
  • Mengingat Kematian: Mengingat bahwa kematian pasti akan datang, sehingga kita lebih menghargai waktu dan berusaha untuk berbuat baik.

Perkara yang paling utama ikhtiar batin adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghindari - mencegah berbuat maksiat dan takwa serta tawakal.

Perkara yang lainnya utama adalah takdir bersandar maupun bersumber dari kata-kata, perkataan, dan ucapan. Takdir juga bersandar dari getaran pikiran dan perasaan yang berpadu menjadi satu bergaung dalam relung hati.

B.1.1. MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, antara lain:

  • Mendirikan sholat. Sholat adalah ibadah wajib yang harus dilakukan oleh setiap muslim lima kali sehari. Sholat adalah cara berkomunikasi dengan Allah dan memohon rahmat-Nya. Sholat juga dapat memberikan ketenangan jiwa dan kesehatan tubuh. Anda dapat mendirikan sholat wajib maupun sholat sunnah sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah.
  • Berdzikir. Dzikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taqdis, dan lainnya. Dzikir dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, tetapi lebih utama dilakukan setelah sholat. Dzikir dapat membuat hati menjadi lebih bersih, tenang, dan dekat dengan Allah.
  • Berdoa. Doa adalah cara seorang hamba meminta, berserah diri, dan memohon sesuatu kepada Allah. Doa dapat dilakukan di waktu-waktu mustajab, seperti sebelum subuh, saat sujud terakhir, antara adzan dan iqamah, dan lainnya. Doa juga dapat dilakukan di tempat-tempat suci, seperti masjid, Ka’bah, dan lainnya. Doa dapat membuat kita merasa bahwa Allah selalu mendengar dan mengabulkan permintaan kita.
  • Membaca Al-Quran. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia. Membaca Al-Quran dapat memberikan banyak manfaat, seperti menambah ilmu, menghapus dosa, melindungi dari syaitan, dan lainnya. Membaca Al-Quran juga dapat membuat kita lebih mengenal Allah dan ajaran-Nya.
  • Melakukan amal shaleh. Amal shaleh adalah segala perbuatan baik yang sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan dengan niat karena Allah. Amal shaleh dapat berupa zakat, sedekah, puasa sunnah, haji, umrah, berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu, berdakwah, dan lainnya. Amal shaleh dapat membuat kita lebih dicintai oleh Allah dan mendapatkan pahala di dunia dan akhirat.
  • Selalu bersyukur. Bersyukur adalah mengakui nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita dan tidak mengeluh atau merasa kurang. Bersyukur dapat dilakukan dengan ucapan, perbuatan, atau hati. Bersyukur dapat membuat kita lebih bahagia, optimis, dan dekat dengan Allah.
  • Menjauhi larangan-Nya. Larangan Allah adalah segala perbuatan buruk yang dilarang oleh syariat Islam dan dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Larangan Allah dapat berupa syirik, zina, riba, maksiat, fitnah, ghibah, namimah, dan lainnya. Menjauhi larangan Allah dapat membuat kita terhindar dari dosa dan azab di dunia dan akhirat.
  • Takwa dan Tawakal. Takwa adalah sikap seorang Muslim yang taat dalam menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Tawakal adalah sikap bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-Nya dalam segala urusan, karena Allah adalah pencipta segala sesuatu, manfaat, dan mudharat.

B.1.1.1. MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH DENGAN HATI, LISAN, DAN TINDAKAN SEBAGAI AMAL IBADAH YANG SEMPURNA

Mendekatkan diri kepada Allah SWT seutuhnya dengan hati, lisan, dan tindakan adalah salah satu tujuan utama dari ajaran Islam. Hal ini merupakan wujud dari ketaatan dan penghambaan seorang hamba kepada Sang Pencipta.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT seutuhnya dengan hati, lisan, dan tindakan adalah bentuk amal ibadah yang sempurna. Hal ini karena amal ibadah yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, lisan yang jujur, dan tindakan yang bermanfaat akan diterima oleh Allah SWT.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan hati

Hati adalah pusat kesadaran dan perasaan manusia. Hati yang bersih dan ikhlas adalah syarat utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cara untuk membersihkan hati adalah dengan meyakini keesaan Allah SWT, menjauhi segala bentuk syirik, dan senantiasa berbuat baik kepada sesama.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan hati adalah dengan menghadirkan rasa cinta, keikhlasan, dan kepasrahan kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:

  • Menyakini keesaan Allah SWT
  • Merendahkan diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT
  • Mensyukuri nikmat Allah SWT
  • Menjaga kesucian hati
  • Menjaga diri dari perbuatan dosa

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lisan

Lisan adalah alat komunikasi manusia. Dengan lisan, manusia dapat mengungkapkan rasa syukur, cinta, dan kerinduan kepada Allah SWT. 

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lisan adalah dengan senantiasa melafalkan zikir, doa, dan dzikir. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:

  • Membaca Al-Qur'an
  • Berzikir
  • Berdoa
  • Menyebarkan kebaikan
  • Menjauhi pergunjingan

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tindakan

Tindakan adalah cerminan hati. Amal ibadah yang dilakukan dengan tindakan adalah berbuat baik kepada sesama, menolong orang yang membutuhkan, dan menegakkan kebenaran.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tindakan adalah dengan senantiasa melakukan amal shaleh dan menjauhi perbuatan maksiat. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:

  • Melaksanakan ibadah wajib
  • Mengerjakan ibadah sunah
  • Berbuat baik kepada sesama
  • Menolong orang yang membutuhkan
  • Menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar

Amal ibadah yang sempurna

Amal ibadah yang sempurna adalah amal ibadah yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, penuh cinta, lisan yang penuh penghayatan, dan tindakan yang sesuai dengan syariat Islam sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Amal ibadah yang sempurna akan mendatangkan pahala yang besar dan membawa pelakunya membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berikut adalah beberapa tips untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT seutuhnya dengan hati, lisan, dan tindakan:

  • Mulailah dari diri sendiri
  • Jadilah pribadi yang taat dan patuh kepada Allah SWT
  • Jangan mudah menyerah dalam menghadapi cobaan
  • Berusahalah untuk selalu berbuat baik
  • Tawakkal kepada Allah SWT

Dengan menjalankan amalan-amalan di atas, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT seutuhnya dan mendapatkan rahmat serta hidayah-Nya.

B.1.1.2. APAKAH SEMUA ORANG DAPAT MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH ?

Semua orang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dia tidak membeda-bedakan hamba-Nya. Allah selalu menerima pertobatan dan taubat dari hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dekat dengan Allah, terlepas dari ras, suku, atau latar belakangnya.

Dalam agama Islam, prinsip dasar adalah bahwa semua orang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Islam mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk berhubungan langsung dengan Allah melalui doa, ibadah, dan tindakan baik.

TIdak ada perbedaan yang dibuat berdasarkan ras, suku, atau latar belakang sosial dalam hal mendekatkan diri kepada Allah. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang sama untuk beribadah dan mencari keberkahan Allah.

Ada beberapa cara yang dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Beberapa di antaranya adalah melaksanakan lima rukun Islam, yaitu syahadat (pengakuan iman), sholat lima waktu, membayar zakat (sumbangan amal), berpuasa selama bulan Ramadan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu.

Selain itu, penting bagi umat Muslim untuk menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan hadis. Ini termasuk menjaga keadilan, berlaku adil, bersedekah, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan mengerjakan amal perbuatan baik.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebebasan dalam menjalani kehidupan spiritual mereka sendiri. Meskipun ada pedoman dan tuntutan dalam agama Islam, cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah dapat bervariasi tergantung pada pemahaman dan praktik individu.

Menurut ajaran Islam, semua orang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, asalkan mereka beriman, bertakwa, dan beribadah kepada-Nya. Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Dekat. Allah SWT berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah : 186)

Allah SWT juga berfirman:

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan kalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan melampaui batas di bumi; tetapi Allah menurunkan (rezeki) dengan ukuran yang ditentukan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Asy-Syura : 27)

Ayat ini mengajarkan bahwa Allah Maha Bijaksana dalam memberikan rezeki kepada manusia, dan tidak semua manusia bersyukur atas nikmat-Nya.

Karena itu, kita sebagai hamba Allah SWT harus selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dzikir, doa, tafakkur, tadabbur, akhlak mulia, amal shaleh, dan lain-lain. Dengan demikian, kita akan mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridha Allah SWT, serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B.1.2. CARA MENJAUHI DAN MENCEGAH MAKSIAT


B.1.3. TAKWA DAN TAWAKAL SERTA INTERELASI KEDUANYA

B.1.3.1. TAKWA

Takwa adalah konsep sentral dalam Islam yang mencakup kesadaran, ketakutan, ketaatan, dan kepatuhan kepada Allah SWT. Istilah ini berasal dari bahasa Arab dan mencerminkan prinsip etika dan spiritual yang membimbing perilaku dan pandangan hidup seorang Muslim. Takwa melibatkan rasa takut dan penghormatan yang mendalam terhadap Allah, serta usaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama. Ini adalah konsep fundamental yang membentuk dasar dari etika dan moralitas dalam Islam dan memainkan peran penting dalam membimbing individu menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih berarti secara spiritual.

Takwa merupakan konsep yang sangat penting dalam Islam dan menjadi landasan moral dan spiritual bagi setiap Muslim. Ini adalah cara untuk mencapai kedekatan dengan Allah, mencapai kebahagiaan sejati, dan memandu tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Takwa adalah sikap seorang Muslim yang taat dalam menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Takwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat. Takwa juga berarti melindungi diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Definisi Takwa: Takwa adalah kesadaran spiritual dan ketakutan kepada Allah SWT yang mendorong individu untuk menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan-Nya. Ini mencakup kepatuhan kepada ajaran Islam, penghindaran dari perbuatan dosa dan tindakan negatif, serta usaha untuk menjaga hubungan yang baik dengan Allah dan sesama manusia. Takwa juga mencerminkan kepekaan terhadap nilai-nilai moral dan etika Islam serta upaya untuk menghindari perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.

Berikut adalah definisi dan penjelasan lengkap mengenai takwaBerikut adalah definisi dan penjelasan lengkap mengenai takwa :

  • Pengertian dalam Agama Islam: Takwa dianggap sebagai landasan utama dalam melaksanakan ajaran Islam. Ini melibatkan kepatuhan yang tulus terhadap perintah Allah serta menjauhi segala larangan-Nya.
  • Komponen Utama Takwa: Meliputi kesadaran terhadap kebesaran Allah, ketakutan akan hukuman-Nya, penghormatan terhadap perintah dan larangan-Nya, serta usaha sungguh-sungguh dalam menjalankan agama.
  • Hubungan dengan Iman: Takwa dianggap sebagai bukti nyata dari keimanan seseorang. Seseorang yang memiliki takwa akan cenderung lebih patuh terhadap ajaran agama dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
  • Peran dalam Kehidupan Sehari-hari: Takwa juga mencakup cara hidup yang bertanggung jawab, etika yang baik, serta penghormatan terhadap hak-hak sesama manusia.
  • Pengaruh dalam Perilaku dan Sikap: Meningkatkan kesadaran akan tindakan dan ucapan, sehingga individu yang memiliki takwa akan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
  • Keterkaitan dengan Ibadah: Takwa mendorong individu untuk melakukan ibadah dengan kualitas yang lebih baik, menjalankan perintah agama secara konsisten, dan menghindari segala bentuk dosa.
  • Akibat dari Memiliki Takwa: Menurut ajaran Islam, memiliki takwa akan mendatangkan berbagai rahmat dan keberkahan dari Allah, serta jaminan keselamatan di dunia dan akhirat.

Pentingnya takwa dalam Islam menunjukkan bahwa itu bukan hanya konsep teoritis, tetapi juga prinsip yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Takwa adalah pondasi dari keselamatan spiritual dan sukses di dunia dan akhirat menurut ajaran Islam.

Takwa memiliki beberapa makna dalam Al-Quran, antara lain:

  • Khasyyah (takut berbalut cinta) dan haibah (takut berbalut pengagungan) kepada Allah, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 41 dan 281.
  • Taat dan beribadah kepada Allah, seperti dalam QS. Ali Imran ayat 102.
  • Membersihkan hati dari berbagai dosa, seperti dalam QS. An-Nur ayat 52.

Takwa juga memiliki beberapa ciri-ciri dalam Al-Quran, antara lain:

  • Orang yang beriman kepada hal gaib, Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, beriman pada kitab-kitab Allah, dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalankan hidupnya, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 2-5.
  • Orang yang melaksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, seperti dalam hadits Nabi Saw: “Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bertakwa” (HR. Ath-Thabrani).

Contoh penerapan takwa dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  • Seorang pekerja yang bekerja dengan jujur, tidak menipu, tidak korupsi, dan memberikan kualitas yang baik. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan dan keberkahan dalam bekerja. Ia tidak khawatir jika tidak mendapat penghasilan yang banyak, karena ia yakin bahwa rezeki sudah ditentukan oleh Allah.
  • Seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah dan keluarganya dengan baik, tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, dan menyisihkan sebagian hartanya untuk bersedekah. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Ia tidak iri dengan kehidupan orang lain, karena ia yakin bahwa nikmat sudah ditentukan oleh Allah.
  • Seorang pemuda yang menjaga pandangan, perkataan, dan perbuatan dari hal-hal yang haram, tidak bergaul dengan orang-orang yang buruk, dan mengisi waktunya dengan hal-hal yang positif dan produktif. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi hidayah dan perlindungan dari godaan syaitan. Ia tidak tergoda dengan harta, tahta, atau wanita, karena ia yakin bahwa akhirat sudah ditentukan oleh Allah.

Poin-poin Penting Tentang Takwa:

  • Kesadaran terhadap Allah
    • Takwa mendorong individu untuk selalu menyadari bahwa Allah selalu mengawasi dan mengetahui segala tindakan dan niatnya. Ini menciptakan rasa tanggung jawab spiritual.
    • Takwa dimulai dengan kesadaran akan kehadiran Allah yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Adil. Orang yang bertaqwa merasa bahwa Allah selalu mengawasinya, bahkan ketika tidak ada orang lain yang melihat.
  • Kepatuhan dan Pengabdian: Takwa mendorong individu untuk taat kepada ajaran agama dan berusaha untuk menjalankan kewajiban serta menjauhi larangan.
  • Arah Menuju Keselamatan: Takwa merupakan kunci utama dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
  • Ketakwaan Sebagai Landasan Iman: Takwa adalah salah satu pilar utama dalam agama Islam. Ia merupakan landasan bagi seorang Muslim untuk menjalani hidup yang benar, sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
  • Penguatan Iman: Takwa dapat memperkuat iman seseorang karena kesadaran akan Allah hadir dalam setiap aspek kehidupan. Ini juga membantu seseorang untuk bersyukur atas nikmat Allah.
  • Menjaga Lisan dan Tindakan: Takwa melibatkan pengendalian diri dalam perkataan dan tindakan. Seseorang yang bertakwa menjaga lisan mereka dari perkataan yang sia-sia, fitnah, dusta, dan sejenisnya.

  • Berbuat Baik: Takwa juga melibatkan perbuatan baik dan kasih sayang terhadap sesama. Orang yang bertaqwa berusaha untuk membantu yang membutuhkan, menjalani hidup yang adil, dan mengikuti etika dan nilai-nilai yang baik.

  • Keberpihakan terhadap Kebaikan: Takwa mendorong seseorang untuk selalu memilih jalan kebaikan dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral. Ini mencakup berbuat baik kepada sesama, menghindari perilaku buruk, dan menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran agama.
  • Landasan dalam Beribadah: Takwa mendorong seseorang untuk beribadah dengan kualitas yang lebih baik, menjalankan kewajiban agama secara konsisten, dan menghindari segala bentuk kemaksiatan.
  • Ibadah dan Amal Shaleh: Takwa juga melibatkan pelaksanaan ibadah dan amal shaleh. Orang yang bertaqwa menjalani ibadah dengan penuh ketaatan, seperti sholat, puasa, bersedekah, dan melakukan perbuatan baik kepada sesama.

  • Kesungguhan Dalam Ibadah: Orang yang bertaqwa mengamalkan ibadahnya dengan penuh kesungguhan dan khusyuk. Mereka merasa didekati Allah dalam setiap ibadah, seperti shalat, dzikir, dan tadarus Al-Qur'an.

  • Pendorong Perilaku dan Etika yang Baik: Takwa memotivasi individu untuk menjalani kehidupan dengan etika dan moral yang baik, serta menghindari segala bentuk perilaku negatif.
  • Kepatuhan terhadap Etika dan Moral: Takwa juga mencakup perilaku yang baik dan etika yang mulia. Ini termasuk berbicara dengan sopan, berlaku adil, berbuat baik kepada sesama, dan menjauhi perilaku yang merugikan orang lain.

  • Menumbuhkan Kedekatan dengan Allah: Melalui takwa, seseorang dapat memperkuat ikatan spiritual dengan Allah, merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
  • Menghindari Perbuatan Dosa: 
    • Takwa melibatkan usaha aktif untuk menjauhi dosa, tidak hanya dalam tindakan tetapi juga dalam pikiran, perkataan, dan niat. Orang yang bertaqwa berusaha keras untuk tidak melanggar norma moral dan etika agama.
    • Takwa mendorong individu untuk menjauhi perbuatan dosa, termasuk yang terlihat dan yang tersembunyi. Ini mencakup menghindari perbuatan yang dapat merusak hubungan dengan Allah.

  • Pencegahan terhadap Dosa: Takwa melibatkan upaya untuk menghindari dosa-dosa, terutama yang tampak dan yang tersembunyi, serta berusaha memperbaiki diri dan memohon ampunan ketika berbuat dosa.
  • Keberanian dalam Menolak Dosa: Takwa melibatkan keberanian untuk menolak dosa dan godaan yang datang dari setan atau hawa nafsu. Ini mencakup menahan diri dari perbuatan maksiat dan mematuhi perintah Allah meskipun dalam situasi yang sulit.

  • Mengendalikan Hawa Nafsu: Takwa melibatkan usaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan keinginan duniawi yang dapat menggoda seseorang untuk berbuat dosa. Mengendalikan hawa nafsu adalah elemen penting dari takwa.

  • Penolakan terhadap Keinginan Nafsu (Hawa Nafsu): Takwa memerintahkan kita untuk menahan diri dari mengikuti keinginan hawa nafsu kita yang mungkin bertentangan dengan ajaran agama. Ini melibatkan pengendalian diri yang kuat dan penekanan terhadap nafsu yang tidak sehat.

  • Ihsan (Kesempurnaan Dalam Beribadah): Takwa mendorong individu untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam ibadah mereka kepada Allah. Ini berarti beribadah dengan tulus ikhlas dan dedikasi maksimal, seolah-olah melihat Allah meskipun kita tidak bisa melihat-Nya.

  • Kesucian dan Kebersihan Hati/Batin: Takwa melibatkan kesucian hati dan pikiran. Ini mencakup menjauhi perasaan hasad, iri hati, dengki, dan perasaan negatif lainnya.

  • Pentingnya Kesadaran Diri: Orang yang bertaqwa selalu melakukan introspeksi diri untuk memeriksa tindakan dan niat mereka. Mereka berusaha untuk memperbaiki diri dan terus-menerus meningkatkan hubungan mereka dengan Allah.

  • Pengendalian/Kontrol Diri: Takwa melibatkan pengendalian diri dan nafsu, sehingga individu dapat menjauhi godaan dan tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama. Orang yang bertaqwa mampu menahan diri dari godaan dan hasrat negatif, sehingga tidak terjerumus ke dalam dosa.
  • Kewaspadaan Diri (Muhasabah): Takwa melibatkan introspeksi dan evaluasi diri secara rutin. Seseorang yang bertaqwa selalu mengevaluasi tindakan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka agar lebih mendekati ideal keimanan.

  • Kewaspadaan terhadap Perilaku Sosial: Takwa mencakup perilaku sosial yang baik. Ini berarti menjaga sirahturrahim (hubungan baik dengan sesama), membantu yang membutuhkan, dan berperilaku adil dalam hubungan sosial.

  • Peningkatan Hubungan Sosial: Takwa mendorong individu untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia, menjaga sirahturrahim, dan berlaku adil dalam interaksi sosial.

  • Saling Silaturahmi: Penting untuk menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia dan keluarga. Saling silaturahmi adalah bagian penting dari takwa, dan mencakup menjaga hubungan sosial yang harmonis dan mendukung.

  • Bertanggung Jawab dalam Interaksi Sosial: Takwa juga berarti berperilaku baik dalam interaksi sosial. Ini termasuk menjaga janji, menghormati orang lain, dan berlaku adil dalam segala hal.

  • Hubungan yang Baik dengan Sesama Manusia: Takwa tidak hanya mencakup hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia. Seseorang yang bertaqwa akan berusaha menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, menjalankan sirahturrahim, dan berlaku adil dan baik.

  • Keadilan dan Saling Menghormati: Takwa mendorong individu untuk berperilaku adil dan menghormati hak-hak orang lain, tanpa memandang suku, ras, atau agama. Ini mencakup sifat-sifat seperti kejujuran, kasih sayang, dan empati.

  • Tidak Takut Kepada Manusia: Orang yang bertakwa tidak takut kepada manusia atau tekanan sosial saat harus mengambil tindakan yang benar menurut agama mereka.

  • Menghindari Kecemburuan dan Keinginan Yang Berlebihan: Takwa membantu individu untuk tidak iri terhadap orang lain dan tidak terjebak dalam keinginan yang berlebihan. Ini menciptakan kedamaian batin.

  • Menghindari Perasaan Kebanggaan dan Kesombongan: Takwa mencakup penghindaran dari perasaan sombong dan bangga diri. Orang yang bertakwa menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah anugerah dari Allah.

  • Menjadi Suri Teladan (Contoh yang Baik): Orang yang bertakwa adalah contoh yang baik bagi orang lain dalam berperilaku dan beribadah. Mereka menginspirasi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar.

  • Tindakan yang Sesuai: Takwa bukan hanya tentang keyakinan atau niat, tetapi juga melibatkan tindakan nyata. Seseorang yang bertaqwa akan menjalankan ibadah dan perintah Allah serta menjauhi tindakan dosa. Mereka akan berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan, termasuk perilaku, bisnis, dan interaksi sosial.

  • Keterbukaan Terhadap Perbaikan Diri: Takwa juga mencakup kesediaan untuk memperbaiki diri dan terus-menerus berupaya mendekatkan diri kepada Allah. Ini melibatkan refleksi diri, tobat, dan niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

  • Pentingnya Pembinaan Karakter: Takwa adalah upaya untuk membangun karakter yang kuat dan integritas moral yang tinggi. Ini melibatkan kesabaran, kejujuran, keadilan, dan kebaikan.

  • Kemuliaan Akhlak: Takwa membantu dalam pengembangan akhlak yang baik, seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang terhadap sesama.

  • Pencarian Kehidupan yang Seimbang: Orang yang bertaqwa mencari keseimbangan antara kewajiban agama dan tanggung jawab duniawi. Mereka tidak menjauhi dunia, tetapi menggunakan kekayaan dan sumber daya dengan bijak dan adil.

  • Ketaatan dan Ibadah: Takwa mendorong individu untuk melaksanakan ibadah harian seperti shalat, puasa, dan bersedekah, serta berusaha untuk menjadikan ibadah sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
  • Kesempurnaan Ibadah: Takwa membantu dalam menjalani ibadah dengan khusyuk dan kesungguhan yang tinggi, sehingga ibadah menjadi lebih bermakna.

  • Ketaatan Terhadap Hukum Allah: Bertaqwa melibatkan ketaatan terhadap hukum agama, seperti menjalankan ibadah seperti shalat, berpuasa, membayar zakat, dan menunaikan haji (jika mampu). Ketaatan ini menjadi manifestasi dari takwa.

  • Ketaatan kepada Ajaran Agama: Takwa mendorong seseorang untuk taat kepada perintah Allah dan menjalani ajaran agama dengan benar. Ini mencakup sholat, puasa, sedekah, dan tindakan ketaatan lainnya.

  • Pemenuhan Kewajiban Agama: Selain menghindari dosa, takwa juga mencakup pemenuhan kewajiban agama, seperti menjalankan shalat, berpuasa, membayar zakat, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

  • Kesalehan Batin dan Zahir: Takwa melibatkan kedalaman dalam keimanan dan hubungan pribadi dengan Allah, yang mencakup perasaan kerendahan hati, doa, dan introspeksi. Tapi juga mencakup tindakan nyata yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

  • Doa dan Dzikir: Takwa melibatkan doa dan dzikir secara teratur untuk memperkuat ikatan spiritual dengan Allah dan meminta bimbingan-Nya dalam menjalani kehidupan yang takwa.

  • Menjalani Hidup sesuai dengan Petunjuk Allah: Takwa memerlukan komitmen untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama dan moralitas yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah (tradisi Nabi Muhammad SAW). Ini mencakup menjauhi larangan dan melakukan perintah Allah.

  • Kepatuhan terhadap Hukum Allah: Takwa memandu individu untuk mematuhi hukum dan perintah Allah sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadits. Ini termasuk berpuasa, shalat, zakat, dan menjalankan ibadah-ibadah lainnya.

  • Menghindari Maksiat dan Dosa: Salah satu aspek utama takwa adalah menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Ini mencakup tidak hanya perbuatan dosa besar tetapi juga perilaku yang kurang disenangi Allah, seperti ghibah, bohong, atau pemborosan.

  • Pemberian Rezeki: Takwa diyakini dapat membawa berkah dan rezeki dari Allah. Ketika seseorang menjalani hidup dalam ketaatan, Allah dianggap akan memberikan rezeki yang mencukupi.

  • Memahami Bahwa Rezeki Ditentukan oleh Allah: Takwa melibatkan pemahaman bahwa Allah-lah yang menentukan rezeki, baik berupa kekayaan, kesehatan, atau kebahagiaan. Karena itu, orang yang bertakwa mengandalkan Allah dalam urusan rezeki dan berusaha halal dalam mencarinya.

  • Kesadaran akan Hari Penghisaban / Akhirat: 

    • Seseorang yang bertaqwa memiliki kesadaran yang mendalam tentang akhirat dan hari penghisaban. Mereka tahu bahwa setiap tindakan mereka akan dipertanggungjawabkan di akhirat, dan ini menjadi motivasi untuk hidup dengan takwa.
    • Takwa mengingatkan individu akan akhirat dan konsekuensi perbuatan di dunia ini. Ini membuat seseorang lebih berhati-hati dalam tindakan dan keputusan sehari-hari.
  • Ketakutan akan Akhirat: Orang yang bertaqwa memiliki keyakinan kuat terhadap hari penghisaban di akhirat, di mana setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka. Ketakutan akan akhirat adalah motivasi utama untuk menjalani hidup berdasarkan takwa.

  • Pentingnya Niat
    • Niat baik adalah bagian penting dari takwa. Niat yang tulus dan ikhlas dalam melakukan perbuatan adalah kunci dalam mencapai takwa.
    • Niat yang tulus dan ikhlas merupakan komponen kunci dalam takwa. Niat baik dan kesadaran bahwa tindakan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah adalah inti dari takwa.
  • Berdoa dan Tawakkal: Seseorang yang bertaqwa juga tahu bahwa mereka bergantung sepenuhnya pada Allah. Karena itu, mereka berdoa dengan tekun, tawakkal (bertawakal) kepada-Nya, dan mempercayai bahwa Allah adalah pemegang segala urusan.

  • Kasih Sayang dan Keadilan: Takwa mendorong individu untuk memperlakukan orang lain dengan kasih sayang, kejujuran, dan keadilan, serta menjauhi perlakuan yang tidak adil.
  • Menghadirkan Ketenangan dan Kedamaian: Dengan memiliki takwa, seseorang akan merasakan kedamaian batin dan ketenangan jiwa, karena memiliki keyakinan bahwa Allah senantiasa melindungi dan memberikan rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang bertaqwa.

  • Ketakutan dan Harapan: Takwa mencakup perasaan takut akan azab Allah jika melanggar perintah-Nya, sekaligus berharap kepada rahmat-Nya jika berperilaku baik. Ini adalah keseimbangan antara rasa takut dan harapan.

  • Keberkahan dan Perlindungan: Takwa dianggap sebagai sumber keberkahan dan perlindungan dari Allah. Orang yang hidup dalam takwa diyakini akan mendapatkan rizki yang diberkati, perlindungan dari kesulitan, dan petunjuk dalam kehidupannya.

  • Peningkatan Diri: Takwa tidak bersifat statis; sebaliknya, itu adalah proses berkelanjutan. Orang yang bertaqwa selalu berusaha meningkatkan diri mereka, memperbaiki kelemahan, dan mendekatkan diri kepada Allah lebih dari sebelumnya.

  • Integritas dan Kehormatan: Takwa juga mencakup integritas dan kehormatan. Orang yang bertaqwa menjalani kehidupan dengan jujur, adil, dan penuh kebaikan, sehingga menciptakan kehidupan yang bermartabat.

  • Pahala dan Balasan: Orang yang bertaqwa diyakini akan mendapatkan pahala dan balasan dari Allah. Mereka berharap untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan pahala di dunia dan akhirat.

  • Pentingnya Ilmu: Untuk mencapai takwa, ilmu dan pemahaman tentang ajaran Islam sangat penting. Ini memungkinkan individu untuk tahu apa yang benar dan salah, serta bagaimana menjalankan perintah Allah dengan benar.
  • Pentingnya Takwa:
    • Mendekatkan diri kepada Allah: Takwa adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan rahmat-Nya. Dengan menghayati takwa, seseorang dapat mencapai keridhaan Allah.
    • Purifikasi Jiwa: Takwa membantu individu untuk membersihkan jiwa dan hati dari dosa dan perilaku negatif.
    • Perlindungan dari Dosa: Takwa adalah perisai yang melindungi dari godaan dan dosa-dosa. Ini membantu individu untuk menghindari tindakan yang dapat merusak akhlak dan moral mereka.
    • Sukses di Dunia dan Akhirat: Takwa adalah kunci kesuksesan di dunia dan akhirat. Allah berjanji memberikan petunjuk, pertolongan, dan kemudahan kepada orang-orang yang bertaqwa.
    • Kehidupan yang Damai: Takwa menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Ini menghilangkan kecemasan dan kegelisahan, serta memberikan ketenangan batin.
    • Mendapat Syafa'at: Di hari kiamat, takwa dapat menjadi sebab mendapat syafa'at (syafa'at) dari Nabi Muhammad SAW.
Pentingnya takwa dalam Islam menunjukkan bahwa itu bukan hanya konsep teoritis, tetapi juga prinsip yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Takwa adalah pondasi dari keselamatan spiritual dan sukses di dunia dan akhirat menurut ajaran Islam.

B.1.3.2. TAWAKAL

Tawakal adalah sikap seorang Muslim yang mengandalkan Allah SWT dalam segala urusan dan meyakini bahwa Dia adalah sebaik-baik penolong dan pelindung. Tawakal berasal dari kata wakala yang berarti menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan. Orang yang bertawakal adalah orang yang sudah menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan semua urusan yang dimiliki pada Allah SWT.

Tawakal berupa konsep penting dalam Islam yang merujuk pada tindakan melepaskan diri dari kekhawatiran dan ketergantungan pada Allah SWT. Ini mencerminkan kepercayaan kuat seorang Muslim kepada Allah sebagai pemegang kendali atas segala sesuatu, serta keyakinan bahwa semua yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari kehendak-Nya.

Konsep Tawakal dalam Islam yang menggambarkan kepercayaan dan ketaatan seseorang kepada Allah SWT, di mana individu menyerahkan segala urusan, kekhawatiran, dan perencanaan hidup mereka kepada Allah. Tawakal tidak berarti tindakan pasif atau ketidakberdayaan, tetapi sebaliknya, ia merangkul usaha dan ikhtiar, sambil menyadari bahwa hasil akhir selalu dalam kendali Allah. Ini adalah ungkapan dari iman, ketaatan, dan rasa percaya kepada Allah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

Pengertian Tawakal: Tawakal adalah bentuk kepercayaan dan ketergantungan penuh seorang Muslim kepada Allah SWT. Ini mencakup keyakinan bahwa Allah adalah pemegang kendali atas segala sesuatu, dan kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan dan berusaha, sementara hasil akhir sepenuhnya dalam tangan-Nya.

Tawakal merupakan salah satu kunci sukses hidup Islami, karena dengan tawakal kita akan merasa tenang, optimis, dan sabar dalam menghadapi segala cobaan dan ujian yang datang dalam hidup kita. Allah SWT berfirman dalam QS. At-Thalaq ayat 3:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ ٱللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ ٱللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Artinya: “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah menciptakan (mewujudkan) apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” .

Dalil-dalil lain tentang tawakal dalam Al-Quran antara lain:

QS. Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي ٱلأمْرِ فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” .

Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal harus disertai dengan musyawarah atau konsultasi dengan orang-orang yang ahli dalam suatu masalah. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha atau ikhtiar, tetapi berusaha sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah Allah SWT yang Dia tetapkan.

QS. An-Nahl ayat 40:

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Artinya: “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya hanyalah Kami berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia” .

Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal harus disertai dengan keyakinan bahwa Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu dan Dia lah yang menentukan segala urusan. Tawakal bukan berarti mengandalkan selain Allah SWT atau mengambil sebab-sebab yang tidak halal.

Hadits: Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya tawakal. Contohnya adalah hadits riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi yang menyatakan, "Jika kamu semua bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, dan kembali di petang dalam keadaan kenyang."

Contoh penerapan tawakal dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  • Seorang petani yang berusaha menanam padi dengan baik, tidak merusak lingkungan, dan memberikan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi hujan yang cukup dan panen yang melimpah. Ia tidak khawatir jika padi nya gagal panen, karena ia yakin bahwa rizki sudah ditentukan oleh Allah.
  • Seorang guru yang berusaha mengajar murid-muridnya dengan sabar, tidak marah-marah, dan memberikan materi yang bermanfaat. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi ilmu yang bermanfaat dan murid-muridnya yang cerdas. Ia tidak sedih jika murid-muridnya tidak menghargai usahanya, karena ia yakin bahwa pahala sudah ditentukan oleh Allah.
  • Seorang ibadah haji yang berusaha melaksanakan semua rukun haji dengan baik, tidak melanggar aturan, dan menjaga akhlaknya. Ia juga berdoa kepada Allah agar diberi kesempatan untuk melihat Ka’bah dan mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW. Ia tidak kecewa jika ada halangan atau kesulitan dalam ibadah hajinya, karena ia yakin bahwa qadar sudah ditentukan oleh Allah.
  • Seseorang yang menghadapi masalah keuangan dan memutuskan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi dalam hatinya ia melepaskan kekhawatiran dan ketergantungannya pada Allah. Dia percaya bahwa hasil akhirnya ada dalam kendali Allah.
  • Seorang pebisnis yang telah berinvestasi dan merencanakan bisnisnya dengan cermat, tetapi pada akhirnya ia menerima bahwa kesuksesan atau kegagalan usahanya bergantung pada kehendak Allah.
  • Seorang Muslim yang tawakal tidak hanya berdoa dan berikhtiar, tetapi juga melepaskan kekhawatiran dan stres terhadap hasil akhir. Sebagai contoh, seseorang yang mencari pekerjaan akan melamar pekerjaan, mempersiapkan diri sebaik mungkin, dan melakukan usaha maksimal dalam proses pencariannya. Namun, setelah melakukan semua upaya itu, ia tawakal kepada Allah untuk hasil akhirnya, yakin bahwa Allah akan memberikannya pekerjaan jika itu yang terbaik untuknya. Ini bukan berarti seseorang berdiam diri tanpa berusaha, tetapi ia mengerti bahwa hasil akhir tidak sepenuhnya dalam kendali manusia.
Poin-Poin Penting tentang Tawakal
  •  Keseimbangan

Tawakal tidak berarti keg7yagalan untuk merencanakan atau berusaha. Seorang Muslim harus berusaha dan merencanakan dengan bijaksana, tetapi melepaskan akhirnya kepada Allah.

Tawakal memerlukan keseimbangan antara usaha dan keyakinan. Tawakal bukan berarti mengabaikan tanggung jawab dan ikhtiar, tetapi meletakkan segalanya di tangan Allah setelah usaha maksimal telah dilakukan.

Ini adalah keseimbangan antara ikhtiar (usaha) dan tawakal (ketergantungan kepada Allah). Seorang Muslim diharapkan untuk berusaha keras sambil melepaskan hasilnya kepada Allah. 

  • Tawakal Bukan Kebijakan Pasif: 

Tawakal bukanlah sikap pasif atau pengabaian terhadap tindakan. Ia menggabungkan tindakan dan usaha, tetapi dengan kesadaran bahwa hasil akhir ada di tangan Allah. 

Tawakal tidak berarti pasif atau mengabaikan tanggung jawab, melainkan memadukan usaha keras dengan keyakinan bahwa hasil akhir sepenuhnya ditentukan oleh Allah.
  • Ikhtiar dan Tawakal: Tawakal tidak berarti mengabaikan usaha atau ikhtiar. Seorang Muslim masih perlu berusaha dan berencana dengan sungguh-sungguh, namun ia harus melepaskan kekhawatiran akan hasil akhir dan mengandalkan Allah.

  • Usaha dan Perencanaan: Meskipun kita bertawakal kepada Allah, kita tetap diwajibkan untuk berusaha dan merencanakan. Tawakal tidak boleh menjadi alasan untuk berdiam diri tanpa usaha.

  • Rasa Percaya kepada Allah: 

Tawakal menggambarkan rasa percaya yang mendalam kepada Allah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang berwenang atas segala hal.  
 
Tawakal didasarkan pada keyakinan kuat terhadap Allah sebagai Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Adil. Seorang yang tawakal mengakui bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya.
  • Kepercayaan pada Kehendak Allah: Tawakal mencerminkan kepercayaan bahwa Allah-lah yang tahu apa yang terbaik bagi manusia, dan bahwa setiap kejadian dalam hidup adalah bagian dari rencana-Nya.

  • Ketundukan Kepada Kehendak Allah: Tawakal menunjukkan ketundukan penuh kepada kehendak Allah. Manusia berusaha sekuat tenaga, namun tahu bahwa akhirnya semua keputusan ada di tangan-Nya.

  • Keyakinan Kuat: Tawakal mencerminkan keyakinan yang kuat kepada Allah sebagai pemegang kendali mutlak.
  • Ketergantungan Penuh: Tawakal mengandung prinsip ketergantungan penuh kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam perencanaan, usaha, dan hasil.

  • Penerimaan Terhadap Ketentuan Allah: Tawakal mencakup penerimaan penuh terhadap ketentuan Allah, baik itu dalam kebahagiaan atau kesulitan. Ini adalah bentuk kesabaran dan rida dengan takdir-Nya.

  • Ketika Menghadapi Kesulitan: Tawakal sering kali diungkapkan dengan lebih kuat ketika seseorang menghadapi kesulitan, tantangan, atau ujian dalam hidupnya.
  • Keheningan Dalam Doa: Dalam saat-saat keputusasaan atau kesulitan, tawakal adalah saat kita berdoa dengan tulus kepada Allah dan merasa yakin bahwa Dia mendengarkan doa kita.

  • Berdoa dan Bertindak: 

Meskipun tawakal kepada Allah, individu dianjurkan untuk terus berdoa, berusaha, dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan mereka. 

Bagian dari tawakal adalah berdoa kepada Allah, memohon bimbingan, bantuan, dan kesuksesan dalam segala tindakan.
  • Ketenangan dan Ketentraman Jiwa:

Tawakal membawa ketenangan batin dan jiwa. Seorang yang tawakal tidak dilanda kecemasan yang berlebihan, dan ia merasa lega karena yakin bahwa Allah akan merencanakan yang terbaik untuknya.

Tawakal membawa ketenangan dan ketentraman dalam hati. Seorang Muslim yang benar-benar bertawakal tidak cemas atau takut karena ia tahu Allah selalu bersamanya.

  • Kesabaran: Tawakal sering kali berkaitan dengan kesabaran. Seseorang harus bersabar dengan apa pun yang Allah tentukan sebagai hasil akhir. Tawakal seringkali memerlukan kesabaran, karena hasil mungkin tidak segera terlihat atau sesuai dengan harapan kita. 
  • Sabar dan Ridha: Tawakal seringkali disertai dengan sifat sabar dan ridha terhadap kehendak Allah, baik dalam kesuksesan maupun kegagalan.

  • Pembebasan dari Kekhawatiran Berlebihan: Tawakal membantu seseorang untuk melepaskan kekhawatiran berlebihan, karena mereka tahu bahwa Allah adalah Pelindung mereka.

  • Ketidakbergantungan pada Dunia: Tawakal membantu manusia untuk tidak terlalu bergantung pada dunia dan harta benda. Mereka tahu bahwa segala yang ada di dunia ini sementara dan yang abadi adalah akhirat.

  • Tidak Bergantung pada Manusia: Tawakal mengajarkan untuk tidak terlalu bergantung pada kekuatan manusia, hubungan sosial, atau faktor duniawi lainnya. Seseorang mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada Allah dalam semua aspek kehidupan.

  • Keseimbangan Emosi: Bertawakal membantu seseorang untuk menjaga keseimbangan emosional dalam menghadapi tekanan atau stres. Ini menghindari kecemasan yang berlebihan.

  • Mengurangi Stres: 

Mempraktikkan tawakal dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan, karena seseorang tahu bahwa Allah yang Maha Bijaksana mengatur segala sesuatu.

Tawakal membantu mengurangi stres, kecemasan, dan kegelisahan dalam menghadapi tantangan hidup, karena percaya bahwa Allah selalu menyertai dan merencanakan yang terbaik bagi hamba-Nya.

B.1.3.3. PERBEDAAN ANTARA TAKWA DAN TAWAKAL

Takwa dan tawakal adalah dua konsep penting dalam ajaran Islam. Keduanya memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Namun, takwa dan tawakal juga memiliki perbedaan makna dan penerapan.

Secara sederhana, takwa berarti sikap taat kepada Allah SWT, sedangkan tawakal berarti sikap berserah diri kepada Allah SWT.

Takwa berasal dari kata waqaya yang artinya menjaga atau melindungi. Takwa adalah menjaga diri dari kemurkaan Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa juga berarti menyadari kebesaran Allah SWT dan kehinaan diri sendiri di hadapan-Nya. Takwa adalah syarat untuk mendapatkan keridhaan, ampunan, rahmat, dan petunjuk dari Allah SWT.

Tawakal berasal dari kata wakala yang artinya menyerahkan urusan atau menggantungkan diri. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa Dia adalah pencipta, pengatur, dan penentu segala sesuatu. Tawakal juga berarti mengandalkan Allah SWT dalam segala hal, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Tawakal adalah buah dari takwa dan iman kepada Allah SWT.

Perbedaan antara takwa dan tawakal dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

  • Aspek makna: Takwa lebih menekankan pada aspek ketaatan, sedangkan tawakal lebih menekankan pada aspek kepercayaan. Takwa lebih berkaitan dengan usaha manusia, sedangkan tawakal lebih berkaitan dengan hasil dari Allah SWT.
  • Aspek penerapan: Takwa harus diterapkan dalam segala hal, baik yang wajib maupun yang sunnah, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah. Tawakal harus diterapkan setelah melakukan usaha yang maksimal sesuai kemampuan dan syariat. Takwa harus dilakukan sebelum, selama, dan sesudah melakukan sesuatu, sedangkan tawakal harus dilakukan setelah melakukan sesuatu.
  • Aspek dampak: Takwa akan membawa dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain, seperti meningkatkan kualitas ibadah, mendapatkan pahala, menghindari dosa, memperbaiki akhlak, dan menyebarluaskan kebaikan. Tawakal akan membawa dampak positif bagi diri sendiri, seperti merasakan ketenangan, kebahagiaan, kesabaran, optimisme, dan perlindungan dari Allah SWT.

Contoh penerapan takwa dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

  • Seorang pelajar yang bertakwa akan rajin belajar, mengerjakan tugas, mengikuti ujian, dan tidak menyontek. Ia juga akan berdoa sebelum dan sesudah belajar atau ujian. Setelah itu, ia akan bertawakal kepada Allah SWT atas hasil yang akan diperolehnya.
  • Seorang pedagang yang bertakwa akan jujur dalam berdagang, tidak menipu pelanggan, tidak mengambil untung yang berlebihan, dan membayar zakat dan pajak. Ia juga akan berdoa sebelum dan sesudah berdagang. Setelah itu, ia akan bertawakal kepada Allah SWT atas rezeki yang akan didapatkannya.
  • Seorang pasien yang bertakwa akan berobat ke dokter, minum obat, menjaga kesehatan, dan tidak mengeluh. Ia juga akan berdoa sebelum dan sesudah berobat. Setelah itu, ia akan bertawakal kepada Allah SWT atas kesembuhan yang akan dicapainya.

B.1.3.4. INTERELASI ANTARA TAKWA DAN TAWAKAL

Interelasi antara takwa dan tawakal, dari beberapa sumber yang mungkin berguna bagi Anda. Berikut ringkasan singkat :

Takwa adalah sikap hati yang selalu ingat dan taat kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tawakal adalah berserah diri kepada Allah SWT dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak-Nya.

Interelasi antara takwa dan tawakal adalah bahwa keduanya saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Takwa merupakan syarat untuk tawakal, karena orang yang bertakwa akan senantiasa mengandalkan Allah SWT dalam segala urusan. Tawakal merupakan buah dari takwa, karena orang yang bertawakal akan merasakan ketenangan, kebahagiaan, dan perlindungan dari Allah SWT.

Dalil-dalil tentang takwa dan tawakal antara lain:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan Dia akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. Ath Thalaq: 5)

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)

Contoh-contoh tentang takwa dan tawakal antara lain:

Nabi Ibrahim AS adalah contoh teladan dalam takwa dan tawakal. Ketika ia diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail AS, ia menunjukkan ketaatannya dengan bersedia melaksanakan perintah tersebut. Namun, ketika ia hendak menyembelih putranya, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan orang yang bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.

Nabi Musa AS adalah contoh teladan dalam takwa dan tawakal. Ketika ia dikejar oleh Fir’aun dan pasukannya, ia tidak putus asa dan tidak takut. Ia berdoa kepada Allah SWT dan Allah SWT membukakan jalan bagi dirinya dan kaumnya di tengah laut. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada orang yang bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.

Nabi Yusuf AS adalah contoh teladan dalam takwa dan tawakal. Ketika ia difitnah oleh istri raja Mesir, ia tidak tergoda oleh godaan tersebut. Ia memilih untuk dipenjara daripada berbuat dosa. Namun, Allah SWT tidak meninggalkannya dalam kesulitan tersebut. Allah SWT memberikan kepadanya ilmu penafsiran mimpi dan kemudian mengangkatnya menjadi menteri di negeri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan kepada orang yang bertakwa dan bertawakal kepada-Nya.

B.1.4. TAKDIR BERSANDAR PADA KATA-KATA, PERKATAAN, DAN UCAPAN

Takdir yang bersandar pada kata-kata, perkataan, dan ucapan merupakan fenomena yang memiliki kedalaman makna dan implikasi penting dalam konteks kehidupan beragama dan spiritualitas. Dalam dunia Islam, kekuatan kata-kata dan ucapan diyakini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perjalanan hidup seseorang, termasuk menentukan takdir dan nasib mereka di dunia dan akhirat. Pemahaman akan pentingnya penggunaan kata-kata yang baik dan bijaksana, serta kesadaran akan kekuatan doa dan permohonan, menjadi inti dari penelitian ini.

Pada topik ini bertujuan untuk membahas secara mendalam mengenai bagaimana takdir dipercayai memiliki keterkaitan yang erat dengan apa yang diucapkan oleh individu/personal maupun impersonal. Dengan menyelami berbagai perspektif dan sudut pandang dari Al-Qur'an, hadits, serta pemikiran ulama terkemuka dalam dunia Islam, diharapkan kita dapat memahami lebih lanjut tentang betapa pentingnya memilih kata-kata dengan bijak dan memahami kekuatan doa serta permohonan dalam menentukan arah kehidupan.

Dengan demikian, studi ini tidak hanya akan membahas teori dan konsep teoritis semata, namun juga akan memberikan contoh-contoh konkret dari kehidupan nyata dan sejarah yang menggambarkan betapa pentingnya peran kata-kata dan doa dalam membentuk takdir manusia. Kesadaran akan konsekuensi dari setiap ucapannya diharapkan dapat membimbing pembaca untuk menjadi lebih bijaksana dalam berbicara, serta memahami betapa pentingnya memiliki niat yang suci dan tulus dalam setiap permohonan kepada Yang Maha Kuasa.

Melalui topik ini, kita akan memperoleh wawasan yang mendalam mengenai cara-cara yang dapat memanfaatkan kekuatan kata-kata dan doa dalam membentuk takdir yang lebih baik, sekaligus meningkatkan kesadaran akan konsekuensi dari setiap ucapan yang kita lontarkan. Semoga hasil topik ini memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih mendalam bagi para pembaca untuk mengoptimalkan potensi spiritualitas dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

B.1.4.1. UCAPAN ADALAH DOA

Barang kali kita pernah mendengar bahwa ucapan adalah doa. Ucapan adalah doa adalah konsep penting dalam Islam yang menggambarkan kekuatan kata-kata dan ucapan dalam mencapai berkah, keberkahan, dan pengaruh dalam kehidupan seseorang. 

Makna "Ucapan adalah Doa":

Konsep ini berarti bahwa apa yang kita katakan dan ucapkan memiliki dampak besar dalam kehidupan kita. Ucapan bisa menjadi bentuk doa, baik itu dalam bentuk permohonan, keberkahan, atau bahkan kutukan.

Konsep "ucapan adalah doa" adalah pengingat penting dalam Islam tentang kekuatan dan dampak kata-kata kita, serta betapa besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengarahkan ucapan kita pada kebaikan dan niat yang tulus, kita dapat menjadikan setiap kata yang kita ucapkan sebagai bentuk ibadah dan doa kepada Allah SWT.

Pernyataan bahwa "ucapan adalah doa" mencerminkan pentingnya perkataan dan ucapan dalam Islam. Ini mengandung makna bahwa apa pun yang kita katakan, baik secara sadar maupun tidak sadar, memiliki dampak dan dapat dianggap sebagai doa dalam arti luas.

Ucapan adalah doa adalah sebuah ungkapan yang mengandung makna bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan seseorang dapat berpengaruh terhadap nasib dan keadaan dirinya sendiri maupun orang lain. Ucapan yang baik dapat membawa kebaikan, sedangkan ucapan yang buruk dapat membawa keburukan. Oleh karena itu, seorang Muslim harus menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, dusta, fitnah, ghibah, namimah, dan keji.

Kata-kata yang diucapkan dengan tulus, niat baik, dan keyakinan kuat memiliki kekuatan spiritual dan dapat mempengaruhi takdir, keberuntungan, dan kehidupan seseorang.

Doa-Doa Harian: Ketika kita berdoa sebelum makan, sebelum tidur, atau setiap kali kita berpapasan dengan seseorang, itu adalah ucapan yang merupakan doa untuk berkah, perlindungan, dan kesejahteraan.

Pengucapan Kalimat Shahada: Saat seseorang memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat (kesaksian keimanan dalam Islam), itu adalah doa untuk mendapatkan petunjuk, keberkahan, dan kebaikan dalam hidup.

Dampak Kata-Kata: 

Dalam Islam, percaya bahwa kata-kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan dan dampak yang signifikan. Ucapan kita dapat mencerminkan niat, perasaan, dan pemikiran dalam hati kita. Sehingga, setiap ucapan yang kita lontarkan sebenarnya adalah ungkapan dari keadaan hati dan pikiran kita.

Permintaan kepada Allah: 

Ketika kita berbicara, kita sering kali meminta, mengeluh, berterima kasih, atau bahkan mengkritik. Semua bentuk ucapan ini, jika disertai niat yang tulus, dapat dianggap sebagai permohonan atau doa kepada Allah. Ucapan kita bisa menjadi sarana meminta pertolongan, petunjuk, atau anugerah-Nya.

Pengaruh Ucapan dalam Hubungan:

Ucapan yang penuh kasih sayang dan penghargaan dapat memperkuat hubungan antara individu. Sebaliknya, kata-kata kasar dan menyakitkan dapat merusak hubungan.

Contoh: Ucapan sayang dan pujian suami kepada istrinya bisa memperkuat cinta dalam rumah tangga.

Permohonan dan Doa:

Ucapan adalah cara kita berdoa kepada Allah. Ketika kita memohon atau meminta sesuatu dalam doa, ucapan kita mencerminkan keinginan dan harapan kita.

Contoh: Ketika seseorang berdoa untuk kesembuhan penyakit, doa tersebut adalah bentuk ucapan yang merupakan doa kepada Allah.

Kutukan dan Kata-kata Negatif:

Ucapan yang negatif dan kutukan juga dapat memiliki dampak besar dalam kehidupan seseorang. Islam mengajarkan untuk menjauhi kutukan dan kata-kata buruk.

Contoh: Mengutuk atau mengucapkan kata-kata buruk terhadap orang lain dapat membawa malapetaka dalam kehidupan mereka.

Berhati-Hati dengan Ucapan:

Islam mendorong kita untuk berhati-hati dalam berbicara dan berucap. Sebagai manusia, kita harus berpikir sebelum berbicara dan menjaga lisan kita.

Poin Penting: 

  • Ucapan yang positif, baik, dan bermakna dapat membawa berkah dan keberkahan dalam hidup, sementara ucapan yang negatif dan kasar bisa merusaknya.
  • Konsep "ucapan adalah doa" menegaskan pentingnya kesadaran dalam berbicara dan berucap. Ucapan kita mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain, interaksi dengan Allah, dan keberkahan dalam hidup kita. 
  • Karena itu, penting untuk menggunakan kata-kata dengan bijak, baik dalam permohonan dan doa kepada Allah maupun dalam interaksi sehari-hari dengan sesama manusia.

B.1.4.2. DALIL-DALIL UCAPAN ADALAH DOA

Beberapa dalil tentang ucapan adalah doa adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang diridhai Allah tanpa berpikir panjang, Allah akan mengangkatnya beberapa derajat dengan kata-katanya itu. Dan seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka Jahanam dengan kata-katanya itu" (HR. Bukhari, Ahmad, dan Malik).

Allah SWT berfirman: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia’" (QS. Al-Isra: 53).

Allah SWT berfirman: "Tidaklah mengucapkan suatu perkataan melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir" (QS. Qaf: 18).

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Seseorang berkata, 'Demi Allah!' Allah berkata, 'Tidak ada yang bisa menjaga sumpah ini selain Aku.' Seseorang berkata, 'Demi Allah, aku tidak akan memaafkanmu!' Allah berkata, 'Aku memaafkanmu.'" (Bukhari dan Muslim). Hadits ini menggambarkan pentingnya ucapan dan sumpah dalam pandangan Allah.

Beberapa contoh tentang ucapan adalah doa adalah sebagai berikut:

Contoh ucapan baik: "Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah: 201)

Ucapan ini merupakan doa yang baik karena memohon kebaikan dari Allah SWT di dunia dan akhirat serta perlindungan dari siksa neraka.

Contoh ucapan buruk: "Ya Allah, celakakanlah orang-orang yang zalim dan musuh-musuh kami". 

Ucapan ini merupakan doa yang buruk karena tidak sesuai dengan akhlak Islam yang mengajarkan untuk berlaku adil dan memaafkan. 

Ucapan ini juga dapat menimbulkan permusuhan dan bencana bagi si pengucap atau orang lain.

Contoh ucapan belasungkawa: "Innalillahi wainnalillahi rajiun. Ya Allah, ampunilah dosa sahabatku, sayangi dia. Hindarkanlah dia dari azab kuburnya. Perkenankanlah ia kelak menghuni surga-Mu. Sesungguhnya ia adalah milik Allah SWT dan kepada-Nya lah ia akan kembali. Ya Allah, tuliskanlah ia di sisi-Mu termasuk ke dalam golongan orang-orang baik". 

Ucapan ini merupakan doa yang baik karena menyatakan rasa ikhlas atas kematian sahabat dan memohon ampunan dan rahmat Allah SWT bagi si mayit.

B.1.4.3. DOA-DOA DALAM SHOLAT ADALAH UCAPAN TEBAIK UNTUK MENSUCIKAN DIRI DAN MENGHADAP KEPADA ALLAH

Tentang doa-doa dalam sholat dan perbandingannya dengan mandi lima waktu. Hal yang menarik  dan penting, karena menunjukkan hubungan antara sholat dan doa sebagai ibadah yang menyucikan jiwa dan badan.

Sholat adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim lima kali sehari. Sholat adalah tiang agama, ibadah utama yang akan dihisab pertama pada hari kiamat. Sholat adalah cara berkomunikasi dengan Allah SWT, memuji, memohon, dan bersyukur kepada-Nya. Sholat juga merupakan cara membersihkan diri dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia.

Sholat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam dan doa iftitah sebagai salah satu contohnya sangat menarik dan penting, karena menunjukkan hubungan antara sholat dan doa sebagai ibadah yang menyucikan jiwa dan badan serta tuning kesadaran diri menghadap kepada Allah SWT.

Sholat juga memiliki efek seperti meditasi atau yoga. Bahkan merupakan meditasi tingkat tinggi jika dilakukan dengan benar dan khusyuk. Efek ketenangan dalam sholat tidak hanya berlaku secara temporal, namun berefek pada ketenangan hati dan pikiran, sehingga hati dan pikiran yang tenang akan menghasilkan perilaku yang tenang.

Meditasi adalah latihan mental yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi, kesadaran, dan ketenangan diri. Meditasi dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya. Meditasi juga dapat meningkatkan kesehatan fisik, seperti tekanan darah, sistem kekebalan tubuh, dan kualitas tidur.

Meditasi dalam Islam tidak harus dilakukan dengan cara tertentu, seperti duduk bersila atau bernapas secara teratur. Meditasi dalam Islam dapat dilakukan dengan cara apapun yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti berdzikir, berdoa, membaca Al-Quran, atau berpikir tentang ciptaan-Nya.

Doa iftitah adalah doa yang dibaca setelah takbiratul ihram (mengangkat kedua tangan sebatas telinga) dan sebelum membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat sholat. Doa iftitah adalah salah satu contoh meditasi dalam sholat, karena doa ini mengandung makna-makna yang mendalam dan indah.

Doa iftitah adalah ucapan terbaik karena merupakan bacaan atau doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai contoh bagi umatnya. Doa iftitah juga merupakan bacaan atau doa yang sesuai dengan syariat Islam dan norma-norma masyarakat. Doa iftitah juga merupakan bacaan atau doa yang mengandung makna-makna yang mendalam dan indah.

Beberapa makna dari doa iftitah adalah sebagai berikut:

Memohon perlindungan dari Allah SWT dari godaan syaitan yang terkutuk.

Memuji Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan agung.

Mengakui dosa-dosa dan kekurangan diri sendiri di hadapan Allah SWT.

Memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT untuk diri sendiri dan orang-orang beriman.

Menyatakan kesadaran bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.

Doa adalah ibadah yang sangat penting dan mulia. Doa adalah bentuk komunikasi manusia dengan Allah SWT yang mengandung permohonan atau pujian. Doa juga merupakan senjata orang beriman. Doa dapat mengubah takdir muallaq menjadi lebih baik.

Doa-doa dalam sholat adalah ucapan terbaik karena merupakan bacaan atau doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai contoh bagi umatnya. Doa-doa dalam sholat juga merupakan bacaan atau doa yang sesuai dengan syariat Islam dan norma-norma masyarakat. Doa-doa dalam sholat juga merupakan bacaan atau doa yang mengandung makna-makna yang mendalam dan indah.

Sholat wajib lima waktu bisa dikatakan seperti mandi lima waktu untuk menghilangkan kotoran tubuh karena sholat memiliki fungsi yang sama dengan mandi, yaitu membersihkan diri dari najis-najis lahir dan batin. Sholat dapat menghilangkan najis lahir dengan syarat-syaratnya, seperti berwudhu, bersuci, dan menutup aurat. Sholat juga dapat menghilangkan najis batin dengan rukun-rukunnya, seperti niat, takbir, bacaan Al-Quran, ruku’, sujud, tasyahud, salam, dan lain-lain.

Beberapa dalil tentang doa-doa dalam sholat dan perbandingannya dengan mandi lima waktu adalah sebagai berikut:

Tentang sholat: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Tentang doa: "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Ghafir: 60)

Tentang perbandingan sholat dengan mandi: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apakah kalian akan merasa kotor jika ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian lalu ia mandi di sungai itu setiap hari sebanyak lima kali? Maka demikianlah halnya dengan shalat lima waktu. Allah akan menghapus dosa-dosa dengan shalat tersebut.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

Beberapa contoh doa-doa dalam sholat adalah sebagai berikut:

Doa iftitah :

اللهُ أكبرُ كبيرًا، والحمدُ لله كثيرًا، وسبحان الله بكرةً وأصيلاً

(Allahu akbaru kabiiraa, wal hamdu lillahi katsiiraa, wa subhaanallahi bukrataw wa ashiilaa)

Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang.

Dalil: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 769) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Makna: Doa ini mengandung pengagungan kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Besar, Maha Terpuji, dan Maha Suci. Doa ini juga mengandung kesyukuran kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya di setiap waktu.

Doa iftitah :

وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّماواتِ وَالأرْض حنيفًا مسلمًا وما أنا من المشركين، إنّ صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له وبذلك أمرت وأنا من المسلمين

(Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syariika lah wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin)

Artinya: Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dalam keadaan berserah diri kepada Allah, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Dalil: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 770) dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Makna: Doa ini mengandung pengakuan bahwa Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu, dan bahwa kita hanya mengabdi kepada-Nya dengan ikhlas dan tanpa syirik. Doa ini juga mengandung penyerahan diri kepada Allah SWT dalam segala urusan hidup dan mati.

Contoh doa iftitah lainnya : 

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ 

(Alloohumma baa’id bainii wa baina khothooyaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghribi. Alloohumma naqqinii minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danas. Alloohummaghsil khothooyaaya bil maa’i wats tsalji wal barod) 

Artinya: Ya Allah jauhkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana engkaujauhkan antara timur dan barat. Duhai Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana bersihnya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan embun.

Contoh doa ruku’: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ (Subhaana rabbiyal 'azhiimi wa bihamdih) Artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya.

Contoh doa sujud: سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ (Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih) Artinya: Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi dan segala puji bagi-Nya.

B.1.4.4. BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI LISAN YANG BURUK?

Lisan yang buruk adalah lisan yang mengucapkan perkataan yang tidak baik, tidak benar, tidak sopan, tidak bermanfaat, atau tidak sesuai dengan syariat. Lisan yang buruk dapat menimbulkan dosa, kerugian, permusuhan, dan kesalahan dalam komunikasi.

Karena itu, seorang Muslim harus berusaha memperbaiki lisan agar selalu berbicara baik dan jujur.

Beberapa cara untuk memperbaiki lisan yang buruk adalah sebagai berikut:

  • Bertakwa kepada Allah SWT. Ingatlah bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segala perkataan dan perbuatan kita, dan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Allah SWT berfirman: “Tidaklah mengucapkan suatu perkataan melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaf: 18).
  • Mengendalikan diri. Jangan terburu-buru dalam berbicara, tetapi tenangkan diri dan pikirkan dulu apa yang akan diucapkan. Gunakan jeda selama beberapa detik sebelum berbicara agar bisa memilih perkataan yang lebih baik. Pikirkan juga konsekuensi dan dampak dari ucapan kita terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Menghindari ghibah dan namimah. Ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain di belakangnya tanpa sepengetahuannya. Namimah adalah menyampaikan perkataan orang lain yang dapat menimbulkan permusuhan atau perselisihan. Kedua perbuatan ini termasuk dosa besar dan dapat merusak hubungan antara sesama manusia.
  • Menghindari kebohongan dan ketidakjujuran. Kebohongan dan ketidakjujuran adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan akhlak Islam dan dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Kebohongan dan ketidakjujuran juga dapat mengurangi kepercayaan dan kredibilitas seseorang.
  • Menggunakan lisan untuk hal-hal yang bermanfaat. Lisan adalah anugerah Allah SWT yang harus digunakan untuk hal-hal yang baik, seperti berdzikir, berdoa, berilmu, berdakwah, bermuamalah, bersilaturahmi, dan memberi nasihat. Lisan juga dapat digunakan untuk hal-hal yang kreatif, seperti menulis puisi, cerita, lagu, atau kode.

B.1.4.5. POIN-POIN PENTING UCAPAN ADALAH DOA

  • Kesadaran dan Kewaspadaan: Konsep "ucapan adalah doa" mengingatkan kita untuk lebih sadar terhadap kata-kata yang kita ucapkan sehari-hari. Kita harus berhati-hati dalam perkataan kita agar ucapan kita selalu mengandung kebaikan dan kebenaran.
  • Niat yang Tulus: Ketika kita berbicara atau mengucapkan sesuatu, kita harus berfokus pada niat yang baik dan tulus. Ucapan yang didasari oleh niat yang baik lebih mungkin menjadi doa yang diterima oleh Allah.
  • Pengendalian Diri: Ucapan adalah bagian dari pengendalian diri yang baik dalam Islam. Menghindari perkataan kasar, bohong, atau menyakiti perasaan orang lain adalah bagian dari ibadah dan menjaga ucapan kita sebagai doa.
  • Pengaruh Lingkungan: Lingkungan yang baik dan positif juga dapat mempengaruhi ucapan kita. Lingkungan yang mendukung kebaikan akan membantu kita mengucapkan doa-doa yang baik dan positif.

B.1.5. TAKDIR BERSANDAR PADA GETARAN PIKIRAN, PERASAAN DAN HATI 

Pentingnya tirakat pikiran, perasaan dan hati, serta usaha untuk membersihkan kotoran-kotoran pikiran dan hati. Untuk itulah perlunya semacam ilmu pengendalian diri (علم ضبط النفس) maupun ilmu penata/menata hati (علم القلب) dalam berbagai literatur tasawuf klasik banyak sekali membahas topik-topik semacam ini untuk mecapai atau jalan menuju kondisi spiritual yang baik. 

B.1.6. INTERELASI ANTARA UCAPAN DENGAN GETARAN PIKIRAN, PERASAAN DAN HATI DALAM PEMBENTUKAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP JALAN TAKDIR

Seringkali dibuat penasaran pertanyaan yang mengacu tentang interelasi antara ucapan dengan getaran pikiran, perasaan dan hati dalam pembentukan serta pengaruhnya terhadap jalan takdir. Ini adalah pertanyaan yang menarik dan penting, karena menunjukkan hubungan antara aspek-aspek psikologis dan spiritual dalam kehidupan manusia.

Interelasi antara ucapan dengan getaran pikiran, perasaan dan hati adalah sebagai berikut:

  • Ucapan adalah hasil dari pikiran, perasaan dan hati. Ucapan adalah ekspresi verbal dari apa yang ada di dalam diri manusia, baik berupa ide, opini, emosi, niat, atau doa. Ucapan mencerminkan kondisi pikiran, perasaan dan hati seseorang pada saat itu.
  • Pikiran, perasaan dan hati adalah sumber dari ucapan. Pikiran, perasaan dan hati adalah aspek-aspek psikologis dan spiritual yang mempengaruhi ucapan manusia. Pikiran adalah proses kognitif yang melibatkan penalaran, pemahaman, dan pengambilan keputusan. Perasaan adalah proses afektif yang melibatkan emosi, mood, dan suasana hati. Hati adalah proses intuitif yang melibatkan keyakinan, nilai, dan nurani.
  • Ucapan mempengaruhi pikiran, perasaan dan hati. Ucapan tidak hanya merupakan hasil, tetapi juga penyebab dari pikiran, perasaan dan hati. Ucapan dapat membangkitkan, mengubah, atau memperkuat pikiran, perasaan dan hati seseorang, baik secara positif maupun negatif. Ucapan juga dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan hati orang lain yang mendengarnya.
  • Pikiran, perasaan, hati, dan ucapan mempengaruhi jalan takdir. Jalan takdir adalah jalur hidup yang telah ditentukan oleh Allah SWT bagi setiap manusia. Jalan takdir terdiri dari dua jenis, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram. Takdir muallaq adalah takdir yang dapat berubah sesuai dengan amal perbuatan manusia. Takdir mubram adalah takdir yang tidak dapat berubah, seperti kematian, rezeki, dan jodoh. Pikiran, perasaan, hati, dan ucapan adalah bagian dari amal perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi takdir muallaq. Pikiran, perasaan, hati, dan ucapan yang baik dapat mendatangkan kebaikan, sedangkan pikiran, perasaan, hati, dan ucapan yang buruk dapat mendatangkan keburukan.

Beberapa dalil tentang interelasi antara ucapan dengan getaran pikiran, perasaan dan hati dalam pembentukan serta pengaruhnya terhadap jalan takdir adalah sebagai berikut:

  • Tentang ucapan sebagai hasil dari pikiran, perasaan dan hati: “Tidaklah diucapkan oleh seseorang suatu perkataan, melainkan ada di dekatnya pengawas yang hadir.” (QS. Qaf: 18)
  • Tentang pikiran, perasaan dan hati sebagai sumber dari ucapan: “Dan tidaklah kamu berbicara kecuali ada yang mengawasi amalanmu.” (QS. Al-Mulk: 14)
  • Tentang ucapan mempengaruhi pikiran, perasaan dan hati: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS. Al-Isra: 53)
  • Tentang pikiran, perasaan, hati, dan ucapan mempengaruhi jalan takdir: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Demikianlah tentang interelasi antara ucapan dengan getaran pikiran, perasaan dan hati dalam pembentukan serta pengaruhnya terhadap jalan takdir serta dalil-dalilnya. 

B.1.6.1. BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI PIKIRAN, PERASAAN, HATI, DAN UCAPAN KITA?

Pertanyaan tentang cara memperbaiki pikiran, perasaan, hati, dan ucapan kita. Ini adalah pertanyaan yang menarik dan penting, karena menunjukkan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki pikiran, perasaan, hati, dan ucapan Anda, antara lain:

  • Berpikir positif. Berpikir positif adalah sikap mental yang melihat sisi baik dari segala hal dan mengharapkan hasil yang baik. Berpikir positif dapat membantu Anda mengatasi stres, meningkatkan kesehatan, dan merasa lebih bahagia. Anda dapat berpikir positif dengan menghindari pikiran negatif, bersyukur, bermimpi, dan berdoa.
  • Mengelola emosi. Mengelola emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengungkapkan, dan mengatur perasaan Anda dengan tepat. Mengelola emosi dapat membantu Anda menjaga keseimbangan, menghindari konflik, dan berempati. Anda dapat mengelola emosi dengan menenangkan diri, mengakui perasaan Anda, mencari solusi, dan berbagi dengan orang lain.
  • Menjaga hati. Menjaga hati adalah usaha untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk, seperti dengki, sombong, iri, dan benci. Menjaga hati dapat membantu Anda mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, dan mencintai sesama. Anda dapat menjaga hati dengan berdzikir, bertobat, bersabar, dan berbuat baik.
  • Berucap baik. Berucap baik adalah perilaku yang menggunakan kata-kata yang sopan, santun, dan bermanfaat. Berucap baik dapat membantu Anda menjalin hubungan yang harmonis, menghormati orang lain, dan menyebarkan kebaikan. Anda dapat berucap baik dengan menghindari ucapan yang kasar, bohong, fitnah, dan kutuk. Anda juga dapat berucap baik dengan memberi pujian, nasehat, dan doa.

Demikian jawaban singkat saya tentang cara memperbaiki pikiran, perasaan, hati, dan ucapan kita. 

B.1.6.2. BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKI KARAKTER YANG BURUK

Karakter yang buruk adalah karakter yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, dan agama yang berlaku di masyarakat. Karakter yang buruk dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, serta menimbulkan masalah dalam kehidupan. Karena itu, seorang Muslim harus berusaha memperbaiki karakter yang buruk dan menggantinya dengan karakter yang baik.

Beberapa cara untuk memperbaiki karakter yang buruk adalah sebagai berikut:

  • Mengetahui dan mengakui karakter buruk yang dimiliki. Langkah pertama untuk memperbaiki karakter adalah mengetahui dan mengakui apa saja karakter buruk yang dimiliki, seperti pemarah, iri, sombong, malas, atau lainnya. Dengan mengetahui dan mengakui karakter buruk tersebut, seseorang dapat lebih mudah untuk mengubahnya.
  • Mencari tahu penyebab dan dampak dari karakter buruk tersebut. Setelah mengetahui dan mengakui karakter buruk yang dimiliki, seseorang harus mencari tahu apa saja penyebab dan dampak dari karakter tersebut. Misalnya, seseorang menjadi pemarah karena kurang sabar atau stres, dan dampaknya adalah merusak hubungan dengan orang lain atau menyakiti diri sendiri. Dengan mengetahui penyebab dan dampak dari karakter buruk tersebut, seseorang dapat lebih termotivasi untuk memperbaikinya.
  • Mengambil contoh dari orang-orang yang memiliki karakter baik. Salah satu cara untuk memperbaiki karakter adalah dengan mengambil contoh dari orang-orang yang memiliki karakter baik, seperti Nabi Muhammad SAW, para sahabat, ulama, atau tokoh-tokoh inspiratif lainnya. Seseorang dapat belajar dari kisah-kisah, nasihat-nasihat, atau perilaku-perilaku mereka yang mencerminkan karakter baik, seperti sabar, ikhlas, tawadhu, cinta, atau lainnya.
  • Berdoa dan berusaha untuk mengubah karakter buruk menjadi baik. Karakter adalah sesuatu yang tidak mudah diubah, tetapi tidak mustahil. Seseorang harus berdoa kepada Allah SWT agar diberikan bantuan dan kemudahan untuk mengubah karakter buruk menjadi baik. Seseorang juga harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengubah karakter tersebut dengan cara-cara yang halal dan positif, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, beramal sholeh, bergaul dengan orang-orang baik, atau lainnya.
  • Minta maaf dan memperbaiki kesalahan akibat karakter buruk. Jika seseorang telah melakukan kesalahan akibat karakter buruknya, seperti menyakiti atau menyinggung orang lain, maka seseorang harus segera minta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Seseorang juga harus belajar dari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.

B.1.6.3. BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA MANUSIA DAN SESAMA MAKHLUK ALLAH

Berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Allah adalah perintah Allah SWT dan merupakan salah satu akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Berbuat baik kepada sesama manusia dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana, seperti tersenyum, menyapa, dan membantu orang lain yang membutuhkan. Berbuat baik kepada sesama makhluk Allah juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberi makan hewan, menjaga kebersihan lingkungan, dan melestarikan alam.

Berikut adalah dalil-dalil yang menganjurkan kita untuk berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Allah:

Al-Qur'an

Surat Al-Isra' ayat 7:

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk dirimu sendiri."

Surat Al-Baqarah ayat 177:

"Bukanlah kebajikan engkau menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan para nabi; dan mendermakan harta karena cinta kepada-Nya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang stranded), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan menepati janji apabila kamu berjanji; dan bersabarlah dalam menghadapi kesusahan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."

Hadist

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa yang meringankan beban seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan bebannya di akhirat. Siapa yang memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat." (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menolong saudaranya yang sedang dalam kebutuhan, maka Allah akan menolongnya dalam kebutuhannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allâh menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.” (HR Muslim dan Ahmad).

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang wanita masuk surga karena seekor kucing yang disekapnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak membiarkannya makan serangga bumi.” (HR Bukhari).

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan baik. Dan jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang di antara kalian mengasah pisau dan memberi kenyamanan kepada hewan sembelihannya.” (HR Muslim).

Contoh-contoh perbuatan baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Allah:

Kepada sesama manusia:

  • Memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan, seperti donasi makanan, pakaian, atau uang.
  • Membantu orang tua, yatim piatu, dan fakir miskin.
  • Menolong orang yang sedang mengalami kesusahan.
  • Menjenguk orang yang sakit.
  • Mendoakan orang lain.

Kepada sesama makhluk Allah:

  • Memberi makan hewan.
  • Menjaga kebersihan lingkungan.
  • Melestarikan alam.
  • Tidak menyakiti hewan.
  • Tidak menebang pohon sembarangan.

Berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Allah adalah perbuatan mulia yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Selain itu, perbuatan baik juga akan membawa manfaat bagi diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Berbuat baik haruslah menyeluruh baik secara lahir mau pun baik secara batin, sebab konsep ini sangat penting yang berhubungan dengan niat dan kondisi hati atau kejiwaan.

Berbuat baik secara lahir dan batin adalah melakukan perbuatan yang baik secara lahiriah (fisik) dan batiniah (hati). Berbuat baik secara lahiriah adalah melakukan perbuatan yang sesuai dengan syariat Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan sedekah. Sedangkan berbuat baik secara batiniah adalah melakukan perbuatan yang baik dalam hati, seperti memiliki niat yang ikhlas, tawakal, sabar, dan bersyukur.

Dalil Berbuat Baik Secara Lahir dan Batin

Berikut adalah beberapa dalil yang menunjukkan pentingnya berbuat baik secara lahir dan batin:

Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka adalah sebaik-baik makhluk."

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan adalah orang yang terbaik. Kebajikan tersebut mencakup kebajikan lahiriah dan batiniah.

Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 27:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan orang yang diberi sedekah)."

Ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan baik yang disertai dengan ucapan yang menyakitkan hati orang lain tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim:

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat hatimu dan amalmu."

Hadis ini menunjukkan bahwa Allah SWT lebih melihat hati dan amal seseorang daripada rupa dan hartanya.

Contoh-Contoh Berbuat Baik Secara Lahir dan Batin

Berikut adalah beberapa contoh berbuat baik secara lahir dan batin:

Berbuat baik secara lahir:

  • Sholat tepat waktu
  • Berpuasa di bulan Ramadhan
  • Menunaikan zakat
  • Memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan
  • Membantu orang yang kesusahan
  • Bersikap sopan dan santun kepada orang lain
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Berbuat baik secara batin:

  • Memiliki niat yang ikhlas dalam setiap perbuatan
  • Berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT
  • Sabar dalam menghadapi cobaan
  • Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT
  • Memiliki sifat kasih sayang kepada sesama
  • Menjaga keikhlasan dalam beribadah

Kesimpulan

Berbuat baik secara lahir dan batin merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Berbuat baik secara lahiriah akan tampak pada perilaku dan perbuatan seseorang, sedangkan berbuat baik secara batiniah akan tampak pada hati dan jiwa seseorang. Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

B.1.6.4. AKHLAK YANG TERPUJI

Akhlak terpuji adalah tingkah laku yang baik, mulia, dan sesuai dengan ajaran Islam dan norma-norma masyarakat. Akhlak terpuji mencerminkan sifat-sifat yang disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW, seperti sabar, jujur, adil, ikhlas, tawadhu, dan lain-lain. Akhlak terpuji juga membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, seperti mendapatkan ridha Allah SWT, dicintai manusia, masuk surga, dan hidup bahagia.

Padanan kata-kata “Akhlak terpuji” adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama atau mirip dengan “Akhlak terpuji”. Beberapa padanan kata-kata “Akhlak terpuji” adalah sebagai berikut:

  • Akhlak mulia atau akhlak karimah: Kata-kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak yang memiliki keutamaan, kehormatan, dan kemuliaan. Kata-kata ini sering digunakan dalam literatur-literatur Islam untuk menyebut akhlak yang baik dan terpuji.
  • Budi pekerti luhur atau budi pekerti baik: Kata-kata ini berasal dari bahasa Jawa yang berarti akhlak yang memiliki kualitas, kebaikan, dan kesempurnaan. Kata-kata ini sering digunakan dalam budaya Jawa untuk menyebut akhlak yang baik dan terpuji.
  • Etika atau moral: Kata-kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu tentang akhlak atau kaidah-kaidah yang mengatur tingkah laku manusia. Kata-kata ini sering digunakan dalam filsafat dan ilmu sosial untuk menyebut akhlak yang baik dan terpuji.
  • Kesantunan atau sopan santun: Kata-kata ini berasal dari bahasa Indonesia yang berarti sikap atau perilaku yang menunjukkan penghargaan, hormat, dan ramah terhadap orang lain. Kata-kata ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyebut akhlak yang baik dan terpuji.

Beberapa contoh akhlak terpuji adalah sebagai berikut:

  • Berdoa kepada Allah SWT dengan penuh harap dan takut.
  • Berdzikir dan membaca Al-Quran dengan khusyuk dan mengamalkannya.
  • Berilmu dan beramal sholeh dengan niat yang lurus.
  • Berdakwah dan memberi nasihat dengan hikmah dan lemah lembut.
  • Bersilaturahmi dan berbuat baik kepada sesama manusia, terutama orang tua, keluarga, tetangga, dan saudara seiman.
  • Menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia, dusta, fitnah, ghibah, namimah, dan keji.
  • Menjaga pandangan dari hal-hal yang haram atau tidak bermanfaat.
  • Menjaga harta dari hal-hal yang syubhat atau merugikan.
  • Menjaga tubuh dari hal-hal yang najis atau membahayakan.
  • Menjaga lingkungan dari hal-hal yang kotor atau merusak.
Berbuat buat baik mencakup berbuat baik secara lahir dan batin. 

B.1.6.5. KEKUATAN HATI NURANI DAN ATAU KEKUATAN KUTUKAN? APA YANG ANDA LAKUKAN?

Getaran hati yang kuat merupakan penggabungan dan sinkronisasi antara pikiran dan perasaan akan menjelma menjadi dua kemungkinan kekuatan adikodrati, yaitu :

  • Kekuatan hati nurani
  • Kekuatan kutukan.
Dalam interaksi mengubah takdir yang lebih baik, kita harus memilih untuk menggunakan kekuatan hati nurani. Kita  percaya bahwa kekuatan hati nurani adalah kekuatan yang lebih baik karena berasal dari dalam diri kita. Hati nurani adalah suara yang memberi tahu kita apa yang benar dan apa yang salah. Ini adalah kekuatan yang dapat membantu kita membuat keputusan yang baik, bahkan dalam situasi yang sulit.

Hati nurani adalah kekuatan yang mendorong kita untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika itu sulit. Hati nurani juga mendorong kita untuk membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Dengan menggunakan kekuatan hati nurani kita mendapat pancaran cahaya ke-Illahi-an, dimana hati kita langsung terhubung kepada Allah SWT dengan cahaya hati yang bersih bebas  dari kotoron hati yang bening dan suci (Nirmala Cahya), sehingga pancaran cahaya radiasinya memenuhi atmosfir sekeliling kita dan membantu kita pada kondisi sesulit apa pun yang mampu menerangi dunia dari kegelapan. Hati nurani adalah kekuatan yang mendorong kita untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika itu sulit atau tidak menguntungkan bagi kita. Hati nurani adalah kekuatan yang bisa membantu kita untuk menjadi orang yang lebih baik, dan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang. Hati nurani berbeda dengan emosi atau pikiran yang muncul akibat persepsi indrawi atau refleks secara langsung, seperti misalnya tanggapan sistem saraf simpatis. Dalam bahasa awam, hati nurani sering digambarkan sebagai sesuatu yang berujung pada perasaan menyesal ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai moral mereka.

Kekuatan kutukan, di sisi lain, adalah kekuatan yang berasal dari luar diri kita. Kutukan adalah kekuatan yang dapat memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan. Ini adalah kekuatan yang dapat membuat kita mengambil keputusan yang buruk, bahkan jika kita tahu itu salah.

Kutukan adalah ucapan atau doa yang mengandung harapan buruk atau bencana bagi seseorang atau sesuatu. Kutukan berbeda dengan kritik atau nasehat yang bertujuan untuk memperbaiki atau memberi peringatan. Dalam bahasa awam, kutukan sering digambarkan sebagai sesuatu yang berujung pada perasaan marah atau dendam terhadap seseorang atau sesuatu.

Kekuatan kutukan merupakan kekuatan yang bisa digunakan untuk menyakiti orang lain. Kutukan adalah kekuatan yang bisa digunakan mengendalikan orang lain, atau untuk menghancurkan mereka. Kutukan adalah kekuatan yang bisa digunakan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih buruk.

Kita percaya bahwa kekuatan hati nurani lebih kuat daripada kekuatan kutukan. Hati nurani adalah kekuatan yang bisa mengubah dunia, sementara kutukan hanya bisa menghancurkannya.

Kita percaya bahwa kekuatan hati nurani lebih kuat daripada kekuatan kutukan. Kutukan adalah kekuatan yang dapat menyakiti orang lain, tetapi hati nurani adalah kekuatan yang dapat menyembuhkan. Hati nurani dapat membantu kita untuk memaafkan orang lain, bahkan ketika mereka telah menyakiti kita. Hati nurani juga dapat membantu kita untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan, bahkan ketika kita menghadapi kesulitan.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita memilih kekuatan hati nurani:

  • Hati nurani mendorong kita untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika itu sulit.
  • Hati nurani mendorong kita untuk membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
  • Hati nurani adalah kekuatan yang dapat menyembuhkan.
  • Hati nurani dapat membantu kita untuk memaafkan orang lain.
  • Hati nurani dapat membantu kita untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

Jika kita menggunakan kekuatan hati nurani untuk mengubah takdir yang lebih baik, kita akan menggunakannya untuk membantu orang lain dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Kita akan menggunakan kekuatan hati nurani untuk menyembuhkan orang yang terluka, untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita, dan untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kita akan menggunakan kekuatan hati nurani untuk mengubah takdir yang lebih baik:

  • Kita akan membantu orang-orang yang membutuhkan, bahkan jika itu berarti kita harus mengorbankan sesuatu.
  • Kita akan membela kebenaran, bahkan jika itu berarti kita harus berdiri melawan kekuatan yang lebih kuat.
  • Kita akan menciptakan perdamaian, bahkan jika itu berarti kita harus memaafkan mereka yang telah menyakiti kita.
  • Seorang anak yang sedang dibully di sekolah dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk berdiri melawan penindasannya.
  • Seorang orang dewasa yang terjebak dalam hubungan yang tidak bahagia dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk melepaskan diri dari hubungan tersebut.
  • Seorang pemimpin negara yang korup dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk berhenti korupsi dan melayani rakyatnya dengan baik.
  • Saya dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk membantu orang yang membutuhkan, seperti orang yang miskin, kelaparan, atau sakit.
  • Saya dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk membela orang yang tertindas atau yang haknya dilanggar.
  • Saya dapat menggunakan kekuatan hati nurani untuk menyebarkan cinta dan kedamaian di dunia.

Dalam interaksi mengubah takdir yang lebih baik, kita harus percaya bahwa penting untuk membuat keputusan yang didasarkan pada hati nurani kita. Hati nurani adalah kekuatan yang dapat membantu kita membuat keputusan yang baik, bahkan jika itu sulit.

Kita percaya bahwa dengan menggunakan kekuatan hati nurani, kita bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang dan mengubah takdir buruk mejadi takdir baik.

B.1.6.5.1. SEORANG MUSLIM WAJIB MENGGUNAKAN KEKUATAN HATI NURANI DAN MENJAUHI SERTA MENGHINDARI PENGGUNAAN KEKUATAN KUTUKAN

Seorang muslim harus menggunakan kekuatan hati nurani dalam segala aspek kehidupannya hal yang menarik dan penting, karena menunjukkan nilai-nilai moral dan etika dalam Islam.. 

Kekuatan hati nurani adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Kekuatan hati nurani juga merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk berbuat adil dan jujur.

Kekuatan hati nurani merupakan kekuatan yang sangat penting bagi seorang muslim. Kekuatan hati nurani akan membantu seorang muslim untuk menjadi orang yang baik, adil, dan jujur. Kekuatan hati nurani juga akan membantu seorang muslim untuk menghindari perbuatan buruk, seperti perbuatan zalim, dusta, dan khianat.

Kekuatan kutukan adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk menyakiti atau membinasakan orang lain. Kekuatan kutukan dapat berasal dari orang yang memiliki ilmu sihir atau orang yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.

Seorang muslim harus menjauhkan diri dari kekuatan kutukan. Kekuatan kutukan adalah kekuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan untuk berbuat baik kepada sesama, termasuk kepada orang yang menyakiti kita.

Sebagai umat beragama, hati nurani ini dipercayai menjadi tempat Tuhan mewahyukan diri secara hidup dalam hati kita. Jadi, hati nurani juga dapat dikatakan sebagai sebuah perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya.

Sebagai umat Islam, kita wajib menggunakan kekuatan hati nurani kita untuk mengikuti ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW, serta menghindari hal-hal yang dilarang atau dimurkai oleh-Nya. Kita juga wajib menjauhi dan menghindari penggunaan kekuatan kutukan, karena itu merupakan perbuatan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan akhlak mulia.

B.1.6.5.1.1. DALIL-DALIL PENDUKUNG WAJIB MENGGUNAKAN KEKUATAN HATI NURANI DAN MENGHINDARI PENGGUNAAN KEKUATAN KUTUKAN

Al-Qur'an

Q.S. Al-A'raf: 201

"Dan jika mereka berpaling, maka berilah peringatan kepada mereka dengan azab yang dekat (hari Kiamat)."

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para rasul untuk memperingatkan kaumnya dengan azab yang dekat. Peringatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan kekuatan hati nurani.

Q.S. Al-Baqarah: 159

"Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya banyak orang yang disesatkan oleh hawa nafsu mereka tanpa mengetahui."

Ayat ini menjelaskan bahwa hawa nafsu dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah. 

Karena itu, seorang muslim harus menjauhkan diri dari hawa nafsu, termasuk menggunakan kekuatan kutukan.

QS. Al-An'am ayat 151:

وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Artinya:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyeru manusia kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang diridhoi-Nya. Jalan yang lurus ini adalah jalan yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu jalan yang sesuai dengan hati nurani.

Surah Al-An'am ayat 151:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur."

Ayat ini memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan menjadi orang-orang yang jujur. Orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang memiliki hati nurani yang bersih dan selalu mengikuti kebenaran.

Surah Al-Ma'idah ayat 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi penegak keadilan dan berlaku adil dalam segala hal, termasuk dalam menegakkan kebenaran. Orang-orang yang adil adalah orang-orang yang memiliki hati nurani yang bersih dan selalu mengikuti keadilan.

Tentang hati nurani: “Dan Kami telah meniupkan ke dalam diri manusia sebagian dari roh Kami, dan Kami telah memberikan kepadamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Isra: 36)

Tentang kutukan: “Dan janganlah kamu mengumpat orang-orang yang mereka seru selain Allah, karena mereka nanti akan mengumpat Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik amal perbuatannya. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 108)

Hadits

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim

"Barangsiapa yang mendoakan kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat akan mendoakannya, 'Semoga Allah mengabulkan doamu dan memberikanmu apa yang kau minta untuknya.'"

Hadits ini menjelaskan bahwa mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya merupakan perbuatan yang mulia. Doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah dan akan memberikan manfaat bagi orang yang didoakan.

Hadits riwayat Bukhari:

مَنْ أَحْسَنَ إِسْلَامَهُ فَلْيُحْسِنْ جِوَارَهُ

Artinya:

Barang siapa yang ingin menyempurnakan keislamannya maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.

Hadits ini menunjukkan bahwa salah satu cara untuk menyempurnakan keislaman adalah dengan berbuat baik kepada tetangga. Berbuat baik kepada tetangga merupakan salah satu bentuk mengikuti hati nurani.

Hadis riwayat Bukhari:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

"Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."

Hadist ini menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki hati nurani yang bersih dan tidak peduli dengan orang lain, tidak akan masuk surga.

Akal sehat

Manusia memiliki akal sehat untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Karena itu, seorang muslim harus menggunakan akal sehatnya untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk. Menggunakan kekuatan kutukan merupakan perbuatan yang buruk, karena dapat menyakiti orang lain.

Penjelasan secara lengkap dan logis

Hati nurani adalah suara hati yang selalu mengingatkan manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Hati nurani merupakan anugerah dari Allah yang harus dijaga dan disyukuri.

Kekuatan kutukan adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk menyakiti orang lain. Kutukan dapat berupa doa buruk, ucapan buruk, getaran hati (pikiran dan perasaan) yang buruk atau perbuatan buruk yang ditujukan kepada seseorang.

Seorang muslim harus menggunakan kekuatan hati nurani dan menjauhkan diri menggunakan kekuatan kutukan. Hal ini karena:

  • Hati nurani merupakan petunjuk dari Allah
  • Hati nurani dapat menjauhkan manusia dari perbuatan buruk
  • Kekuatan kutukan dapat menyakiti orang lain

Sebagai contoh, seorang muslim melihat ada orang yang berbuat curang. Dia dapat menggunakan kekuatan hati nuraninya untuk mengingatkan orang tersebut agar tidak berbuat curang lagi. Dia juga dapat mendoakan orang tersebut agar menjadi orang yang jujur.

Sebaliknya, jika dia menggunakan kekuatan kutukan, maka dia akan menyakiti orang tersebut. Kutukan tersebut dapat membuat orang tersebut menjadi marah, sedih, atau bahkan sakit.

Karena itu, seorang muslim harus menggunakan kekuatan hati nurani dan menjauhkan diri menggunakan kekuatan kutukan.

B.1.6.5.1.2. PERBEDAAN KEKUATAN HATI NURANI DENGAN KEKUATAN KUTUKAN

Kekuatan hati nurani dan kekuatan kutukan merupakan dua hal yang berbeda. Kekuatan hati nurani merupakan kekuatan yang positif, sedangkan kekuatan kutukan merupakan kekuatan yang negatif.

Kekuatan hati nurani mendorong kita untuk berbuat baik, sedangkan kekuatan kutukan mendorong kita untuk berbuat buruk. Kekuatan hati nurani memberikan ketenangan dan kebahagiaan, sedangkan kekuatan kutukan memberikan kesedihan dan penderitaan.

Sebagai seorang muslim, kita harus menjauhkan diri dari kekuatan kutukan. Hal ini dikarenakan kekuatan kutukan bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk.

Dengan menjauhkan diri dari kekuatan kutukan, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Kita juga akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup.

B.1.6.5.2. HUKUM MELAKUKAN KUTUKAN

Hukum Islam tentang kutukan dari haram, makruh, dan mubah. Bila juga ingin mengetahui apakah ada kondisi-kondisi yang membuat kutukan menjadi sunnah atau wajib. Ini hal yang menarik dan penting, karena menunjukkan sikap dan tanggung jawab seorang Muslim terhadap orang lain.

Kutukan adalah ucapan atau doa yang mengandung harapan buruk atau bencana bagi seseorang atau sesuatu. Kutukan berbeda dengan kritik atau nasehat yang bertujuan untuk memperbaiki atau memberi peringatan. Kutukan juga berbeda dengan doa atau permohonan yang bertujuan untuk mendapatkan kebaikan atau perlindungan.

Hukum Islam tentang kutukan adalah sebagai berikut:

  • Haram: Kutukan adalah haram atau dilarang jika ditujukan kepada diri sendiri, keluarga, harta, atau umat Islam. Kutukan juga haram jika ditujukan kepada makhluk hidup lainnya, seperti binatang, tumbuhan, atau benda. Kutukan juga haram jika ditujukan kepada orang-orang yang belum jelas kekafiran atau kezalimannya, seperti orang-orang yang masih memiliki kemungkinan untuk bertaubat atau berubah.
  • Makruh: Kutukan adalah makruh atau tidak disukai jika ditujukan kepada orang-orang yang telah jelas kekafiran atau kezalimannya, seperti musuh-musuh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kutukan juga makruh jika ditujukan kepada orang-orang yang berbuat salah atau berdosa, tetapi masih memiliki harapan untuk mendapatkan ampunan atau rahmat Allah SWT.
  • Mubah: Kutukan adalah mubah atau diperbolehkan jika ditujukan kepada orang-orang yang telah mati dalam keadaan kafir atau zalim, seperti Fir’aun, Abu Lahab, atau Abu Jahal. Kutukan juga mubah jika ditujukan kepada orang-orang yang telah ditetapkan oleh Allah SWT atau Rasulullah SAW sebagai orang-orang yang layak dikutuk, seperti orang-orang munafik, orang-orang fasik, atau orang-orang yang menghalangi dakwah Islam.

Tidak ada kondisi-kondisi yang membuat kutukan menjadi sunnah atau wajib, karena kutukan bukanlah perbuatan yang baik dan sesuai dengan akhlak mulia. Kutukan menunjukkan sifat marah, dendam, benci, atau putus asa yang tidak pantas bagi seorang Muslim. Kutukan juga menunjukkan sifat sombong, angkuh, atau menghakimi yang tidak pantas bagi seorang hamba Allah SWT.

Sebagai umat Islam, kita sebaiknya tidak mengutuk orang lain, tetapi berdoa untuk kebaikan dan keselamatan mereka. Kita juga sebaiknya tidak mengutuk diri sendiri, tetapi berdoa untuk ampunan dan rahmat Allah SWT. Kita juga sebaiknya tidak mengutuk makhluk hidup lainnya, tetapi berdoa untuk kesejahteraan dan keharmonisan mereka.

B.1.6.5.2.1. SEBAGAI MANUSIA PUNYA BATAS KESABARAN DALAM PENGGUNAAN KUTUKAN

Secara umum, hukum kutukan dalam Islam adalah makruh. Hal ini karena kutukan merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang dikutuk, baik di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra'd ayat 25:

"Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan ditimpa azab yang sangat keras dan mereka tidak akan memperoleh pertolongan."

Dalam ayat ini, Allah SWT mengancam orang-orang yang berbuat zalim dengan azab yang sangat keras. Kutukan termasuk dalam kategori perbuatan zalim, karena dapat menyakiti orang lain secara fisik maupun psikis.

Namun, jika kutukan tersebut dilakukan karena keterpaksaan, seperti karena perbuatan orang lain yang sangat keterlaluan, maka hukumnya menjadi boleh. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh seseorang mendoakan keburukan kepada saudaranya, kecuali jika dia benar-benar melihat orang tersebut melakukan hal yang layak untuk dikutuk. Jika dia melihatnya, maka bolehlah dia mendoakan keburukan kepadanya."

Hadis ini menunjukkan bahwa kutukan diperbolehkan jika dilakukan karena keterpaksaan. Dalam hal ini, keterpaksaan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang merasa tidak ada pilihan lain selain mendoakan keburukan kepada orang lain. Kondisi ini dapat terjadi, misalnya, jika seseorang dianiaya atau dizalimi oleh orang lain.

Selain itu, kutukan juga diperbolehkan jika dilakukan dengan tujuan untuk menegakkan kebenaran atau melindungi diri. Dalam hal ini, kutukan dapat menjadi sarana untuk mencegah orang lain melakukan perbuatan yang salah atau merugikan orang lain.

Ada pengecualian terhadap hukum makruh ini, yaitu jika kutukan dilakukan dalam keadaan terdesak dan tidak ada cara lain untuk membela diri. Misalnya, jika seseorang diserang oleh orang lain dengan tujuan untuk membunuhnya, maka ia boleh mengutuk orang tersebut agar berhenti menyerangnya.

Dalam hal ini, hukum kutukan menjadi mubah, yaitu boleh dilakukan dalam keadaan tertentu.

Adapun jika kutukan dilakukan secara sadar dan tanpa alasan yang jelas, maka hukumnya adalah haram. Hal ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

"Janganlah kalian saling melaknat, karena laknat itu adalah doa kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadist ini menunjukkan bahwa kutukan adalah doa kepada Allah SWT. Jika doa tersebut diucapkan secara sembarangan, maka hal itu dapat menjadi dosa bagi orang yang mengucapkannya.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kekuatan kutukan:

  • Kutukan hanya boleh dilakukan dalam keadaan terdesak dan tidak ada cara lain untuk membela diri.
  • Kutukan tidak boleh ditujukan kepada orang yang tidak bersalah.
  • Kutukan tidak boleh dilakukan secara berlebihan.

Berikut adalah beberapa contoh kasus di mana kutukan diperbolehkan dalam Islam:

  • Seorang pemimpin yang zalim dan menindas rakyatnya.
  • Seorang penjahat yang mengancam keselamatan orang lain.
  • Begal yang menyerang dan merampas orang yang membawa harta bendanya di perjalanan, maka orang yang dibegal boleh mengutuk (hukumnya mubah) bahkan wajib membeladiri (wajib melawan dengan kekuatan, misalkan beladiri tenaga dalam) bila ia punya keterampilan bela diri yang mempuni.

Dalam kasus-kasus tersebut, kutukan dapat menjadi sarana untuk menegakkan kebenaran dan melindungi diri. 

Namun, perlu diingat bahwa kutukan harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlebihan. Kutukan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif, baik bagi orang yang dikutuk maupun bagi orang yang mengucapkan kutukan tersebut.

Karena akan memperburuk takdir orang yang dikutuk dan juga bisa berbalik kepada orang yang mengutuk, dan inilah dampak kutukan yang berlebihan.

Apalagi bila mengutuk orang yang tidak bersalah, maka kutukan akan berberbalik kepada orang yang mengutuk. Bahkan orang yang dikutuk tidak berucap atau berkata-kata secara verbal. Hanya berkata-kata batin dalam hati, maka kutukan itu berbalik kepada orang yang mengutuk. Misalnya, hatinya berkata " Ya Allah aku berpasrah diri kepada Mu, aku memohon keadilan Mu." 

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengucapkan kutukan:

  • Kutukan harus dilakukan dengan hati yang bersih dan murni.
  • Kutukan harus dilakukan dengan tujuan yang baik, yaitu untuk menegakkan kebenaran atau melindungi diri.
  • Kutukan harus dilakukan dengan cara yang sopan dan santun.
Jika kutukan dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, maka kutukan tersebut insya Allah akan diterima oleh Allah SWT.

Jika seseorang telah mengutuk orang lain, maka ia harus segera meminta maaf kepada orang tersebut. Hal ini untuk menghindari terjadinya dosa dan permusuhan.

Berikut adalah beberapa doa yang dapat dibaca untuk meminta maaf kepada orang yang telah dikutuk:

"Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu atas kutukanku kepada (nama orang yang dikutuk). Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya. Aku hanya ingin membela diri."

"Ya Allah, jadikanlah kutukanku ini sebagai penghalang baginya untuk menyakitiku lagi."

Karena kutukan pengaruhnya sangat signifikan terhadap jalannnya takdir yang buruk bukan hanya kepada orang yang kita kutuk, tetapi juga berimbas bahkan bisa berbalik kepada diri kita, keluarga kita, dan masyarakat kita. 

Tentu saja kita tidak boleh ceroboh, tidak boleh pongah dengan menunjukkan kesombongan kita dengan menunjukkan atau mendemontrasikan kekuatan kutukan karena memiliki tingkat spritual yang tinggi, alih-alih sebagai karomah padahal bertentangan dengan perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Semoga kita berada di jalan Allah SWT, mendapat hidayah-Nya, mendapat cahaya pencerahan, dan mendapat kemurnian kekuatan hati nurani kita berpasrah diri kepada Dzat yang Maha Mengatur Alam Semesta.

B.1.6.5.2.2. BOLEHKAN MELAWAN KEZALIMAN DENGAN KEKUATAN KUTUKAN

Lebih tepatnya pertanyaan adalah melawan kezaliman dengan tangan atau kekuasaan, dengan lisan atau ucapan untuk menolak kezaliman, dan dengan hati jika tidak mampu melawan. 

Sedangkan interelasinya dengan melawan kezaliman menggunakan kekuatan kutukan merupakan pertanyaan yang menarik dan penting, karena menunjukkan sikap dan tanggung jawab seorang Muslim terhadap kezaliman.

Kezaliman adalah perbuatan yang melampaui batas, menyalahi hak, dan menyakiti makhluk Allah SWT. Kezaliman adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kezaliman dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau negara terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

Sebagai umat Islam, kita wajib melawan kezaliman dengan cara yang sesuai dengan syariat dan kemampuan kita. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

“Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Dalil ini menunjukkan bahwa ada tiga tingkatan dalam melawan kezaliman, yaitu:

  • Dengan tangan atau kekuasaan: Ini adalah tingkatan tertinggi dan paling efektif dalam melawan kezaliman. Ini berarti mengubah atau menghentikan kezaliman dengan tindakan nyata, seperti menegur, menasehati, menolong, membela, atau memerangi pelaku kezaliman. Ini adalah kewajiban bagi orang yang memiliki kekuasaan, otoritas, atau kemampuan untuk melakukannya, seperti penguasa, politikus, ulama, hakim, polisi, tentara, atau masyarakat dan sebagainya.
  • Dengan lisan atau ucapan: Ini adalah tingkatan menengah dalam melawan kezaliman. Ini berarti mengubah atau menghentikan kezaliman dengan perkataan, seperti mengingkari, mengkritik, mengajak, mengingatkan, atau memprotes pelaku kezaliman. Ini adalah kewajiban bagi orang yang tidak memiliki kekuasaan, otoritas, atau kemampuan untuk melawan dengan tangan, tetapi masih memiliki kesempatan, keberanian, dan kebebasan untuk berbicara.
  • Dengan hati: Ini adalah tingkatan terendah dan paling lemah dalam melawan kezaliman. Ini berarti mengubah atau menghentikan kezaliman dengan perasaan, seperti membenci, menyesali, menolak, atau berdoa terhadap pelaku kezaliman. Ini adalah kewajiban bagi orang yang tidak memiliki kekuasaan, otoritas, kemampuan, kesempatan, keberanian, atau kebebasan untuk melawan dengan tangan atau lisan, tetapi masih memiliki iman.

Interelasi antara melawan kezaliman dengan tangan, lisan, dan hati adalah sebagai berikut:

  • Ketiga tingkatan ini saling berkaitan dan saling mendukung. Orang yang melawan kezaliman dengan tangan harus didukung oleh orang yang melawan kezaliman dengan lisan dan hati. Orang yang melawan kezaliman dengan lisan harus didukung oleh orang yang melawan kezaliman dengan hati. Orang yang melawan kezaliman dengan hati harus berusaha untuk melawan kezaliman dengan lisan dan tangan jika ada kesempatan.
  • Ketiga tingkatan ini saling berbeda dan saling membedakan. Orang yang melawan kezaliman dengan tangan lebih mulia dan lebih beriman daripada orang yang melawan kezaliman dengan lisan. Orang yang melawan kezaliman dengan lisan lebih mulia dan lebih beriman daripada orang yang melawan kezaliman dengan hati. Orang yang melawan kezaliman dengan hati lebih mulia dan lebih beriman daripada orang yang tidak melawan kezaliman sama sekali.
Melawan kezaliman dengan kekuatan kutukan adalah cara yang tidak disukai oleh Islam. Kutukan adalah ucapan atau doa yang mengandung harapan buruk atau bencana bagi seseorang atau sesuatu. Kutukan berbeda dengan kritik atau nasehat yang bertujuan untuk memperbaiki atau memberi peringatan. Kutukan juga berbeda dengan doa atau permohonan yang bertujuan untuk mendapatkan kebaikan atau perlindungan.

Islam melarang kita untuk mengutuk orang lain, kecuali orang-orang yang telah jelas kekafiran dan kezalimannya, seperti musuh-musuh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Islam juga melarang kita untuk mengutuk diri sendiri, keluarga, harta, atau umat Islam. Islam juga melarang kita untuk mengutuk makhluk hidup lainnya, seperti binatang, tumbuhan, atau benda.

Alasan-alasan mengapa Islam melarang kita untuk mengutuk adalah sebagai berikut:

  • Kutukan adalah perbuatan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan akhlak mulia. Kutukan menunjukkan sifat marah, dendam, benci, atau putus asa yang tidak pantas bagi seorang Muslim. Kutukan juga menunjukkan sifat sombong, angkuh, atau menghakimi yang tidak pantas bagi seorang hamba Allah SWT.
  • Kutukan adalah perbuatan yang tidak bijak dan tidak sesuai dengan hikmah. Kutukan dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri atau orang lain, seperti menutup pintu taubat, merusak hubungan, atau menimbulkan fitnah. Kutukan juga dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, seperti berbalik kepada pengucapnya, atau terkabul pada waktu yang salah.
  • Kutukan adalah perbuatan yang tidak tahu diri dan tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kutukan dapat bertentangan dengan rahmat, kasih sayang, atau keadilan Allah SWT. Kutukan juga dapat bertentangan dengan takdir, qadha, atau qadar Allah SWT. Kutukan juga dapat bertentangan dengan hukum, syariat, atau sunnah Allah SWT.

B.1.6.6. APA ITU PENYAKIT AIN? DAN BAGAIMANA CARA MENGATASINYA?

Penyakit ain atau ainul hasad adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata yang penuh dengan rasa iri, dengki, dan hasad. Menurut kepercayaan masyarakat Arab dan Islam, penyakit ain dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit mental.

Gejala penyakit ain yang paling umum adalah:

  • Tiba-tiba munculnya penyakit yang tidak diketahui penyebabnya
  • Penyakit yang sulit diobati oleh dokter
  • Penyakit yang muncul secara tiba-tiba dan semakin parah
  • Penyakit yang muncul pada bagian tubuh yang dilihat

Cara untuk mengatasi penyakit ain adalah dengan melakukan ruqyah. Ruqyah adalah metode pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa tertentu. Selain itu, penderita penyakit ain juga dapat diobati dengan menggunakan air zamzam, air tawar yang diambil dari sumur zamzam di Mekkah.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah penyakit ain:

  • Hindari memuji orang secara berlebihan, terutama jika orang tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh diri sendiri.
  • Jika terpaksa memuji orang, maka hendaknya memuji orang tersebut dengan menyebut nama Allah.
  • Membaca doa dengan kalimat tammah agar terhindar dari penyakit ain, seperti doa berikut:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Artinya:

"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan."

Kutukan adalah suatu pernyataan yang mengandung keinginan buruk terhadap seseorang atau sesuatu. Kutukan dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau bahkan makhluk halus.

Kutukan dapat menyebabkan berbagai macam masalah, mulai dari masalah kesehatan hingga masalah finansial. Cara untuk mengatasi kutukan adalah dengan melakukan ruqyah.

Selain itu, penderita kutukan juga dapat diobati dengan cara berikut:

  • Meminta maaf kepada orang yang telah dikutuk.
  • Melakukan amal saleh dan sedekah.
  • Membaca doa-doa tertentu, seperti doa berikut:

بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya:

"Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan baik di bumi maupun di langit. Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Perbedaan penyakit ain dan kutukan

Penyakit ain dan kutukan memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

  • Penyebab: Penyakit ain disebabkan oleh pandangan mata yang penuh dengan rasa iri, dengki, dan hasad. Kutukan disebabkan oleh pernyataan yang mengandung keinginan buruk terhadap seseorang atau sesuatu.
  • Cara penularan: Penyakit ain dapat menular melalui pandangan mata. Kutukan dapat menular melalui perkataan, perbuatan, atau bahkan melalui media tertentu.
  • Gejala: Gejala penyakit ain yang paling umum adalah tiba-tiba munculnya penyakit yang tidak diketahui penyebabnya. Gejala kutukan dapat berupa berbagai macam masalah, mulai dari masalah kesehatan hingga masalah finansial.
  • Cara pengobatan: Penyakit ain dapat diobati dengan ruqyah dan menggunakan air zamzam. Kutukan dapat diobati dengan ruqyah, meminta maaf kepada orang yang telah dikutuk, melakukan amal saleh dan sedekah, serta membaca doa-doa tertentu.

B.1.6.7. APA ITU SERANGAN BATIN? DAN BAGAIMANA CARA MENGATASI SERANGAN BATIN?

Serangan batin adalah fenomena yang nyata dan dapat dialami oleh siapa saja, sebuah fenomena yang dapat terjadi baik secara medis maupun spiritual. Hal ini didukung oleh berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa emosi negatif, seperti kemarahan, dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.

Secara medis, serangan batin dapat diartikan sebagai tekanan batin yang dapat menyebabkan berbagai gejala fisik dan mental. Gejala-gejala tersebut dapat berupa kecemasan, khawatir, gugup, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, hingga gangguan fisik seperti sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya.

Tekanan batin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain stres, trauma, pengalaman buruk, hingga konflik dengan orang lain. Ketika seseorang mengalami tekanan batin yang berat, maka hal tersebut dapat melemahkan daya tahan tubuh dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Secara spiritual, serangan batin dapat diartikan sebagai serangan energi negatif yang dilancarkan oleh seseorang kepada orang lain. Serangan energi negatif ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu kebatinan, atau bahkan oleh orang biasa yang sedang dalam kondisi marah, benci, atau dendam.

Karena itu, serangan batin tidak hanya dapat dilancarkan oleh dukun atau ahli kebatinan maupun orang berspirutal tinggi, tetapi juga oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Hal ini karena emosi negatif dapat dipancarkan melalui pikiran, ucapan, atau tindakan.

Serangan batin adalah hal yang nyata dan dapat terjadi pada siapa saja, baik oleh dukun maupun orang biasa. Serangan batin dapat berupa pikiran marah, kutukan, atau energi negatif yang diarahkan kepada orang lain.

Gejala serangan batin dapat berupa berbagai hal, seperti kecelakaan, kesialan, kegagalan, gangguan mental, dan berbagai hal buruk lainnya.. Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk emosi negatif, stres, dan gangguan kesehatan fisik. Ini dapat terjadi karena pikiran negatif yang diarahkan kepada orang tersebut telah melemahkan energinya dan membuat dirinya lebih rentan terhadap hal-hal buruk yang secara keseluruhan akan mengundang jalannya takdir buruk terhadap kita.

Berdasarkan hal-hal tersebut, kita setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa lebih baik diam mendengarkan orang yang marah kepada kita daripada membiarkan mereka memendam kemarahannya dan menyalurkannya lewat batin. Karena kemarahan yang dipendam dapat berdampak negatif pada diri kita sendiri dan orang lain. ketika orang marah kepada kita daripada membalas marahnya. Hal ini karena membalas marah akan membuat kita ikut terpengaruh oleh energi negatif orang tersebut.

Kita juga sepakat dengan pendapat yang menyatakan bahwa serangan batin seringkali berasal dari orang-orang yang dekat dengan kita.  Serangan batin ini dapat berasal dari orang yang kita kenal, bahkan dari orang yang kita cintai. Hal ini karena hubungan yang dekat membuat kita lebih mudah terpengaruh oleh emosi orang lain, hubungan batin yang kuat antara dua orang dapat memungkinkan energi negatif untuk mengalir dari satu orang ke orang lain. 

Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga hati dan pikiran kita agar tidak mudah marah, benci, atau dendam. Jika kita merasa tertekan atau marah, maka sebaiknya kita mengungkapkannya dengan cara yang sehat, misalnya dengan berbicara kepada orang yang kita percayai atau dengan melakukan olahraga atau refreshing.

Selain itu, kita juga sepakat dengan pernyataan bahwa kita harus berhati-hati dalam berbicara, baik dalam hati maupun lisan. Perkataan yang mengandung kemarahan atau kutukan dapat menjadi sumber serangan batin bagi diri kita sendiri dan orang lain.

Maka kita dapat melakukan berbagai cara untuk melindungi diri dari serangan batin, baik secara medis maupun spiritual. Secara medis, kita dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres dengan baik. Secara spiritual, kita dapat melakukan berbagai ritual perlindungan, seperti membaca doa atau membaca ayat-ayat suci Al Quran, dan berdzikir kepada Allah SWT, atau berkonsultasi dengan guru agama atau ustad yang memiliki ilmu tassawuf dan ilmu kebatinan.

Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah dan mengatasi serangan batin:

  • Kelola emosi negatif dengan baik. Belajarlah untuk mengendalikan kemarahan, kesedihan, dan emosi negatif lainnya dengan cara yang sehat.
  • Jaga kesehatan fisik dan mental. Konsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan cukup istirahat dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan batin.
  • Tetaplah berpikir positif dan hindari pikiran-pikiran negatif. Setiap kali timbul lintasan nafsu-nafsu merusak arahkan pada jalan yang benar.
  • Jagalah hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Hindari benturan emosi marah dengan memancarkan kasih sayang sebagaimana matahari memancarkan cahayanya menerangi kegelapan dan tingkatkan kesadaran keberadaan anda di lingkungan sosial. 
  • Perbanyak ibadah dan doa. Ibadah dan doa dapat membantu meningkatkan spiritualitas dan daya tahan diri terhadap serangan batin.
  • Perbanyak dzikir, dan berusahalah sholat khusuk atau latihan spiritual lainnya untuK memperkuat diri dan membersihkan energi negatif. Jagalah pikiran, perasaan, dan hati agar ikhlas dan tawakal.

Jika Anda mengalami gejala serangan batin, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli kesehatan mental atau guru agama yang mempuni dibidang spiritual untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

B.2. IKHTIAR LAHIR

Ikhtiar lahir adalah usaha yang dilakukan secara nyata dan terlihat oleh orang lain untuk mencapai tujuan atau mengatasi masalah. Ini melibatkan tindakan fisik, kerja keras, dan strategi yang dapat diamati oleh orang lain. Berikut penjelasan lebih lanjut, dalil-dalil, dan contoh-contohnya:

Dalil-dalil tentang Ikhtiar Lahir:

QS. Ar-Ra’d (13:11): “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

QS. Adz-Dzariyat (51:56): “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Contoh Ikhtiar Lahir:

  • Belajar dengan Giat: Mengikuti pelajaran di sekolah atau kuliah.
  • Bekerja Keras: Berusaha memperoleh penghasilan dengan bekerja.
  • Berusaha Menjaga Kesehatan: Melakukan olahraga, makan sehat, dan menjaga kebersihan.

Ikhtiar lahir adalah bagian penting dari usaha kita dalam mencapai tujuan hidup dan mendapatkan berkah dari Allah SWT .

B.2.1. IKHTIAR LAHIR DENGAN METODE KHUSUS


C. TAKDIR DAN USAHA SERTA INTERELASINYA DENGAN ILMU KEREZEKIAN SYARIAH

Peran takdir dan usaha dalam interelasi dengan ilmu kerezekian syariah adalah sebagai berikut:

  • Takdir adalah ketetapan Allah SWT yang telah ditulis dalam Lauh Mahfuzh sebelum penciptaan langit dan bumi. Takdir terbagi menjadi dua jenis, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah, seperti kematian, nasab, dan rizki. Takdir muallaq adalah takdir yang bisa diubah dengan sebab-sebab tertentu, seperti doa, usaha, dan tawakal.
  • Ikhtiar / berusaha adalah upaya manusia untuk mencari sebab-sebab yang menjadi ketetapan Allah SWT dalam memberikan rizki. Usaha harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan kemampuan, dan tidak bertentangan dengan syariat. Usaha juga harus disertai dengan doa dan tawakal kepada Allah SWT, karena hasil akhirnya hanya Allah SWT yang menentukan.
  • Ilmu kerezekian syariah adalah ilmu yang mengajarkan tentang cara-cara mendapatkan rizki yang halal, baik, dan berkah sesuai dengan syariat Islam. Ilmu ini juga mengajarkan tentang cara-cara mengelola, mengembangkan, membelanjakan dan menafkahkan rizki yang telah diperoleh.
  • Interelasi antara takdir dan ikhtiar/usaha dengan ilmu kerezekian syariah adalah bahwa manusia harus memahami bahwa rizki mereka sudah ditakdirkan oleh Allah SWT, namun mereka juga harus berusaha untuk mencarinya dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam. Manusia juga harus bersyukur atas rizki yang telah diberikan oleh Allah SWT dan menggunakannya untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, manusia akan mendapatkan rizki yang berlimpah dan keberkahan yang melimpah dari Allah SWT.

D. CARA MENGUBAH TAKDIR YANG TERTULIS DI LAUH AL-MAHFUZ

Takdir adalah ketetapan Allah SWT yang telah ditentukan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia. Meyakini adanya takdir termasuk dalam rukun iman terakhir, yaitu iman kepada kada dan kadar.

Di antara cara mengubah takdir adalah dengan berdoa dan berikhtiar.

Hal tersebut bersandar pada firman Allah SWT dalam surah Ar Ra'd ayat 11

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١

Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.:

Dan dalam hadits yang termuat dalam Al-Musnad, Sunan Ibnu Majah, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah.

لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ

Artinya: "Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa."

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr mengatakan dalam adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il Kitab wa as-Sunnah, hadits tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menolak dengan doa atas apa yang telah Dia tetapkan atas hamba-Nya.

Para ulama menyebut, takdir yang bisa diubah dengan doa dan ikhtiar ini adalah takdir mu'allaq. Beberapa poin penting dalam hal doa dan takdir :

  • Pengaruh Doa dalam Mengubah Takdir

Allah menciptakan Lauh Mahfuz dari mutiara putih, dan lembarannya terbuat dari yaqut merah. Setiap hari, Allah memerintahkan sebanyak tiga ratus enam puluh perintah ke Lauh Mahfuz. Dalam Al-Quran, Allah menegaskan bahwa tidak ada bencana yang menimpa di bumi atau pada diri manusia kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum terwujud. Ini menunjukkan kekuasaan dan pengetahuan mutlak Allah tentang segala sesuatu.

Namun, ayat Al-Quran juga menyiratkan bahwa Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dalam hadits, Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa tidak ada yang menolak takdir kecuali doa. Ini memberikan pandangan bahwa doa dan perubahan dalam diri manusia dapat memengaruhi takdir.

  • Peran Doa dalam Membalik Takdir Buruk

Contoh doa yang menggambarkan peran doa dalam mengubah takdir adalah doa Ibnu Umar RA saat tawaf di Baitullah. Dia berdoa dengan penuh haru, memohon kepada Allah untuk menghapus ketentuan buruk atas dirinya dan menggantinya dengan yang baik. Ini menunjukkan keyakinan dalam kekuatan doa sebagai sarana untuk merubah takdir yang mungkin buruk.

  • Kekuatan Doa dalam Memengaruhi Nasib

Berdasarkan pandangan bahwa Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri, doa dianggap sebagai upaya manusia untuk merubah nasib dan takdir mereka. Doa adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan Allah, memohon perlindungan, bimbingan, dan perubahan dalam takdir mereka.

  • Kepercayaan pada Kemampuan Doa

Sufi yang memahami pentingnya doa sebagai sarana untuk merubah takdir percaya bahwa Allah mendengar doa mereka dan dapat mengubah takdir mereka berdasarkan kehendak-Nya. Ini memotivasi mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan terus berdoa dalam segala aspek kehidupan.

  • Hubungan Antara Takdir dan Doa

Penekanan pada pentingnya doa dalam merubah takdir menunjukkan keterkaitan erat antara takdir yang telah ditulis dalam Lauh Mahfuz dan kekuatan doa manusia. Doa adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan usaha manusia untuk berpartisipasi dalam pengaruh takdir mereka.

Dengan menjalankan doa dan berikhtiar, manusia dapat merasa lebih terlibat dalam mengubah takdir mereka dan menerima rahmat dan bimbingan dari Allah untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Namun, mereka selalu harus ingat bahwa akhirnya, segala sesuatu tergantung pada kehendak dan kebijaksanaan Allah.

Takdir yang telah ditetapkan Allah SWT tersimpan dalam Ummul Kitab atau Lauhul Mahfudz, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya melalui Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 39:

يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُ ۚوَعِنْدَهُۗ اُمُّ الْكِتٰبِ

Artinya: "Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Di sisi-Nyalah terdapat Ummul-Kitāb (Lauh Mahfuz)."

Menurut ulama, ada dua macam takdir, yaitu takdir muallaq atau takdir yang masih dapat diubah melalui ikhtiar atau berusaha dan tentu saja dengan berdoa, dan takdir mubram yang berarti takdir yang telah Allah SWT tetapkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.

Untuk mengubah takdir muallaq, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

Berdoa. Doa adalah senjata orang beriman. Dengan berdoa, kita memohon kepada Allah SWT agar memberikan yang terbaik bagi kita. Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ الدُّعَاءِ

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Ta’ala daripada doa.” (HR. At-Tirmidzi)

Bersedekah. Sedekah adalah salah satu amal shaleh yang dapat menghapus dosa dan mendatangkan keberkahan. Rasulullah SAW bersabda:

صِلَةُ الرَّحِمِ تُزِيدُ فِي الْعُمُرِ وَالصَّدَقَةُ تُدْفَعُ الْبَلاء

Artinya: “Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat mengubah takdir yang mubram.” (HR. Ath-Thabrani)

Bersabar. Sabar adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Dengan bersabar, kita menunjukkan ketundukan kita kepada Allah SWT dan mengharapkan pahala dari-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْن

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Contoh dari mengubah takdir muallaq adalah ketika seseorang ingin mendapatkan pekerjaan yang baik, maka ia harus berusaha mencari lowongan, mengirim lamaran, mempersiapkan diri untuk wawancara, dan sebagainya. Selain itu, ia juga harus berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan urusannya, bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan, dan bersabar jika menghadapi rintangan atau penolakan.

Beristighfar. Istighfar adalah memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Dengan beristighfar, kita dapat membersihkan hati kita dari noda-noda dosa dan mendapatkan rahmat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

Artinya: “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesempitan, dan memberikan kelegaan baginya dari setiap kesusahan, dan memberikan rezeki baginya dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud)

Berdzikir. Dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan. Dengan berdzikir, kita dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan mendapatkan ketenangan jiwa. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 28:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْب

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Beramal shaleh. Amal shaleh adalah segala perbuatan yang sesuai dengan syariat Islam dan diniatkan karena Allah SWT. Dengan beramal shaleh, kita dapat mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 30:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”

Contoh dari mengubah takdir muallaq dengan cara-cara ini adalah ketika seseorang ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka ia harus beristighfar untuk menghapus dosa-dosa yang mungkin menghalangi jodohnya, berdzikir untuk menenangkan hatinya dan mempercayakan urusannya kepada Allah SWT, dan beramal shaleh untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Selain itu, ia juga harus tetap berusaha mencari jodoh yang sesuai dengan kriteria agama, akhlak, dan fisiknya.

Bertawakkal. Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah SWT setelah berusaha sebaik-baiknya. Dengan bertawakkal, kita menunjukkan kepercayaan kita kepada Allah SWT dan mengharapkan pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۗ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْاَمْرِۖ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Contoh dari mengubah takdir muallaq dengan cara ini adalah ketika seseorang ingin mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, maka ia harus berusaha berobat ke dokter, mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan, menjaga pola hidup sehat, dan sebagainya. Selain itu, ia juga harus bertawakkal kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan dan kesabaran.

Bersyukur. Bersyukur adalah mengakui nikmat Allah SWT dan menggunakannya sesuai dengan perintah-Nya. Dengan bersyukur, kita dapat mendapatkan tambahan nikmat dan kebaikan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْۗ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”

Bertobat. Bertobat adalah kembali kepada Allah SWT dengan meninggalkan dosa dan maksiat yang telah dilakukan. Dengan bertobat, kita dapat mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 222:

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوّٰبِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْن

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.”

Berikhtiar. Berikhtiar adalah berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan berikhtiar, kita dapat menunjukkan kesungguhan dan kemauan kita kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

اِعْقِلُوا وَتَوَكَّلُوا

Artinya: “Berusahalah dan bertawakkallah.” (HR. Ahmad)

Contoh dari mengubah takdir muallaq dengan cara-cara ini adalah ketika seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka ia harus bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadanya, bertobat atas dosa-dosa yang telah ia lakukan, dan berikhtiar untuk melakukan amal-amal shaleh yang dapat mendekatkannya kepada Allah SWT.

E. IKHTIAR LAHIR-BATIH DENGAN MELAKUKAN AMALAN KHUSUS

Amalan-amalan khusus yang kami bahas dalam konten ini merupakan bagian dari ikhtiar yang dapat dilakukan oleh setiap individu maupun sekelompok individu (komunitas) untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Adanya keyakinan bahwa kita dapat meningkatkan kualitas hidup dan mendapatkan berkah dari Allah SWT melalui amalan-amalan ini menjadi dorongan utama dalam penulisan konten ini.

Dalam penulisan ini, kami berusaha menjelaskan dengan sebaik mungkin mengenai amalan-amalan khusus yang termasuk dalam ikhtiar lahir-batin. Kami juga membahas metode, tata cara, dan manfaat dari masing-masing amalan tersebut. Semua penjelasan dan panduan yang kami sertakan di dalam konten ini didasarkan pada referensi yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kami menyadari bahwa amalan-amalan tersebut adalah wahana atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperluas jaringan sosial dengan sesama manusia, serta memperoleh berkah dan rezeki yang luas. Karena itu, kami mengharapkan pembaca dapat membaca, memahami, dan mengamalkan konten ini dengan niat yang tulus ikhlas dan penuh keimanan.

E.1. DOA


E.2. SEDEKAH 


E.2.1. MACAM-MACAM SEDEKAH MENURUT BENTUKNYA 

E.2.1.1. MATERI


E.2.1.2. NON MATERI


E.2.2. MACAM-MACAM SEDEKAH MENURUT WAKTU DAN KONDISI SERTA KEUTAMAANNYA


E.2.2.1. SEDEKAH SUBUH

Sedekah subuh adalah kegiatan berbagi, mengeluarkan harta untuk kebaikan bagi mereka yang membutuhkan, dan mengeluarkan harta di jalan Allah yang waktunya dilakukan setelah melaksanakan sholat Subuh sebelum matahari terbit. Sedekah subuh memiliki banyak keutamaan dan dalil yang mendasarinya, di antaranya adalah:

  • Mendapat doa malaikat. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada satu Subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’. Sedangkan yang satunya lagi berdoa, ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.’” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Mendapat doa Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang memberikan sedekah sebelum matahari terbit, maka Allah akan menggantinya dengan pahala yang lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Ahmad).
  • Mendapat pahala 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).
  • Diberkahi Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dan apa saja harta yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
  • Memperlancar rezeki. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah tidak akan mengurangi harta. Dan tidaklah seseorang memberi maaf melainkan Allah menambah kemuliaannya. Dan tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).
  • Menjadi naungan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah akan menjadi naungan bagi orang-orang yang bersedekah pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).
  • Menyelamatkan dari neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Lindungilah dirimu dari api neraka walau hanya dengan setengah kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Kunci surga. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di surga ada pintu-pintu yang disebut Ar-Rayyan, dimana hanya orang-orang yang suka berpuasa saja yang masuk dari pintu itu pada hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Cara dan langkah-langkah mengamalkan sedekah subuh adalah sebagai berikut:

  • Niatkan dalam hati untuk bersedekah sebelum matahari terbit karena Allah SWT semata.
  • Sediakan wadah atau kotak infaq khusus untuk sedekah sebelum matahari terbit.
  • Setelah sholat subuh, masukkan sejumlah uang atau barang ke dalam wadah tersebut sesuai kemampuan.
  • Berdoalah kepada Allah SWT tentang hajat atau permintaan kita setelah bersedekah sebelum matahari terbit.
  • Simpan wadah tersebut selama 40 hari atau sampai terkumpul jumlah tertentu.
  • Salurkan sedekah sebelum matahari terbit kita kepada orang-orang yang membutuhkan atau lembaga amil zakat yang terpercaya.
  • Semoga Allah SWT memberikan pahala yang lebih baik dari dunia dan seisinya bagi kita yang bersedekah sebelum matahari terbit. 

Efek sedekah subuh pada karier, bisnis, dan rezeki adalah sebagai berikut:

  • Sedekah subuh dapat membuka pintu-pintu rezeki yang tidak terduga dari Allah SWT.
  • Sedekah subuh dapat melindungi harta kita dari kerugian, kehilangan, atau kerusakan.
  • Sedekah subuh dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan motivasi kita dalam bekerja atau berbisnis.
  • Sedekah subuh dapat menumbuhkan rasa syukur, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan.
  • Sedekah subuh dapat menarik simpati, kepercayaan, dan kerjasama dari orang-orang di sekitar kita.

Waktu yang tepat untuk melaksanakan sedekah subuh adalah antara sholat subuh hingga matahari terbit. Namun, jika kita ingin mendapatkan keutamaan yang lebih besar, maka sebaiknya kita bersedekah subuh sebelum sholat subuh. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang bersabda: “Barangsiapa yang memberikan sedekah sebelum matahari terbit, maka Allah akan menggantinya dengan pahala yang lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Ahmad).

E.2.2.1.1. APAKAH SEDEKAH SUBUH HANYA DILAKUKAN DI BULAN RAMADHAN SAJA?

Sedekah subuh tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja. Sedekah subuh adalah sedekah yang dilakukan setiap hari setelah sholat subuh sebelum matahari terbit. 

Sedekah subuh bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan uang, barang, makanan, atau bantuan lainnya kepada orang-orang yang membutuhkan atau lembaga amil zakat yang terpercaya.

Sedekah subuh memiliki banyak keutamaan, seperti menghapus dosa, melipatgandakan pahala, membuka pintu rezeki, memberi keberkahan harta, dan menyelamatkan dari neraka. Sedekah subuh juga bisa melancarkan hajat atau permintaan kita kepada Allah SWT jika kita berdoa setelah bersedekah subuh. 

Karena itu, sedekah subuh adalah amalan yang baik dan dianjurkan untuk dilakukan setiap hari, tidak hanya di bulan Ramadhan.

E.2.2.1.2. PENJELASAN HADIST

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada satu Subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’. Sedangkan yang satunya lagi berdoa, ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas adalah hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dan dampak dari sedekah subuh, yaitu sedekah yang dilakukan setelah sholat subuh sebelum matahari terbit. Berikut adalah penjelasan hadits tersebut secara definitif, obyektif, konseptual, pelaksanaannya, lengkap, rinci, detail, berurutan, terstruktur, terintegrasi, sinergi, holistik, komprehensif, dan studi komperatif:

  • Definitif: Hadits ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih mereka . Hadits ini termasuk hadits muttafaqun 'alaih, yaitu hadits yang disepakati oleh kedua imam tersebut. Hadits ini memiliki sanad (rantai periwayat) yang kuat dan matan (isi hadits) yang jelas dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an atau hadits lainnya.
  • Obyektif: Hadits ini adalah hadits yang bersumber dari Rasulullah SAW, yaitu orang yang paling jujur dan dapat dipercaya dalam menyampaikan wahyu dari Allah SWT. Hadits ini juga tidak mengandung unsur subjektivitas atau kepentingan pribadi dari para periwayatnya. Hadits ini juga sesuai dengan realita dan pengalaman hidup para sahabat dan generasi salafus shalih.
  • Konseptual: Hadits ini adalah hadits yang mengandung konsep-konsep penting dalam Islam, yaitu:

Konsep sedekah, yaitu mengeluarkan sebagian harta untuk kebaikan bagi orang lain atau di jalan Allah SWT. Sedekah termasuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam dan memiliki banyak manfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Konsep subuh, yaitu waktu antara terbit fajar sampai terbit matahari. Subuh adalah waktu yang istimewa dalam Islam karena banyak amalan yang memiliki keutamaan jika dilakukan pada waktu tersebut, seperti sholat subuh berjamaah, membaca Al-Qur’an, berzikir, berdoa, dan bersedekah.

Konsep malaikat, yaitu makhluk halus yang diciptakan Allah SWT dari cahaya dan selalu taat kepada-Nya. Malaikat memiliki banyak tugas dan fungsi dalam menjalankan perintah Allah SWT, salah satunya adalah mencatat amal perbuatan manusia.

Konsep doa, yaitu permohonan atau pujian kepada Allah SWT dengan menggunakan kata-kata atau isyarat. Doa adalah senjata orang beriman dan salah satu sebab terkabulnya hajat atau permintaan seseorang.

  • Pelaksanaannya: Hadits ini adalah hadits yang menunjukkan cara dan syarat pelaksanaan sedekah subuh, yaitu:

Cara: Sedekah subuh dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah uang atau barang ke dalam wadah khusus untuk sedekah subuh atau langsung menyerahkannya kepada orang-orang yang membutuhkan atau lembaga amil zakat yang terpercaya.

Syarat: Sedekah subuh harus dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata, tidak riya’ (pamer), sum’ah (pencitraan), atau ujub (bangga diri). Sedekah subuh juga harus dilakukan dengan ikhlas, sukarela, dan tanpa paksaan. Sedekah subuh juga harus dilakukan dengan harta yang halal dan bersih.

  • Lengkap: Hadits ini adalah hadits yang memberikan informasi lengkap tentang sedekah subuh, yaitu:

Siapa: Orang-orang yang bersedekah subuh adalah hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Orang-orang yang menahan hartanya adalah hamba-hamba Allah yang kikir dan bakhil kepada-Nya.

Apa: Yang diberikan sebagai sedekah subuh adalah sebagian harta yang dimiliki oleh orang-orang yang bersedekah subuh. Yang ditahan sebagai harta adalah sebagian atau seluruh harta yang dimiliki oleh orang-orang yang menahan hartanya.

Kapan: Waktu untuk bersedekah subuh adalah setiap subuh, yaitu antara terbit fajar sampai terbit matahari. Waktu untuk menahan harta adalah setiap saat, yaitu tidak pernah mengeluarkan harta untuk kebaikan atau di jalan Allah SWT.

Bagaimana: Cara untuk bersedekah subuh adalah dengan mengeluarkan sejumlah uang atau barang ke dalam wadah khusus untuk sedekah subuh atau langsung menyerahkannya kepada orang-orang yang membutuhkan atau lembaga amil zakat yang terpercaya. Cara untuk menahan harta adalah dengan menyimpannya di tempat yang aman dan tidak membagikannya kepada orang lain atau di jalan Allah SWT.

Mengapa: Alasan untuk bersedekah subuh adalah karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah SWT, serta mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Alasan untuk menahan harta adalah karena takut miskin dan rugi, serta mengikuti hawa nafsu dan syaitan.

  • Rinci: Hadits ini adalah hadits yang memberikan rincian tentang sedekah subuh, yaitu:

Jumlah: Jumlah sedekah subuh tidak ditentukan secara pasti, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan keikhlasan orang yang bersedekah. Jumlah harta yang ditahan juga tidak ditentukan secara pasti, tetapi disesuaikan dengan keserakahan dan kebakhilan orang yang menahan.

Bentuk: Bentuk sedekah subuh bisa berupa uang, barang, makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, atau bantuan lainnya yang bermanfaat bagi orang lain atau di jalan Allah SWT. Bentuk harta yang ditahan bisa berupa uang, emas, perak, tanah, rumah, kendaraan, ternak, tanaman, atau harta lainnya yang dimiliki oleh orang yang menahan.

Sifat: Sifat sedekah subuh adalah halal, bersih, baik, dan bermutu. Sifat harta yang ditahan adalah halal atau haram, bersih atau kotor, baik atau buruk, dan bermutu atau tidak.

  • Detail: Hadits ini adalah hadits yang memberikan detail tentang sedekah subuh, yaitu:

Penerima: Penerima sedekah subuh adalah orang-orang yang membutuhkan atau berhak menerima sedekah, seperti fakir, miskin, muallaf, gharim, ibnu sabil, dan fisabilillah. Penerima harta yang ditahan adalah orang-orang yang tidak membutuhkan atau tidak berhak menerima harta tersebut, seperti diri sendiri, keluarga dekat, teman baik, atau orang kaya.

Pemberi: Pemberi sedekah subuh adalah orang-orang yang memiliki kelebihan harta atau berkecukupan dalam hidupnya. Pemberi harta yang ditahan adalah orang-orang yang memiliki kekurangan harta atau berkekurangan dalam hidupnya.

Tujuan: Tujuan sedekah subuh adalah untuk mendapatkan ridha dan pahala dari Allah SWT, serta untuk membantu dan meringankan beban orang-orang yang membutuhkan atau di jalan Allah SWT. Tujuan menahan harta adalah untuk mendapatkan kemarahan dan siksa dari Allah SWT, serta untuk menyakiti dan membebani diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

  • Berurutan: Hadits ini adalah hadits yang menggambarkan urutan peristiwa tentang sedekah subuh, yaitu:

Pertama: Orang-orang yang bersedekah subuh mengeluarkan sebagian hartanya untuk kebaikan bagi orang lain atau di jalan Allah SWT setelah sholat subuh sebelum matahari terbit.

Kedua: Dua malaikat turun kepada mereka dan salah satu di antara keduanya berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’. Sedangkan yang satunya lagi berdoa, ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.

Ketiga: Allah SWT menerima doa malaikat tersebut dan memberikan ganti bagi orang-orang yang bersedekah subuh dengan pahala yang lebih baik dari dunia dan seisinya.

Keempat: Orang-orang yang bersedekah subuh merasakan keberkahan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Kelima: Orang-orang yang menahan hartanya tidak mengeluarkan sebagian atau seluruh hartanya untuk kebaikan bagi orang lain atau di jalan Allah SWT setiap saat.

Keenam: Dua malaikat turun kepada mereka dan salah satu di antara keduanya berdoa kepada Allah SWT untuk memberikan kerusakan bagi orang-orang yang menahan hartanya.

Ketujuh: Allah SWT menerima doa malaikat tersebut dan memberikan kerusakan bagi orang-orang yang menahan hartanya dengan siksa yang lebih buruk dari dunia dan seisinya.

Kedelapan: Orang-orang yang menahan hartanya merasakan kesengsaraan, kemiskinan, dan kesedihan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

  • Terstruktur: Hadits ini adalah hadits yang memiliki struktur yang jelas dan logis, yaitu:
Pendahuluan: Hadits ini dimulai dengan kalimat “Tidak ada satu Subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah” yang merupakan pengantar atau latar belakang dari hadits ini. Kalimat ini menunjukkan bahwa hadits ini berbicara tentang keadaan atau situasi yang dialami oleh hamba-hamba Allah setiap subuh.

Isi: Hadits ini berisi tentang dua kelompok hamba-hamba Allah yang berbeda sikap dan perilakunya dalam mengelola hartanya, yaitu orang-orang yang bersedekah subuh dan orang-orang yang menahan hartanya. Hadits ini juga berisi tentang dua malaikat yang turun kepada mereka dan berdoa kepada Allah SWT sesuai dengan sikap dan perilaku mereka. Hadits ini juga berisi tentang dampak atau akibat dari sikap dan perilaku mereka terhadap harta mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

Penutup: Hadits ini diakhiri dengan kalimat “(HR. Bukhari dan Muslim)” yang merupakan penanda atau sumber dari hadits ini. Kalimat ini menunjukkan bahwa hadits ini berasal dari kitab shahih Bukhari dan Muslim yang merupakan kitab hadits paling otentik dan terpercaya dalam Islam.
  • Terintegrasi: Hadits ini adalah hadits yang memiliki keterkaitan atau hubungan dengan sumber-sumber lain dalam Islam, yaitu:

Al-Qur’an: Hadits ini sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang sedekah, seperti QS. Al-Baqarah: 261, QS. Saba’: 39, QS. Al-Hadid: 18, QS. At-Taubah: 103, QS. Al-Muzzammil: 20, dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang subuh, seperti QS. Al-Isra’: 78, QS. Al-Fajr: 1, QS. An-Naba’: 13, QS. Ad-Dhuha: 1, dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang malaikat, seperti QS. An-Nisa’: 136, QS. Al-An’am: 61, QS. Ar-Ra’d: 11, QS. An-Najm: 26, dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang doa, seperti QS. Al-Baqarah: 186, QS. Ghafir: 60, QS. Ibrahim: 40, QS. Al-Anbiya’: 87, dan lain-lain.

Hadits lain: Hadits ini sejalan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang sedekah, seperti hadits tentang sedekah sebagai naungan di akhirat (HR. Ahmad), hadits tentang sedekah sebagai penyelamat dari neraka (HR. Bukhari dan Muslim), hadits tentang sedekah sebagai kunci surga (HR. Bukhari dan Muslim), dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang subuh, seperti hadits tentang sholat subuh berjamaah (HR. Bukhari dan Muslim), hadits tentang membaca Al-Qur’an di waktu subuh (HR. Muslim), hadits tentang berzikir di waktu subuh (HR. Abu Dawud), dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang malaikat, seperti hadits tentang malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia (HR. Bukhari dan Muslim), hadits tentang malaikat yang memohon ampun untuk orang-orang yang berdzikir (HR. Bukhari dan Muslim), hadits tentang malaikat yang mengucapkan amin untuk doa orang-orang yang sholat (HR. Abu Dawud), dan lain-lain. Hadits ini juga sejalan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang doa, seperti hadits tentang doa sebagai senjata orang beriman (HR. Ahmad), hadits tentang doa sebagai ibadah (HR. Tirmidzi), hadits tentang doa sebagai sebab terkabulnya hajat (HR. Tirmidzi), dan lain-lain.

  • Sinergi: Hadits ini adalah hadits yang memiliki pengaruh atau dampak yang positif bagi orang-orang yang mengamalkannya, yaitu:

Individu: Orang-orang yang bersedekah subuh akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT, serta keberkahan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan mendapatkan doa dari malaikat, Rasulullah SAW, dan orang-orang yang menerima sedekahnya. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dari segala bahaya, musibah, atau bencana.

Keluarga: Orang-orang yang bersedekah subuh akan menjadi teladan bagi keluarganya dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan memberikan nafkah yang halal dan cukup bagi keluarganya. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan menanamkan nilai-nilai sedekah kepada anak-anaknya sejak dini.

Masyarakat: Orang-orang yang bersedekah subuh akan menjadi pemberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan menumbuhkan rasa solidaritas, empati, dan toleransi antara sesama manusia. Orang-orang yang bersedekah subuh juga akan mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi di masyarakat.

  • Holistik: Hadits ini adalah hadits yang memiliki makna atau pesan yang menyeluruh dan mendalam, yaitu:

Makna lahiriah: Hadits ini mengajarkan kita untuk bersedekah subuh dengan mengeluarkan sebagian harta kita untuk kebaikan bagi orang lain atau di jalan Allah SWT setiap subuh sebelum matahari terbit.

Makna batiniah: Hadits ini mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita dari sifat kikir, bakhil, tamak, atau rakus terhadap harta dunia. Hadits ini juga mengajarkan kita untuk menyucikan jiwa kita dari sifat riya’, sum’ah, ujub, atau takabur karena harta dunia. Hadits ini juga mengajarkan kita untuk menghambakan diri kita kepada Allah SWT semata dan tidak kepada harta dunia.

  • Komprehensif: Hadits ini adalah hadits yang memiliki cakupan atau ruang lingkup yang luas dan beragam, yaitu:
Aspek akidah: Hadits ini menunjukkan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam yang Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki, Maha Penerima Doa, Maha Pembalas Amal Perbuatan, dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hadits ini juga menunjukkan keimanan kita kepada Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT yang paling jujur dan dapat dipercaya dalam menyampaikan wahyu dari Allah SWT.

Aspek syariah: Hadits ini menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya untuk bersedekah sebelum matahari terbit dengan syarat dan cara yang benar. Hadits ini juga menunjukkan ketaatan kita kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti sunnah dan doa beliau tentang sedekah sebelum matahari terbit.

Aspek akhlak: Hadits ini menunjukkan akhlak mulia kita kepada Allah SWT dengan niat yang ikhlas, hati yang bersih, dan jiwa yang suci dalam bersedekah sebelum matahari terbit. Hadits ini juga menunjukkan akhlak mulia kita kepada sesama manusia dengan sikap yang dermawan, peduli, dan toleran dalam bersedekah sebelum matahari terbit.

  • Studi komperatif: Hadits ini adalah hadits yang dapat dibandingkan atau dikontraskan dengan sumber-sumber lain dalam Islam atau di luar Islam, yaitu:

Dalam Islam: Hadits ini dapat dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang sedekah pada waktu-waktu lain, seperti sedekah pada malam hari (HR. Muslim), sedekah pada hari Jumat (HR. Tirmidzi), sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim), dan lain-lain. Hadits ini juga dapat dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang membahas tentang amalan-amalan lain pada waktu sebelum matahari terbit, seperti sholat tahajjud (HR. Bukhari dan Muslim), sholat witir (HR. Abu Dawud), sholat dhuha (HR. Muslim), dan lain-lain.

Di luar Islam: Hadits ini dapat dibandingkan dengan ajaran-ajaran atau praktik-praktik lain yang berkaitan dengan sedekah atau amal kebaikan pada waktu sebelum matahari terbit, seperti zakat dalam agama Yahudi, puasa dalam agama Kristen, meditasi dalam agama Buddha, yoga dalam agama Hindu, dan lain-lain.

E.2.2.2. SEDEKAH DI HARI JUMAT (JUMAT BERKAH)


E.2.2.3. SEDEKAH MALAM


E.2.2.4. SEDEKAH DI BULAN RAMADHAN


E.2.2.5. SEDEKAH DI SAAT BENCANA ALAM


E.2.2.6. SEDEKAH KEPADA FAKIR MISKIN


E.2.2.7. SEDEKAH KEPADA ANAK YATIM 


E.2.2.8. SEDEKAH KEPADA TETANGGA


E.2.2.9. SEDEKAH KEPADA ORANG YANG BERJALAN DI JALAN ALLAH


E.2.2.10. SEDEKAH KEPADA BINATANG


E.2.2.11. SEDEKAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI


E.2.2.12. SEDEKAH YANG BERMANFAAT


E.2.2.13. SEDEKAH DENGAN HARTA YANG HALAL


E.2.2.14. SEDEKAH DENGAN IKHLAS


E.2.2.15. SEDEKAH DENGAN ILMU AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN SERTA TEKNOLOGI


E.3. SIRATURRAHMI DAN SIRATURRAHIM UNTUK MEMPERLUAS JARINGAN SOSIAL


E.4. SHOLAT UNTUK MEMBUKA PINTU REZEKI


E.5. PUASA


E.6. MEMBACA SHOLAWAT KHUSUS

 

E.7. DZIKIR DENGAN ASMA' UL HUSNA


E.8. MEMBACA AL QUR'AN DAN DZIKIR DENGAN AYAT-AYAT AL QUR'AN SECARA KHUSUS


E.9. BERTAWASSUL


E.10. WAKTU-WAKTU YANG DILARANG TIDUR DAN WAKTU-WAKTU DI SUNNAHKAN TIDUR


E.11. KERJA KERAS SAJA TIDAK CUKUP, TIPS CEPAT KAYA LEWAT JALUR LANGIT

Kerja keras adalah salah satu kunci kesuksesan dalam hidup, termasuk dalam hal kekayaan. Namun, kerja keras saja tidak cukup untuk menjadi kaya. Ada faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan, termasuk faktor keberuntungan, faktor lingkungan, dan faktor spiritual.

Dalam Islam, kekayaan merupakan salah satu rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Karena itu, untuk mendapatkan kekayaan, kita harus memohon kepada Allah SWT dengan cara yang benar, yaitu dengan cara beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

E.11.1. MENGAPA KERJA KERAS SAJA TIDAK CUKUP ?

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kerja keras saja tidak cukup, harus ada cara tips cepat kaya lewat jalur langit menurut syariat Islam:

  • Kerja keras tidak menjamin kesuksesan. Ada banyak orang yang bekerja keras tetapi tidak berhasil menjadi kaya. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti faktor keberuntungan, faktor lingkungan, dan faktor spiritual.
  • Kerja keras tidak menjamin kekayaan yang halal. Ada banyak cara untuk mendapatkan kekayaan, termasuk cara-cara yang tidak halal. Karena itu, kita harus bekerja keras dengan cara yang halal, yaitu dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam.
  • Kerja keras tidak menjamin kekayaan yang langgeng. Kekayaan yang didapat dengan cara yang tidak halal biasanya tidak langgeng. Kekayaan tersebut bisa hilang dalam waktu singkat, bahkan bisa membawa musibah bagi pemiliknya.
  • Jalur langit adalah jalur yang dijamin oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan baginya jalan-jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

E.11.2. TIPS CEPAT KAYA LEWAT JALUR LANGIT

Berikut adalah beberapa cara tips cepat kaya lewat jalur langit menurut syariat Islam:

  • Mencari rezeki yang halal.
  • Melunasi kewajiban membayar hutang.
  • Memenuhi kewajiban sholat lima waktu, dan melaksanakan sholat sunnah
  • Ibadah dengan sungguh-sungguh. Ibadah adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ibadah yang sungguh-sungguh, kita akan mendapatkan ridha Allah SWT, dan Allah SWT akan memberikan rezeki kepada kita, termasuk kekayaan.
  • Bekerja dengan rasa puas (Qona'ah)
  • Berbakti kepada kedua orang tua dan taat kepadanya serta mendoakan untuk kebaikannya, baik masih hidup mau pun telah wafat begitu juga tetap mendoakan generasi sebelumnya yang masih ada kaitan dengan DNA kita yang seiman (kakek, kenek, uyut , dan seterusnya) 
  • Segera menunaikan zakat 
  • Bersedekah dengan ikhlas. Sedekah adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, sedekah juga bisa menjadi sarana untuk menarik rezeki dari Allah SWT.
  • Bertaubat dari segala dosa dan maksiat
  • Perbanyak membaca istighfar (memohon ampunan)
  • Zikir dan wirid kepada Allah SWT, membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang penuh dengan petunjuk dan hikmah. Dengan membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, kita akan mendapatkan petunjuk dan hikmah dari Allah SWT, termasuk petunjuk untuk meraih kekayaan.
  • Berdoa kepada Allah SWT dengan penuh kesungguhan. Doa adalah sarana komunikasi antara hamba dan Allah SWT. Dengan berdoa kepada Allah SWT dengan penuh kesungguhan, kita akan mendapatkan apa yang kita minta, termasuk kekayaan.
  • Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  • Menjaga hubungan siraturahim dan siraturahmi. Selain cara-cara di atas, kita juga perlu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, termasuk dengan orang tua, tetangga, dan rekan kerja. Hubungan yang baik dengan sesama manusia akan membawa keberkahan dalam hidup kita, termasuk dalam hal kekayaan.

E.11.2.1. MENCARI REZEKI YANG HALAL

Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban bagi setiap umat Muslim. Rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh dengan cara yang tidak melanggar hukum syariat Islam. Rezeki yang halal tidak hanya membawa keberkahan bagi kehidupan di dunia, tetapi juga di akhirat.

Berikut adalah beberapa prinsip dasar dalam mencari rezeki yang halal:

  • Ikhlas dan bertawakal kepada Allah SWT. Mencari rezeki yang halal haruslah diniatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membahagiakan keluarga. Selain itu, kita juga harus bertawakal kepada Allah SWT, karena rezeki kita sesungguhnya berasal dari-Nya.
  • Menjauhi riba dan transaksi haram lainnya. Riba adalah dosa besar dalam Islam. Oleh karena itu, kita harus menghindari semua bentuk transaksi yang mengandung unsur riba. Selain riba, kita juga harus menghindari transaksi haram lainnya, seperti suap, penipuan, dan penggelapan.
  • Memilih pekerjaan yang halal. Tidak semua pekerjaan halal untuk dilakukan oleh umat Muslim. Ada beberapa pekerjaan yang diharamkan, seperti menjadi penjual minuman keras, menjadi penari telanjang, dan menjadi penjual barang haram lainnya.
  • Bersikap jujur dan amanah. Kejujuran dan amanah adalah sifat yang sangat penting dalam mencari rezeki yang halal. Kita harus selalu jujur dalam segala hal, baik dalam transaksi maupun dalam pekerjaan lainnya.
  • Menjauhi sifat malas dan bergantung pada orang lain. Malas adalah salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk tidak malas dan selalu rajin dalam mencari rezeki. Selain itu, kita juga harus berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup kita.
  • Bersyukur atas rezeki yang telah diberikan. Setelah kita mendapatkan rezeki yang halal, kita harus bersyukur kepada Allah SWT atas rezeki tersebut. Bersyukur atas rezeki yang telah diberikan akan membuat rezeki kita semakin bertambah dan berkah.

Berikut adalah beberapa tips untuk mencari rezeki yang halal:

  • Carilah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat Anda. Ketika Anda bekerja sesuai dengan kemampuan dan minat Anda, Anda akan merasa lebih senang dan puas dengan pekerjaan Anda. Hal ini akan membuat Anda lebih bersemangat untuk bekerja dan menghasilkan rezeki yang halal.
  • Jangan takut untuk mencoba usaha baru. Jika Anda merasa tidak puas dengan pekerjaan Anda saat ini, jangan takut untuk mencoba usaha baru. Ada banyak peluang usaha yang dapat Anda coba, baik secara online maupun offline.
  • Jangan pernah menyerah. Dalam mencari rezeki yang halal, Anda pasti akan menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Namun, jangan pernah menyerah. Tetaplah bersemangat dan teruslah berusaha. Insya Allah, Allah SWT akan memberikan jalan keluar bagi Anda.

Berikut adalah beberapa contoh pekerjaan halal yang dapat Anda lakukan:

  • Guru
  • Dokter
  • Pengacara
  • Pedagang
  • Petani
  • Penulis
  • Programmer
  • Desainer grafis
  • Pengusaha
  • Blogger
  • Youtuber
  • Influencer

Dan masih banyak lagi pekerjaan halal lainnya yang dapat Anda lakukan. Yang penting, pekerjaan tersebut sesuai dengan kemampuan dan minat Anda, serta tidak melanggar hukum syariat Islam.

E.11.2.2. MELUNASI KEWAJIBAN MEMBAYAR HUTANG

Dalam Islam, hutang adalah suatu transaksi yang sah dan memiliki hukumnya tersendiri, kecuali riba merupakan bentuk hutang yang diharamkan karena adanya bunga. 

Hutang riba adalah hutang yang disertai dengan tambahan atau bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Tambahan atau bunga tersebut harus dibayarkan terlepas dari apakah peminjam mampu membayar atau tidak.

Dalam agama Islam, hutang riba hukumnya haram. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 278-279 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تَابُوا فَلَهُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِهِمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba, jika kamu orang-orang beriman.

Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa kamu akan memerangi Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu bertobat, maka bagimu pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim dan tidak dizalimi.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa riba adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Orang yang melakukan riba akan mendapat ancaman dari Allah SWT, yaitu perang dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ada beberapa jenis hutang riba, yaitu:

  • Riba al-qardh adalah hutang yang disyaratkan adanya tambahan atas pokok pinjaman. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar Rp100.000 dengan ketentuan harus mengembalikan Rp110.000 dalam waktu satu bulan.
  • Riba al-buyu' adalah hutang yang disyaratkan adanya tambahan atas pokok pinjaman, baik berupa barang maupun jasa. Misalnya, seseorang membeli barang A jika dengan kontan seharga Rp. 4.000.0000,-. Namun,  karena kurangnya dana maka dengan cara kredit dengan ketentuan harus membayar uang muka sebesar Rp50.000 dan cicilan sebesar Rp500.000 per bulan selama 12 bulan. Sehingga total jumlah yang harus di bayar Rp. 6.050.000,- .

CATATAN : Bedakan antara Riba al-buyu' dengan orang yang memberi keringan pembayaran dari cara pembayaran kontan barang B menjadi pembayaran secara angsuran. Misalnya, Kesepakatan suatu pembelian barang seharga Rp. 6.050.000,- antara penjual dan pembeli boleh diangsur Rp. 500.000 per bulan selama 12 bulan dan uang muka sebesar Rp. 50.000,- .  Sehingga transaksi seperti ini bisa menolong orang karena diberi keringanan pembayaran.

  • Riba al-jahiliyah adalah hutang yang disyaratkan adanya tambahan atas pokok pinjaman karena peminjam tidak dapat membayarnya dengan tepat waktu sesuai perjanjian. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar Rp100.000 dengan ketentuan harus mengembalikan Rp110.000 dalam waktu satu bulan, tetapi tidak dapat membayarnya tepat waktu sehingga harus membayar denda sebesar Rp10.000.

Hutang yang halal adalah hutang yang tanpa riba (tambahan atau bunga) digunakan untuk hal-hal yang halal, seperti untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, atau modal usaha. Hutang yang haram adalah hutang yang digunakan untuk hal-hal yang haram, seperti untuk judi, mabuk-mabukan, atau berzina.

Melunasi hutang adalah kewajiban bagi setiap orang yang berhutang. Kewajiban ini didasarkan pada beberapa dalil, di antaranya:

Al-Qur'an

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian) dari hartamu itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 280)

Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ لَمْ يُقْضَهُ فَلَيْسَ يُقْضَى مِنْ حَسَنَاتِهِ بَلْ يَأْخُذُهُ مِنْ سَيِّئَاتِ مَنْ يَدَيْنُهُ

"Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa meninggal dunia dan masih memiliki hutang, maka tidak akan diqiaskan (dibayar) dari kebaikannya, tetapi akan diambil dari keburukan orang yang diutanginya.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa Melunasi Hutang Merupakan Kewajiban

Melunasi hutang merupakan kewajiban dalam Islam karena memiliki beberapa alasan, antara lain:

  • Hutang merupakan hak orang lain. Orang yang berhutang memiliki kewajiban untuk mengembalikan hak tersebut kepada orang yang memberi hutangan.
  • Melunasi hutang merupakan bentuk keadilan. Keadilan akan tercipta jika orang yang berhutang mengembalikan hak orang yang memberi hutangan.
  • Melunasi hutang merupakan bentuk tanggung jawab. Orang yang berhutang memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan hutang yang telah diambilnya.

Bagaimana Melunasi Hutang

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melunasi hutang, antara lain:

  • Menentukan prioritas hutang. Tentukan hutang mana yang harus dilunasi terlebih dahulu. Prioritaskan hutang yang memiliki bunga tinggi (bila anda sudah terlanjur hutang diperbankan konvensional) atau hutang yang memiliki jangka waktu pelunasan singkat.
  • Menentukan anggaran pembayaran hutang. Tentukan berapa banyak uang yang bisa Anda alokasikan untuk membayar hutang setiap bulannya.
  • Membuat jadwal pembayaran hutang. Buat jadwal pembayaran hutang agar Anda bisa melacak perkembangan pelunasan hutang Anda.
  • Mencari bantuan. Jika Anda kesulitan untuk melunasi hutang sendiri, Anda bisa mencari bantuan dari keluarga atau teman. Anda juga bisa mencari bantuan dari lembaga keuangan yang menawarkan program keringanan utang.

Bahaya Menahan atau Tidak Membayar Hutang

Menahan atau tidak membayar hutang merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Hal ini karena akan menimbulkan kerugian bagi orang yang memberi hutangan. Selain itu, menahan atau tidak membayar hutang juga akan berdampak negatif bagi orang yang berhutang, antara lain:

  • Mendapat dosa. Orang yang menahan atau tidak membayar hutang akan mendapatkan dosa.
  • Menghambat rezeki. Orang yang menahan atau tidak membayar hutang akan menghambat rezekinya.
  • Mendapatkan kesulitan. Orang yang menahan atau tidak membayar hutang akan mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.

Karena itu, penting bagi umat Islam untuk segera melunasi hutang-hutangnya. Jangan sampai karena menahan atau tidak membayar hutang, kita akan mendapatkan dosa, menghambat rezeki, dan mendapatkan kesulitan dalam hidup.

Dalam Islam, hutang piutang merupakan salah satu akad yang dibolehkan. Namun, hutang piutang harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam hutang piutang adalah kewajiban untuk membayar hutang.

Orang yang menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang akan mendapatkan dosa dan akan menghambat rezekinya. Hal ini berdasarkan beberapa dalil berikut:

Hadis Nabi Muhammad SAW:

"Barangsiapa yang menahan hak orang lain, maka Allah akan menahan rezekinya." (HR. Bukhari)

Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 282:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah dengan hutang piutang yang diberi waktu sampai batas waktu tertentu, maka hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menuliskannya dengan benar. Dan hendaklah saksi-saksinya ada dua orang laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka seorang laki-laki dan dua orang perempuan. Dan hendaklah saksi-saksi itu mereka yang kamu ridhai, agar jika salah seorang mereka lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu enggan menjadi saksi apabila mereka dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktunya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. (Tulislah itu), kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menuliskannya. Dan hendaklah ada saksi atas segala muamalahmu, dan janganlah kamu menyakiti seorang penulis dan saksi karena itu. Dan jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan dalam dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah mengajarkan kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa orang yang menahan hak orang lain, maka Allah akan menahan rezekinya. Hal ini karena menahan hak orang lain termasuk perbuatan yang tidak adil dan merugikan orang lain.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 282, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk menuliskan hutang piutang. Hal ini agar hutang piutang dapat terjamin dan tidak menimbulkan perselisihan di kemudian hari.

Selain itu, Allah SWT juga melarang umat Islam untuk menyakiti orang yang menuliskan hutang piutang dan saksi. Hal ini karena mereka telah membantu menyelesaikan permasalahan hutang piutang.

Hadits Nabi Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang memiliki hutang lalu dia tidak menunaikannya, maka dia tidak akan mencium bau surga." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Barangsiapa yang menahan harta saudaranya yang muslim tanpa hak, maka Allah akan menahan hartanya di dunia dan di akhirat." (HR. Bukhari)

"Barangsiapa yang melalaikan satu dinar atau satu dirham dari hutang, maka Allah akan melilitnya dengan tujuh puluh lilitan pada hari kiamat." (HR. Abu Daud)

Ayat Al-Qur'an:

"Dan barangsiapa yang tidak menunaikan amanah-amanah itu dan melanggar sumpah-sumpahan, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Ma'idah: 135)

"Dan janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan batil, dan janganlah kamu membawanya kepada hakim, agar kamu dapat memakan sebagian harta manusia dengan cara yang batil, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188)

Dari dalil-dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang adalah orang yang tidak amanah, melanggar sumpah, dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Hal ini tentu akan menghambat rezekinya, karena Allah SWT akan membalas orang-orang yang berbuat demikian.

Selain itu, orang yang menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang juga akan mendapatkan dosa dan murka Allah SWT. Hal ini dapat menyebabkan berbagai macam musibah dan kesulitan dalam hidupnya, termasuk kesulitan dalam mendapatkan rezeki.

Karena itu, orang yang menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang akan mendapatkan dosa dan akan menghambat rezekinya.  

Kita harus selalu berusaha untuk membayar hutang tepat waktu dan dengan cara yang baik.

Berikut adalah beberapa tips agar terhindar dari dosa menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang:

  • Hindari mengambil hutang jika tidak benar-benar membutuhkan.
  • Jika terpaksa mengambil hutang, maka usahakan untuk membayarnya tepat waktu.
  • Jika tidak mampu membayar hutang tepat waktu, maka segera hubungi pihak yang memberikan hutang untuk meminta keringanan.

Semoga kita semua dapat terhindar dari dosa menahan, menunggak, maupun tidak membayar hutang.

E.11.2.3. MEMEHUHI KEWAJIBAN SHOLAT LIMA WAKTU, DAN MELAKSANAKAN SHOLAT SUNNAH 

Sholat lima waktu adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh dan berakal (mukalaf). Sholat merupakan ibadah yang paling utama dalam Islam, karena merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ada beberapa alasan mengapa sholat lima waktu tidak boleh ditinggalkan bagi muslim yang taat, di antaranya:

  • Sholat merupakan rukun Islam yang wajib. Rukun Islam adalah lima hal yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, dan salah satunya adalah sholat. Sholat merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
  • Sholat merupakan ibadah yang paling utama. Sholat merupakan ibadah yang paling utama dalam Islam, karena merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat juga merupakan ibadah yang paling sering dilakukan oleh umat Islam, karena dilaksanakan lima kali sehari.
  • Sholat merupakan ibadah yang mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sholat memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Ankabut ayat 45:

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar."

  • Sholat merupakan tanda keimanan seseorang. Sholat merupakan tanda keimanan seseorang kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa yang meninggalkan sholat dengan sengaja, maka dia telah kafir." (HR. Ahmad)

  • Sholat merupakan ibadah yang akan menyelamatkan seseorang di hari kiamat. Sholat merupakan ibadah yang akan menyelamatkan seseorang di hari kiamat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Pertama-tama perkara yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka seluruh amalnya baik. Dan jika sholatnya buruk, maka seluruh amalnya buruk." (HR. Tirmidzi)

  • Menjadi sarana untuk mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Barangsiapa yang menjaga salat lima waktu, menjaga puasa Ramadhan, dan menjaga kemaluannya, maka akan dijamin masuk surga." (HR. Tirmidzi)

  • Menjadi sarana untuk mendapatkan pahala yang besar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Sebaik-baik amal adalah salat lima waktu pada waktunya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

  • Menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 55:

وَقَرَأَ فِي السَّبْتِ إِذَا تَجَلَّىٰ رَبُّكَ لِلْجَبَلِ فَجَعَلَهُ دَكَّانًا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: "Dan bacakanlah (wahai Muhammad) di dalam Kitab (Al-Qur'an) ini (kisah) tentang Musa. Sesungguhnya dia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul, dan ia bukanlah orang yang sombong. Maka tatkala ia melihat api, ia berkata kepada kaumnya: "Tinggallah (di tempat ini), sesungguhnya aku telah melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit bara api kepadamu darinya, atau aku akan mendapatkan petunjuk di sisinya."

Ketika Musa AS melihat api, ia segera bergegas menujunya untuk mendapatkan petunjuk. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Musa AS untuk menyampaikan risalah-Nya kepada Bani Israil. Musa AS kemudian menyampaikan risalah Allah SWT tersebut kepada kaumnya.

Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sholat merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan sholat, kita dapat merasakan kehadiran Allah SWT dan mendapatkan petunjuk dari-Nya.

  • Menjadi bukti keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 142:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَطَاعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman." 

Berdasarkan dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa sholat lima waktu merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang taat. Meninggalkan sholat lima waktu merupakan perbuatan yang dapat membahayakan keimanan seseorang dan dapat menyebabkan seseorang masuk neraka.

Memenuhi kewajiban sholat lima waktu dan melaksanakan sholat sunnah agar mendapatkan kelimpahan rezeki merupakan suatu ikhtiar yang mulia. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

  • Menanamkan keyakinan dan niat yang kuat: Yakinlah bahwa Allah SWT adalah pemberi rezeki yang sesungguhnya. Niatkan diri untuk melaksanakan sholat lima waktu dan sholat sunnah dengan ikhlas semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT.
  • Memperbaiki wudhu: Wudhu merupakan syarat utama sahnya sholat. Pastikan wudhu Anda dilakukan dengan benar dan sempurna.
  • Menjaga waktu sholat: Sholatlah pada waktu yang telah ditentukan. Jangan menunda-nunda sholat karena kesibukan atau alasan lainnya.
  • Menghindari hal-hal yang dapat membatalkan sholat: Fokuslah pada sholat Anda dan hindari hal-hal yang dapat membatalkannya, seperti berbicara, makan, minum, atau menghadap kiblat selain arah kiblat yang benar.
  • Melaksanakan sholat dengan khusyuk: Khusyuk merupakan kunci utama untuk mendapatkan pahala dan keberkahan sholat. Usahakan untuk khusyuk dalam sholat Anda dengan memfokuskan pikiran dan hati kepada Allah SWT.
  • Memperbanyak sholat sunnah: Selain sholat lima waktu, perbanyaklah melaksanakan sholat sunnah lainnya, seperti sholat sunnah rawatib, sholat dhuha, sholat tahajjud, dan sholat witir.
  • Berdoa dengan sungguh-sungguh: Setelah sholat, berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT untuk memohon rezeki yang luas dan berkah.
  • Melaksanakan amalan lainnya: Melaksanakan amalan lainnya, seperti sedekah, silaturahmi, dan berbuat baik kepada sesama manusia, juga dapat membantu membuka pintu rezeki.
  • Bersabar dan terus berusaha: Ingatlah bahwa rezeki tidak akan datang dengan instan. Tetaplah bersabar dan terus berusaha dalam mencari rezeki yang halal dan baik.
  • Tawakal kepada Allah SWT: Setelah melakukan semua ikhtiar, tawakalkanlah hasil kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa Allah SWT akan memberikan rezeki yang terbaik bagi hamba-Nya yang senantiasa berusaha dan bertawakal kepada-Nya.

Dengan menjalankan langkah-langkah tersebut, insyaallah Anda akan mendapatkan kelimpahan rezeki dari Allah SWT.

Berikut ini beberapa amalan sholat sunnah yang dapat dikerjakan :

  • Sholat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qobliyah. Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
  • Shalat Tahajud  adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh. Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
  • Sholat taubat cara meraih salah satu amal yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha. Taubat adalah sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya, serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
  • Sholat witir, kata "witir" berarti ganjil. Karena itu, sholat witir adalah sholat sunah yang rakaatnya ganjil, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, atau 11 rakaat. Sholat witir biasanya dikerjakan pada malam hari, setelah sholat isya dan sebelum sholat subuh sebagai penutup sholat malam, lebih baik daripada dunia dan seisinya, dicintai oleh Allah SWT, serta menjadi sebab pengampunan dosa.
  • Sholat Hajat adalah sholat sunnah yang dilakukan seorang muslim saat memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan Allah. Sholat Hajat dilakukan antara 2 hingga 12 raka'at dengan salam di setiap 2 rakaat. Sholat ini dapat dilakukan kapan saja kecuali pada waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan sholat.
  • Shalat Dhuha, shalat sunnah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Sholat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah SWT.

Jumlah minimal rakaat sholat Dhuha adalah dua rakaat, bisa juga mengerjakan empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat, atau duabelas rakaat, atau tanpa batasan, karena semuanya memiliki pijakan dari sunnah Rasulullah        

Umumnya, sholat dhuha yang memang dikhususkan untuk memohon rezeki dari Allah SWT lebih afdhal paling tidak 8 rakaat (dengan 2 rakaat salam). Cobalah dengan 8 rakaat untuk dimudahkan rezeki dari Allah SWT. 

E.11.2.4. IBADAH DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH

Beribadah dengan sungguh-sungguh merupakan kunci untuk mendapatkan pahala yang besar dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Beribadah dengan sungguh-sungguh merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam. Hal ini karena ibadah merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya. Untuk dapat beribadah dengan sungguh-sungguh, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Memiliki niat yang ikhlas. Niat merupakan landasan utama dalam segala ibadah. Niat yang ikhlas berarti ibadah yang dilakukan semata-mata untuk Allah SWT tanpa mengharapkan imbalan apapun.
  • Memahami makna ibadah yang dilakukan. Dengan memahami makna ibadah, kita akan lebih mudah untuk menghayati dan melakukannya dengan sepenuh hati.
  • Memilih waktu dan tempat yang tepat. Waktu dan tempat yang tepat dapat membantu kita untuk fokus dan khusyuk dalam beribadah.
  • Berkonsentrasi dan fokus. Saat beribadah, hindarilah hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi dan fokus kita, seperti memikirkan pekerjaan, tugas, atau masalah lain.
  • Merasakan kehadiran Allah SWT. Bagaikan sedang berbicara langsung dengan Allah SWT, rasakan kehadiran-Nya dalam setiap ibadah yang dilakukan.
  • Meminta ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
  • Berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa-doa kita.
  • Membaca Al-Qur'an dan mempelajari maknanya.
  • Bergaul dengan orang-orang saleh.
  • Menjauhi pergaulan yang buruk.
  • Membiasakan diri untuk berdzikir kepada Allah SWT.
  • Bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
  • Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan.
  • Tawakal kepada Allah SWT.
  • Meminta pertolongan kepada Allah SWT dalam segala urusan.
  • Menjaga diri dari riya' dan sum'ah.
  • Menjaga diri dari sifat malas dan menunda-nunda ibadah.
  • Menjaga diri dari sifat ujub dan takabbur.
  • Meminta maaf kepada orang lain jika pernah menyakiti mereka.
  • Menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.
  • Menghindari perbuatan maksiat.
  • Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.
  • Senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi segala ujian dan cobaan.
  • Selalu berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan taufik dan hidayah-Nya.
  • Selalu berbuat baik kepada orang lain dan makhluk hidup lainnya.
  • Selalu bersabar dan ikhlas dalam menghadapi segala ujian dan cobaan.
  • Selalu beristighfar kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
  • Selalu bertaubat kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
  • Selalu berzikir kepada Allah SWT.
  • Selalu bersyukur kepada Allah SWT.

E.11.2.5. BEKERJA DENGAN RASA PUAS (QONA'AH)

Dalam Islam, bekerja dengan rasa puas (qona'ah) adalah salah satu hal yang dianjurkan dan merupakan salah satu bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Qona'ah adalah sikap menerima dengan lapang dada merasa cukup  atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT, baik itu berupa rezeki, pekerjaan, atau keadaan lainnya.. Sikap ini penting dimiliki oleh setiap orang, termasuk para pekerja.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar bisa bekerja dengan rasa puas dalam Islam, yaitu:

  • Meyakini bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Setiap orang sudah memiliki rezekinya masing-masing, yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Karena itu, kita tidak perlu khawatir atau merasa kurang dengan apa yang kita miliki.
  • Mengejar rezeki dengan cara yang halal dan baik. Rezeki yang halal dan baik akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hati. Sebaliknya, rezeki yang haram dan buruk akan menimbulkan kegelisahan dan kekecewaan.
  • Bersyukur atas apa yang telah dimiliki. Bersyukur adalah salah satu kunci untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Dengan bersyukur, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki, dan tidak akan merasa kurang dengan apa yang kita miliki.
  • Berusaha dengan sungguh-sungguh.  Allah SWT akan memberikan rezeki kepada orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh. Karena itu, kita harus selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam bekerja, tanpa mengeluh atau berputus asa.
  • Melakukan pekerjaan dengan ikhlas. Ketika kita bekerja dengan ikhlas, kita akan merasa lebih senang dan puas dengan pekerjaan kita.
  • Menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama. Hubungan yang baik dengan Allah dan sesama akan membuat kita merasa lebih tenang dan bahagia. Hal ini juga akan membantu kita untuk memiliki sikap qana'ah.
  • Mengembangkan potensi diri. Dengan mengembangkan potensi diri, kita akan lebih mampu untuk meraih rezeki yang lebih baik. Selain itu, mengembangkan potensi diri juga akan membuat kita lebih percaya diri dan puas dengan diri sendiri.
  • Menjauhi sifat tamak. Sifat tamak adalah salah satu sifat yang dapat menghalangi kita untuk merasa puas. Karena itu, kita harus berusaha untuk menjauhi sifat tamak dan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.
  • Mengejar akhirat: Kita harus selalu ingat bahwa tujuan hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan meraih kebahagiaan di akhirat. Dengan mengingat hal ini, kita akan lebih mudah untuk menerima dan merasa puas dengan apa yang kita miliki di dunia.

Berikut ini adalah beberapa tips tambahan untuk bisa bekerja dengan rasa puas dalam Islam:

  • Fokuslah pada tugas yang sedang dikerjakan. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum pasti atau yang tidak bisa kita kendalikan. Fokuslah pada tugas yang sedang dikerjakan dan lakukan dengan sebaik-baiknya.
  • Bersikaplah positif dan optimis. Bersikap positif dan optimis akan membuat kita lebih semangat dalam bekerja. Selain itu, sikap positif dan optimis juga akan membantu kita untuk menghadapi berbagai tantangan dalam pekerjaan.
  • Tetaplah belajar dan berkembang. Dengan terus belajar dan berkembang, kita akan menjadi lebih baik dalam pekerjaan kita. Selain itu, belajar dan berkembang juga akan membantu kita untuk lebih memahami arti dari qona'ah.

Berikut adalah beberapa contoh sikap yang menunjukkan rasa puas dalam bekerja:

  • Tidak mengeluh tentang pekerjaan
  • Selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
  • Tidak merasa iri dengan rezeki orang lain.
  • Selalu bersyukur atas pekerjaan yang dimiliki.
  • Ketika kita mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, kita tetap berusaha untuk mengerjakannya dengan baik.
  • Ketika kita mendapatkan gaji yang tidak sesuai dengan harapan kita, kita tetap bersyukur dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan kita agar bisa mendapatkan gaji yang lebih baik.
  • Ketika kita mendapatkan kesulitan dalam bekerja, kita tetap bersabar dan berusaha untuk menyelesaikannya.

Demikianlah beberapa cara yang dapat dilakukan agar bisa bekerja dengan rasa puas dalam Islam.

E.11.2.6. BERBAKTI, TAAT, DAN MEDOAKAN KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK YANG MASIH HIDUP MAUPUN TELAH WAFAT

Berbakti, taat, dan doa merupakan tiga pilar utama dalam menjalin hubungan harmonis antara generasi penerus dengan kedua orang tua, baik yang masih berada di dunia ini maupun yang telah berpulang ke rahmatullah. Kehidupan ini begitu indah ketika kita dapat menjaga dan merawat hubungan batin dengan mereka yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan bimbingan sepanjang perjalanan hidup kita yang merupakan panggilan fitrah yang mengingatkan kita pada nilai-nilai kekeluargaan dan ketaatan dalam agama.

Berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah ilahi yang telah disampaikan dalam Al-Qur'an, dan Rasulullah SAW pun telah mengajarkan betapa mulianya bakti kepada mereka. Dalam konteks ini, kita diberikan kesadaran bahwa berbakti tidak hanya terbatas pada tindakan nyata, tetapi juga meliputi doa yang tulus dan penuh kasih sayang. Bahkan ketika kedua orang tua telah berpulang, doa-doa kita masih dapat menjadi penyemangat dan bentuk penghormatan kepada jasa mereka.

Tidak hanya kepada kedua orang tua, tetapi juga kepada generasi di atas mereka yang berhubungan dengan DNA kita, seperti kakek, nenek, uyut, dan lainnya, kita diberi pembelajaran untuk tetap menjaga ikatan keluarga. Hal ini tidak hanya sebatas hubungan darah, tetapi melibatkan rasa keterkaitan spiritual dan nilai-nilai keislaman yang kita anut bersama sebagai umat Muslim dan Muslimah.

Mendoakan kedua orang tua dan generasi di atas mereka yang seiman dengan kita adalah bentuk kepedulian spiritual yang mendalam. Doa menjadi jembatan penghubung antara kita dan mereka, menjembatani dunia ini dengan akhirat. Semoga doa-doa kita menjadi ladang amal yang mengalirkan berkah dan keselamatan bagi mereka yang telah pergi dan yang masih bersama kita.

Dengan memahami pentingnya berbakti, taat, dan mendoakan, marilah kita berusaha mengembangkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga setiap langkah kita menjadi jejak yang membawa keberkahan, keharmonisan, dan kebahagiaan bagi keluarga kita.

Berikut adalah beberapa dalil tentang berbakti, taat, dan mendoakan kedua orang tua kita, ibu dan bapak kita:

  • Dalam Al-Quran, Allah SWT memerintahkan kita untuk beribadah hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada orang tua kita. Allah SWT juga melarang kita untuk mengatakan perkataan yang kasar atau membentak mereka, bahkan jika mereka berusia lanjut. Allah SWT juga menyuruh kita untuk berdoa untuk mereka dengan penuh kasih sayang, sebagaimana mereka telah mendidik kita ketika kecil. Ini adalah dalil dari surat Al-Isra ayat 23-24.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS Al-Isra' : 23).

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al-Isra : 24).

  • Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa berbakti kepada orang tua sama nilainya dengan berjihad di jalan Allah. Jika seseorang ingin berjihad, maka hendaklah ia meminta izin kepada orang tuanya terlebih dahulu. Jika orang tuanya masih hidup, maka berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.

Hadits ini diceritakan 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA. Berikut haditsnya,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ »

Artinya: "Ada seseorang yang mendatangi Nabi SAW, dia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi SAW lantas bertanya, 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Ia jawab, 'Iya masih.' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, 'Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.'" (HR Muslim).

  • Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua. Ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu cara untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dan terhindar dari kemurkaan-Nya.
  • Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu dari tujuh dosa besar adalah durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban yang harus kita penuhi, dan durhaka kepada mereka adalah salah satu dosa yang harus kita hindari.
  • Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu dari amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah berbakti kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang paling mulia dan paling berpahala di sisi Allah SWT.
  • Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda bahwa berbakti kepada orang tua dapat memperpanjang umur dan menambah rezeki. Ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu sebab untuk mendapatkan keberkahan dan kesejahteraan di dunia.
E.11.2.6.1. BAGAIMANA CARA MENGHORMATI ORANG TUA KITA?

Menghormati orang tua kita adalah salah satu kewajiban dan kebajikan yang diajarkan oleh agama dan norma sosial. Ada banyak cara untuk menghormati orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan:

  • Mengucapkan salam dan hormat kepada mereka setiap kali bertemu atau berpisah.
  • Mendengarkan dan mematuhi nasihat dan perintah mereka, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama dan akal sehat.
  • Menjaga tutur kata dan nada suara agar tidak kasar, mengejek, atau menyinggung perasaan mereka.
  • Menyayangi dan merawat mereka, terutama ketika mereka sakit atau tua.
  • Membantu meringankan beban dan pekerjaan mereka, misalnya dengan membersihkan rumah, memasak, atau membayar tagihan.
  • Memberikan hadiah atau bantuan secara rutin atau sesekali, sesuai dengan kemampuan kita.
  • Mendoakan mereka dengan doa yang baik, baik di waktu-waktu tertentu maupun setiap hari.
  • Menghormati hak-hak mereka, seperti hak waris, hak asuh, atau hak berkunjung.
  • Menghargai dan menjaga nama baik mereka di depan orang lain, tidak mengumbar aib atau kesalahan mereka.
  • Menjalin hubungan baik dengan keluarga dan kerabat mereka, tidak memutuskan silaturahmi atau menyebabkan perselisihan.

Dengan melakukan cara-cara di atas, kita bisa menunjukkan rasa hormat, cinta, dan syukur kita kepada orang tua kita. Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti dan mendapatkan ridha Allah dan orang tua kita. Aamiin.

E.11.2.6.2. HUKUM BERBAKTI, TAAT, DAN MEDOAKAN ORANG TUA 

Hukum berbakti dan taat orang tua dalam pandangan hukum Islam secara syariah adalah wajib. Ini berdasarkan beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang menunjukkan pentingnya perintah ini. Berikut adalah beberapa dalilnya:

  • Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 23: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu … " (QS. Al-Isrā’ [17]: 23). Ayat ini menempatkan perintah berbakti kepada orang tua di bawah perintah beribadah kepada Allah SWT, yang menunjukkan tingginya kedudukan perintah ini.
  • Rasulullah SAW bersabda: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu cara untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dan terhindar dari kemurkaan-Nya.
  • Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu dari tujuh dosa besar adalah durhaka kepada orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban yang harus kita penuhi, dan durhaka kepada mereka adalah salah satu dosa yang harus kita hindari.

Sedangkan medoakan kedua orang tua kita hukumnya sunnah muakkad. Namun bila orang tua kita menyuruh dan atau memerintahkan kita untuk mendoakannya, maka jatuhnya menjadi wajib. 

Berbakti, taat, dan mendoakan orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • Menjaga tutur kata dan nada suara agar tidak kasar, mengejek, atau menyinggung perasaan mereka.
  • Mendengarkan dan mematuhi nasihat dan perintah mereka, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama dan akal sehat.
  • Menyayangi dan merawat mereka, terutama ketika mereka sakit atau tua.
  • Memberikan hadiah atau bantuan secara rutin atau sesekali, sesuai dengan kemampuan kita.
  • Mendoakan mereka dengan doa yang baik, baik di waktu-waktu tertentu maupun setiap hari.
  • Menghormati dan menjaga nama baik mereka di depan orang lain, tidak mengumbar aib atau kesalahan mereka.

Semoga penjelasan ini bermanfaat dan dapat membantu Anda untuk lebih berbakti kepada orang tua Anda. Karena berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT dan paling berpahala di sisi-Nya.

E.11.2.6.3. MANFAAT MENDOAKAN KEDUA ORANG TUA 

Ada beberapa manfaat dari mendoakan kedua orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Berdasarkan hasil pencarian web, berikut adalah beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan:
  • Mendoakan orang tua kita adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT dan paling berpahala di sisi-Nya. Karena mendoakan orang tua kita adalah salah satu bentuk bakti dan penghormatan kita kepada mereka, serta salah satu cara untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
  • Mendoakan orang tua kita adalah salah satu amalan yang tidak terputus, yang dapat bermanfaat bagi kita dan bagi mereka. Karena doa kita dapat menghapuskan dosa-dosa mereka, memberikan mereka rahmat dan ampunan, serta meninggikan derajat mereka di akhirat.
  • Mendoakan orang tua kita adalah salah satu sebab untuk mendapatkan keberkahan dan kesejahteraan di dunia. Karena doa kita dapat menghilangkan kesulitan, mempermudah rezeki, dan memperpanjang umur kita, serta menjaga persaudaraan dan keharmonisan keluarga kita.

Semoga manfaat-manfaat ini dapat menginspirasi kita untuk lebih rajin mendoakan orang tua kita. Karena orang tua kita adalah orang-orang yang paling berhak atas doa dan kasih sayang kita.

E.11.2.6.4. BEBERAPA CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA SELAIN MENDOAKAN MEREKA

Ada banyak cara untuk berbakti kepada orang tua selain dengan mendoakan mereka. Berikut adalah beberapa contohnya:

  • Tidak membantah ucapan orang tua, tetapi mendengarkan dan mematuhi nasihat dan perintah mereka, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama dan akal sehat.
  • Membantu meringankan beban dan pekerjaan orang tua, misalnya dengan membersihkan rumah, memasak, atau membayar tagihan.
  • Memberikan hadiah atau bantuan secara rutin atau sesekali, sesuai dengan kemampuan kita.
  • Meluangkan waktu bersama orang tua dan berbicara dengan mereka tentang masalah keluarga dan kegiatan mereka.
  • Sesekali mengajak orang tua liburan atau makan bersama di luar, untuk memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada mereka.
  • Menjaga tutur kata dan nada suara agar tidak kasar, mengejek, atau menyinggung perasaan mereka.
  • Menyayangi dan merawat mereka, terutama ketika mereka sakit atau tua.
  • Menghargai dan menjaga nama baik orang tua di depan orang lain, tidak mengumbar aib atau kesalahan mereka.

Semoga cara-cara ini dapat menginspirasi kita untuk lebih berbakti kepada orang tua kita. Karena berbakti kepada orang tua adalah salah satu kewajiban dan kebajikan yang diajarkan oleh agama dan norma sosial.

E.11.2.6.5. BAGAIMANA CARA MENDOAKAN KEDUA ORANG TUA KITA

Untuk mendoakan kedua orang tua kita, kita bisa menggunakan doa yang diajarkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam Al-Quran dan hadis. Berikut adalah beberapa contoh doa yang bisa kita baca:

  • Doa yang terdapat dalam surat Al-Isra ayat 24:

 وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Bacaan Latin: Wakhfidh lahumā janāḥaż-żulli minar-raḥmati wa qur rabbir-ḥam-humā kamā rabbayānī ṣaghīrā.

Artinya: Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”

  • Doa yang terdapat dalam surat Al-Ahqaf ayat 15:

 حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Bacaan Latin: Ḥattā iżā balagha asyuddahu wa balagha arba’īna sanatan qāla rabbī auzi’nī an asykura ni’mataka allatī an’amta 'alayya wa 'alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurrīyatī innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn.

Artinya: Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”

  • Doa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Bacaan Latin: Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

Artinya: Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.

  • Doa yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:

 اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا وَارْزُقْهُمَا جَنَّةَ الْفِرْدَوْسِ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ

Bacaan Latin: Allahumma ghfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā, warzuq humā jannatil-firdausi ma’an-nabīyīna was-ṣiddīqīna wasy-syuhadā’i waṣ-ṣāliḥīn.

Artinya: Ya Allah, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku, sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil, dan berikanlah keduanya surga Firdaus bersama para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin.

Semoga doa-doa ini bermanfaat dan dapat membawa keberkahan bagi kita dan kedua orang tua kita. Aamiin.

E.11.2.6.6. APA ANG HARUS KITA LAKUKAN JIKA ORANG TUA KITA TIDAK MENGIZINKAN SESUATU?

Jika orang tua kita tidak mengizinkan sesuatu, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, tergantung pada situasi dan alasan penolakan mereka. Berikut adalah beberapa tips yang mungkin berguna:

  • Pertama, kita harus mencoba memahami sudut pandang orang tua kita. Mungkin mereka memiliki alasan yang baik untuk melarang kita melakukan sesuatu, seperti khawatir akan keselamatan, kesehatan, atau masa depan kita. Kita harus menghormati keputusan mereka dan tidak bersikap keras kepala atau membantah tanpa alasan.
  • Kedua, kita harus berkomunikasi dengan orang tua kita secara jujur dan terbuka. Kita harus menjelaskan apa yang kita inginkan, mengapa kita menginginkannya, dan bagaimana kita akan melakukannya dengan bertanggung jawab. Kita harus menyampaikan pendapat kita dengan sopan dan santun, tanpa menunjukkan emosi negatif seperti marah, sedih, atau menyalahkan. Kita juga harus mendengarkan apa yang orang tua kita katakan, dan mencoba memahami kekhawatiran atau harapan mereka.
  • Ketiga, kita harus bersedia bernegosiasi dengan orang tua kita. Kita harus mencari solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak, dan menghormati batas-batas yang ditetapkan oleh orang tua kita. Kita harus bersikap fleksibel dan kompromi, dan tidak bersikap egois atau memaksakan kehendak. Kita juga harus menunjukkan bukti atau sumber yang dapat mendukung permintaan kita, seperti informasi dari internet, buku, atau orang lain yang dapat dipercaya.
  • Keempat, kita harus menerima hasil dari percakapan kita dengan orang tua kita. Jika mereka mengizinkan kita melakukan sesuatu, kita harus berterima kasih dan menepati janji kita. Kita harus bertindak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, dan tidak melanggar kepercayaan orang tua kita. Jika mereka tidak mengizinkan kita melakukan sesuatu, kita harus menghormati keputusan mereka dan tidak bersikap rewel atau melawan. Kita harus mencari alternatif lain yang dapat membuat kita bahagia, atau menunggu waktu yang tepat untuk mengajukan permintaan lagi.

Semoga tips ini dapat membantu Anda untuk berhubungan dengan orang tua Anda dengan lebih baik. Ingatlah bahwa orang tua Anda mencintai Anda dan menginginkan yang terbaik untuk Anda, meskipun terkadang mereka tidak setuju dengan Anda. Jadi, janganlah berputus asa atau berkecil hati, tetapi berusahalah untuk membangun kepercayaan dan pengertian dengan orang tua Anda.

E.11.2.6.7. BAGAIMANA CARA MEMINTA MAAF KEPADA ORANG TUA KITA?

Meminta maaf kepada orang tua kita adalah salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat, cinta, dan syukur kita kepada mereka. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meminta maaf kepada orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita coba:

  • Mengakui kesalahan yang telah kita perbuat dengan lapang dada dan jujur. Kita harus memahami alasan mengapa kita salah dan menyampaikan permintaan maaf pada perbuatan yang tepat.
  • Menyampaikan permintaan maaf secara sopan dan tulus dari hati. Kita harus menggunakan tutur kata dan nada suara yang lembut dan tidak menyinggung perasaan orang tua kita. Kita juga bisa memberikan hadiah atau bantuan sebagai tanda penyesalan kita.
  • Memahami perasaan orang tua kita. Kita harus mencoba melihat dari sudut pandang mereka dan menghargai alasan mereka jika mereka tidak segera memaafkan kita. Kita harus bersabar dan tidak memaksa mereka untuk menerima permintaan maaf kita.
  • Mendengarkan ketika orang tua kita sedang berbicara. Kita harus memberikan perhatian penuh dan tidak memotong atau membantah ucapan mereka. Kita harus menerima kritik atau nasihat mereka dengan rendah hati dan tidak membela diri.
  • Menyesal dan berjanji tidak mengulangi kesalahan lagi. Kita harus menunjukkan niat dan usaha untuk memperbaiki diri dan tidak melanggar kepercayaan orang tua kita. Kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita dan belajar dari kesalahan kita.

Semoga cara-cara ini dapat membantu Anda untuk meminta maaf kepada orang tua Anda dengan lebih baik. Ingatlah bahwa orang tua Anda mencintai Anda dan menginginkan yang terbaik untuk Anda, meskipun terkadang mereka tidak setuju dengan Anda. Jadi, janganlah berputus asa atau berkecil hati, tetapi berusahalah untuk membangun kepercayaan dan pengertian dengan orang tua Anda.

E.11.2.6.8. BAGAIMANA CARA KITA BERDAMAI PADA KEDUA ORANG TUA KITA BAIK MASIH HIDUP MAUPUN SUDAH MENINGGAL? 

Untuk berdamai dengan kedua orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan, antara lain:

  • Mengakui kesalahan yang telah kita lakukan terhadap mereka, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, dan meminta maaf dengan tulus dari hati. Kita harus menyadari bahwa kita tidak sempurna dan mungkin pernah menyakiti atau mengecewakan orang tua kita dengan ucapan, perbuatan, atau sikap kita.
  • Menyampaikan rasa cinta, hormat, dan syukur kita kepada mereka, baik dengan kata-kata, perbuatan, atau hadiah. Kita harus menghargai jasa dan pengorbanan orang tua kita yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita dengan penuh kasih sayang.
  • Mendengarkan dan memahami sudut pandang dan perasaan mereka, terutama jika ada perbedaan pendapat atau pertentangan. Kita harus berusaha untuk tidak bersikap keras kepala, egois, atau membantah tanpa alasan, tetapi bersikap terbuka, sabar, dan kompromi.
  • Mendoakan kebaikan dan keselamatan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Kita harus berdoa agar Allah SWT memberikan rahmat, ampunan, dan ridha-Nya kepada orang tua kita, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang beriman dan bertakwa.
  • Merawat dan mengunjungi kuburan / makam mereka, jika mereka sudah meninggal. Kita harus membersihkan, menata, dan menaburkan bunga di atas kuburan mereka, serta membaca surat-surat Al-Quran, dzikir, dan doa untuk mereka.

Semoga langkah-langkah ini dapat membantu Anda untuk berdamai dengan orang tua Anda. Ingatlah bahwa orang tua Anda adalah orang-orang yang paling berhak atas bakti dan penghormatan Anda, dan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu kunci masuk surga.

E.11.2.6.9. BAGAIMANA HUKUM ISLAM MERAWAT KUBURAN KEDUA ORANG TUA KITA DAN LELUHUR KITA TERDAHULU YANG MASIH BERKAITAN DNA KITA ?

Hukum Islam merawat kuburan kedua orang tua kita dan leluhur kita terdahulu yang masih berkaitan DNA kita adalah dianjurkan (sunnah) termasuk sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Selama kita tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat, seperti membangun kuburan, menyembelih hewan, atau meminta syafaat kepada orang-orang yang telah meninggal. Merawat kuburan di sini berarti membersihkan, menata, dan menaburkan bunga di atas kuburan, serta mendoakan orang-orang yang telah meninggal agar mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT. 

Merawat kuburan juga merupakan salah satu bentuk bakti dan penghormatan kita kepada orang tua dan leluhur kita, serta salah satu amalan yang dapat bermanfaat bagi kita dan bagi mereka.

Berikut adalah beberapa dalil dan penjelasan yang menunjukkan keutamaan merawat kuburan:

  • Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, hanya kepada-Kulah kembalimu, maka akan Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 8). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada orang tua mereka, meskipun mereka adalah orang-orang kafir atau musyrik, selama mereka tidak memaksanya untuk menyekutukan Allah SWT. Berbuat baik di sini termasuk mendoakan dan merawat kuburan mereka.
  • Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang shalih.". Hadis ini menunjukkan bahwa doa anak yang shalih adalah salah satu amalan yang dapat bermanfaat bagi orang tuanya yang telah meninggal, dan dapat menghapuskan dosa-dosa mereka.
  • Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah SWT akan melindunginya dari fitnah kubur.". Hadis ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat memiliki keistimewaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, kita disarankan untuk mendoakan dan merawat kuburan mereka agar Allah SWT memberikan mereka perlindungan dan keselamatan dari siksa kubur.
  • Hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

    "Tidaklah seseorang menziarahi kuburan kedua orang tuanya pada setiap hari Jum'at, kecuali Allah meringankan azab keduanya pada setiap hari Jum'at itu." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

  • Hadits riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda:

    "Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dilakukan pada hari Jum'at, dan sebaik-baik sedekah yang dilakukan pada hari Jum'at adalah menyirami kuburan kedua orang tua." (HR. Ibnu Majah)

  • Hadits riwayat Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:

    "Barang siapa yang menziarahi kuburan kedua orang tuanya setiap hari Jum'at, maka Allah akan meringankan azabnya dan memasukkannya ke dalam surga." (HR. Ibnu Majah)

  • Hadits riwayat Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda:

    "Barang siapa yang merawat kuburan kedua orang tuanya, maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan wajahnya berseri-seri." (HR. Ahmad)

  • Hadits riwayat Abu Daud ra., Rasulullah saw. bersabda:

    "Barang siapa yang merawat kuburan kedua orang tuanya, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga." (HR. Abu Daud)

  • Hadits riwayat 'Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:

    "Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai mesjid, dan janganlah kalian duduk di atasnya, tetapi ziarahi lah, karena hal itu dapat mengingatkan kalian akan akhirat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dapat dipahami bahwa merawat kuburan kedua orang tua dan leluhur kita yang masih berkaitan DNA kita adalah suatu perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. Perbuatan ini dapat menjadi sarana untuk berbakti kepada kedua orang tua dan memohon ampunan Allah swt. bagi mereka.

Dari dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa merawat kuburan orang tua dan leluhur adalah perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Meskipun tidak wajib, namun jika dilakukan akan mendapatkan pahala.

Adapun merawat kuburan leluhur yang masih berhubungan DNA kita, hukumnya sama dengan merawat kuburan orang tua. Hal ini karena leluhur kita juga merupakan orang yang telah berjasa kepada kita. Merekalah yang telah melahirkan dan membesarkan kita, sehingga kita memiliki tanggung jawab untuk merawat kuburan mereka.

Adapun bentuk-bentuk perawatan kuburan yang dapat dilakukan antara lain:
  • Menziarahi kuburan mereka secara rutin (Misalnya, sekali dalam satu minggu pada hari jum'at dengan pertimbangan geografis dari tempat anda bila dekat)
  • Membersihkan kuburan dari kotoran dan rumput liar serta merapikan kuburan
  • Memperbaiki kondisi kuburan yang rusak
  • Menyirami kuburan kedua orang tua kita
  • Membacakan doa dan surat Al-Qur'an di atas kuburan
  • Membacakan doa agar diampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat yang mulia di akhirat.
  • Memberi sedekah (atas nama) ahli kubur orang tua kita.
  • Menanam bunga atau tanaman di sekitar kuburan
  • Membangun pagar atau tembok di sekitar kuburan, bila kuburan keluarga. Bila makam umum khusus untuk muslim sebaiknya tidak boleh dipagar dan atau ditembok maupun dikejeng.

Namun, perlu diperhatikan bahwa perawatan kuburan harus dilakukan dengan cara yang tidak berlebihan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya, dilarang untuk membangun kuburan dengan ukuran yang terlalu besar atau mewah, atau melakukan perbuatan-perbuatan yang syirik di atas kuburan.

Jika letak geografis makam kedua orang tua jauh dengan tempat Anda, maka Anda cukup mendoakannya dan juga bisa memberi sedekah (atas nama) ahli kubur orang tua Anda serta leluhur Anda. Misalnya, Anda bisa mendoakan mereka sehabis sholat lima waktu, menghadiahkan bacaan surah Al Fatihah, dan atau surah Yasin dan tahlil boleh secara perorangan (dibaca sendiri-sendiri di rumah masing-masing) maupun rombongan (majelis) dengan mengundang sanak keluarga (famili) dan boleh bahkan sunnah menyajikan hidangan sebagai penghormatan dan sedekah (makanan) asalkan tidak memberatkan tuan rumah dan tidak boleh dipaksakan (diada-adakan) sampai berhutang demi menyediakan konsumsi, sehingga hukumnya haram. Begitu juga, para tamu undangan dilarang menggunjingkan soal makanan/hidangan (atau haram membicarakannya) dan bukannya (alih-alih) mendapatkan pahala bahkan bisa jadi dosa.

Anda juga bisa melaksanakan sedekah jariyah atas nama mendiang orang tua Anda. Misalnya, membiayai pembangunan masjid, membiayai pembangunan sekolah, tanah wakaf, memberi akses jalan, dan sebagainya atas nama almarhum/a orang tua.  

Merawat kuburan secara fisik hukumnya sunnah muakkad. Begitu juga  mendoakan kedua orang tua kita hukumnya sunnah muakkad baik pada waktu ziarah kubur maupun pada waktu doa di luar ziarah kubur  sebagai wujud bakti kita terhadap kedua orang tua. 

Antara mendoakan kedua orang tua kita dengan merawat kuburan orang tua secara fisik, lebih afdal mendoakan orang tua kita, karena ruh orang tua kita tidak butuh sarana fisik, Lebih membutuhkan kiriman doa dari anak-anaknya serta keturunannya kepada kedua orang tua dan leluhur kita. 

Karena itu, jangan sampai lupa mendoakan kedua orang tua kita. Adapun merawat kuburan secara fisik, merupakan bentuk penghargaan dan bakti kita kepada kedua orang tua dan leluhur kita. Secara simbolis akan keberadaan makam mereka yang masih terawat dan tidak terbengkalai serta ada dalil-dalilnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas agar pemahaman kita komprehensif (tidak setengah-setengah yang berdasarkan kira-kira). 

Namun perlu diingat bila orang tua kita berpesan sebelum meninggal memerintahkan kita agar merawat kuburan atau makam orang tua setelah meninggal, maka hukumnya wajib karena merupakan bentuk perintah yang harus dijalankan sepanjang tidak melanggar syariat agama.

Semoga bermanfaat dan dapat membantu Anda untuk lebih merawat kuburan kedua orang tua Anda dan leluhur Anda. Karena merawat kuburan adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT dan paling berpahala di sisi-Nya.

F. RIBA 

F.1. PENGERTIAN RIBA

F.1.1. DEFINSI RIBA

F.1.2. PENGERTIAN RIBA MENURUT PERSPEKTIF SYARIAH

F.1.3. JENIS-JENIS RIBA

F.2. HUKUM RIBA DALAM ISLAM

~ Larangan Riba dalam Al-Qur'an

~ Hukum Riba Menurut Hadis Nabi Muhammad SAW

~ Hukum Riba Menurut Mazhab Fiqih

F.3. DAMPAK RIBA DALAM MASYARAKAT


~ Dampak Negatif Riba dalam Ekonomi


~ Dampak Sosial Riba dalam Masyarakat


~ Dampak Riba terhadap Individu dan Keluarga


Cara Menghindari Riba


~ Prinsip-prinsip dan Pedoman Menghindari Riba


~ Alternatif Transaksi yang Halal


F. Bisnis Syariah


 Pengertian Bisnis Syariah


~ Definisi Bisnis Syariah


~ Prinsip-prinsip Bisnis Syariah


~ Tujuan Bisnis Syariah


Prinsip-prinsip Bisnis Syariah


~ Larangan Riba dalam Bisnis


~ Larangan Gharar dan Maisir dalam Bisnis


~ Prinsip Keadilan dalam Transaksi Bisnis


Jenis-jenis Bisnis Syariah


~ Bisnis yang Sesuai dengan Prinsip Syariah


~ Contoh-contoh Bisnis Syariah yang Umum


Keunggulan Bisnis Syariah


~ Keuntungan Bisnis Syariah dari Segi Spiritual


~ Keuntungan Bisnis Syariah dari Segi Ekonomi


~ Keuntungan Bisnis Syariah dalam Jangka Panjang


Tantangan dan Solusi dalam Bisnis Syariah


~ Tantangan dalam Menerapkan Prinsip Syariah dalam Bisnis


~ Solusi untuk Mengatasi Tantangan tersebut


Etika dalam Bisnis Syariah


~ Etika dalam Berdagang Menurut Islam


~ Prinsip-prinsip Etika dalam Bisnis Syariah


~ Contoh-contoh Etika Bisnis Syariah yang Baik